Perhatian:
Semuanya, ini adalah season dua dari kisah Maudy dan Elgara yang berjudul "Menikahi Pria Koma"
Setelah dua tahun berpisah, Elgara memutuskan untuk merebut Maudy kembali.
Ia menjalankan sebuah rencana untuk membuat kelaurga Maudy menyerahkan Maudy kembali ke padanya, hal ini berdasarkan rasa dendam nya yang tak bisa ia lupakan.
Jikalau kalian tidak membaca season pertama pasti akan kebingungan dengan alur nya, jadi author sarankan baca dulu season satu nya ya, baru datang ke season dua nya.
Season dua nya idak banyak, hanya empat puluh bab saja, dan buat yang ngikutin season satu dari awal yuk kita pindah ke season dua untuk mengetahui bagaimana kisah mereka selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #12
"baik, kita lakukan di rumah saja," kata Elgara yang bangkit dan kemudian menutup pintu belakang mobil, dia kemudian masuk ke kursi kemudi dan kemudian langsung mengemudi secara ugal-ugalan.
"Ya Tuhan tolong aku," batin Maudy yang tak bisa berbuat apa-apa.
Singkat cerita mereka pun telah tiba ke villa, jarak yang seharusnya memakan waktu satu jam kini hanya tiga puluh menit karena Elgara mengemudi dengan sangat cepat.
Saat tiba, di villa Elgara dengan cepat mengambil dan mengendong Maudy masuk ke dalam villa, sepertinya ia tidak akan membiarkan sang istri lepas malam ini.
"Turunkan aku, aku minta maaf, aku tidak akan melakukan nya lagi," kata Maudy berusaha meredam amarah Elgara.
Brukh ...
Lagi-lagi tubuh Maudy mental di atas ranjang karena Elgara melemparkan nya.
"Beraninya kau membuat laki-laki lain melihat tubuh mu," kata Elgara yang saat ini melepaskan ikat pinggang nya dan ... ya Tampa banyak basa-basi ia langsung menyerang sang istri.
Dua jam berlalu begitu cepat, namun permainan panas Elgara tak kunjung dia hentikan, dirinya benar-benar menghujam sang istri habis-habisan.
"Hentikan aku sudah lelah," lirih Maudy yang tubuhnya di hajar habis-habisan oleh sang suami yang tenaganya seperti kuda itu.
"Biarkan saja sampai pagi," kata Elgara yang seperti candu sekali mengulati sang istri.
Maudy pasrah dengan keadaan sekarang seluruh tubuhnya sakit karena Elgara yang tidak bisa bermain dengan pelan.
Keesokan harinya ...
Jam menujukkan pukul 09.50 sudah hampir jam sepuluh pagi.
Elgara membuka mata nya dan melihat sekeliling kamar, dia melihat Maudy yang saat ini masih tertidur lelap di samping nya dengan wajah yang terlihat cukup lelah.
"Aku tidak akan membiarkan orang lain menyentuh nya," batin Elgara sambil mengamati wajah Maudy.
Entah itu cinta, entah itu sayang, namun Elgara benar-benar tidak tau tentang apa yang dia pikirkan dan dia rasakan sendiri saat ini kepada sang istri.
Dendam dan cinta, ya itu mungkin lebih tepat untuk di katakan sekarang kepada pasutri ini.
Sementara itu di sisi lain.
"Sial! Benar-benar sial!" kata Vio yang saat ini mencabik-cabik foto yang ia dapatkan dari seseorang yang dia suruh untuk mengawasi Elgara.
Ya sebelumnya kalian tau kan, bagaimana mengharap nya Vio dapat pergi dengan Elgara ke pesta pernikahan tersebut, namun faktanya Elgara malah membawa perempuan lain, dan Vio pun mengutus seorang teman untuk memotret untuk nya.
"Siapa sebenarnya perempuan itu? Bagaimana bisa dia mengambil posisi ku, aku akui dia memang sangat cantik tapi dia tidak boleh mengambil tuan muda Elgara dari ku," kata Vio sambil mengepalkan tangannya merasa sangat kesal.
Amarah menyelimuti hati Vio yang sangat menginginkan Elgara menjadi kekasihnya, sebenarnya ia jatuh cinta dengan Elgara karena Elgara adalah orang kaya, menjadi istri pira kaya adalah impian Vio karena dia terlahir dari keluarga miskin.
Beberapa hari kemudian.
"Nyonya, saya sudah mendapatkan apa yang nyonya inginkan, dan seperti yang sudah nyonya katakan saya menyiapkan semuanya di satu ruangan di villa ini," kata bik Lin kepada Maudy.
"Benarkah bik?" tanya Maudy sambil sedikit berbisik.
"Sudah jangan khawatir tuan sudah pergi ke kantor sejak tadi pagi, jadi nyonya jangan khawatir kalau tuan akan mendengar perbincangan kita," ungkap bik Lin lagi.
"Benarkah? Kalau begitu apakah bibi bisa pergi membawa ku ke ruangan yang sudah bibi siapkan itu?" tanya Maudy dengan penuh semangat.
"Tentu saja nyonya, ayo ikut saya," kata bik Lin yang kemudian berjalan mendahului Maudy.
Maudy pun mengikuti bik Lin dari belakang, rasanya sangat tidak sabar untuk pergi melihat ruangan yang sudah bik Lin siapkan untuk menjadi tempat nya menyalurkan hobi.
Tidak butuh waktu lama, mereka pun akhirnya tiba di suatu ruangan yang berada di pojok villa.
"Nyonya, ini adalah tempat yang sudah saya bersihkan untuk nyonya, ayo kita masuk," kata bik Lin yang kemudian memegang gagang pintu masuk ruangan tersebut dan terbuka lah ruangan kecil yang cantik itu.
Di dalam nya terdapat alat-alat melukis yang cukup lengkap, semuanya di beli bik Lin dengan uang Maudy yang menitip kemarin.
"Wahh, semuanya ada di sini, bik kau benar-benar sangat pintar berbelanja, tidak ada satupun yang kurang," ucap Maudy terkagum-kagum.
"Saya sampai mencari di google nyonya, apa saja yang harus saya beli, makanya selengkap ini," ujar bik Lin lagi.
Maudy sangat bahagia dia bahkan memeluk bik Lin sangking bahagia nya sebagai tanda terima kasih, bik Lin juga sangat menyayangi Maudy karena dia adalah seorang yang hidup sebatang kara tampa suami dan anak, baginya Maudy adalah anak nya.
Mereka pun berbincang-bincang di dalam ruangan tersebut, sesekali Maudy mengamati peralatan yang di beli bik Lin.
Namun tak lama kemudian, ponsel Maudy pun berdering dengan kuat, hal ini membuat Maudy yang tengah berbicara dengan bik Lin menjadi sedikit terkejut.
"Astaga mengagetkan saja," ucap nya yang kemudian melihat nomor telepon tersebut.
Nomer tidak di kenal, tertera di layar ponsel Maudy.
Namun Maudy dengan segera mengenali nomer tersebut yang ternyata adalah nomer telpon Gaza.
"Bik aku angkat telpon dulu ya," kata Maudy.
"Siap nyonya, bibi juga mau lanjut masak," kata bik Lin yang kemudian segera pergi dari hadapan Maudy.
Call on.
"Hallo," ucap Maudy sambil menempelkan benda pipih tersebut ke kuping nya.
"Ya, Maudy bisakah kau datang ke galeri seni sekarang? Orang yang ingin menemui mu sudah tiba, dia ingin kau datang ke sini sekarang juga," kata Gaza di sebrang telpon.
Maudy terdiam, dia bingung harus bagaimana, meksipun sekarang Elgara tak ada di villa namun ia khawatir kalau Elgara akan tau dirinya keluar dari villa.
"Maudy apa kau mendengar ku?" tanya Gaza lagi.
"Ah ya, aku akan segera ke sana," kata Maudy yang mau tidak mau harus mengambil resiko.
Ia pun kemudian mematikan telepon tersebut secara sepihak dan kemudian segera bersiap-siap
Setelah selesai bersiap-siap Maudy pun berpamitan dengan bik Lin Dan segera pergi, sebelum itu ia juga meminta bik Lin untuk merahasiakan hal ini kepada Elgara.
"Ingat ya bik, jika mas El lebih dulu kembali dari aku tolong bilang kalau aku kembali ke rumah mama sebentar," ucap Maudy wanti-wanti kepada sang pelayan.
"Siap nyonya," jawab bik Lin patuh.
Maudy berangkat dengan Taxi dari villa menuju galeri seni milik Gaza.
Dalam waktu yang tidak kurang dari satu jam ia pun akhirnya tiba di sana, ia di sambut hangat oleh asisten nya Gaza.
"Nona Maudy, tuan muda sudah menunggu ayo," kata asisten tersebut yang kemudian menggiring Maudy berjalan menuju ruangan Gaza.
Bersambung ....