Perubahan Sikap Istri Sang Presdir

Violet mulai mengerjapkan matanya, saat sinar matahari mulai masuk melewati celah jendela kamarnya.

'' Jam berapa ini '' gumam Violet mengucek kedua matanya, untuk mengumpulkan kesadarannya.

Ceklek

Violet menoleh ke arah pintu, dan melihat Maxim yang masuk sembari membawa nampan di tangannya.

'' Kamu sudah bangun '' tukas Maxim meletakkan nampan yang di bawanya di atas nakas, lalu dirinya duduk di tepi ranjang.

Sedangkan Violet dia hanya memasang ekspresi datarnya, dirinya masih marah atas apa yang di lakukan oleh Maxim semalam padanya.

'' Aku bawakan kamu sarapan, kamu mau makan dulu atau mandi dulu '' ujar Maxim, terdengar penuh perhatian di balik suara datarnya, namun entah kenapa itu tidak mampu membuat Violet merasa senang.

'' Kak Max keluar saja '' usir Violet.

Maxim menganggukkan kepalanya, dirinya tidak akan memaksa Violet. '' Baiklah, aku akan keluar '' tukas Maxim lalu berdiri dari duduknya, dan pergi keluar dari dalam kamar Violet.

Setelah kepergian Maxim, Violet bergegas menurunkan kakinya dari atas ranjang lalu berdiri, dan saat hendak melangkahkan kakinya Violet langsung meringis, saat merasakan nyeri di bagian intinya.

'' Ck, sakit sekali rasanya, perasaan semalam Kak Max melakukannya tidak kasar '' gumam Violet berdecak, lalu dia kembali melanjutkan langkahnya ke kamar mandi dengan pelan.

Sedangkan Maxim yang baru keluar dari kamar Violet, dia meminta Felix untuk mengumpulkan semua pelayan Villa di ruang tengah. Dan tanpa banyak bertanya, Felix langsung melaksanakan perintah Tuannya.

Semua pelayan yang sudah berkumpul di ruang tengah, mereka merasakan jantungnya berdegub tidak karuan, karna selama mereka bekerja di Villa, ini pertama kalinya Tuannya meminta mereka berkumpul tanpa ada yang tertinggal satu pun.

Jantung mereka semakin tidak karuan saat melihat Tuan mereka menuruni anak tangga, lalu duduk di sofa tunggal yang berada di ruang tengah.

'' Aku tidak akan berbasa basi, aku akan mengtakan langsung pada kalian, mulai sekarang jika Elisa datang ke sini tanpa ada keperluannya denganku suruh dia kembali, dan jika dia mengatakan ada keperluan denganku, suruh saja dia menunggu di luar, jangan biarkan dia masuk ke dalam '' ucap Maxim panjang lebar, yang mana membuat para pelayan terkejut, pasalnya selama ini semua para pelayan tahu bagaimana Tuan mereka memperlakukan Elisa, yang penuh perhatian tanpa perduli perasaan Nonanya, lalu kenapa sekarang tiba tiba Tuannya meminta mereka untuk menolak kedatangan Elisa, apakah Tuannya sudah menyadari jika perlakuannya selama ini telah menyakiti hati istrinya pikir mereka, jika benar begitu mereka akan merasa lega, karna selama ini mereka tidak tega melihat Nona mereka yang terus berusaha mendapatkan perhatian suaminya.

'' Kalian paham !! '' seru Maxim.

'' Paham Tuan '' sahut mereka dengan kompak dan penuh semangat, karna ini yang mereka inginkan selama ini.

Karna bagi mereka meskipun Elisa pernah berjasa atas nyawa Tuannya, tapi bukan berarti Elisa bisa bebas berada di tengah tengah rumah tangga Tuannya, mungkin jika Elisa wanita baik baik, dia akan milih menjauh dari Tuannya, jika tahu Tuannya sudah menikah pikir mereka.

Sedangkan Violet yang berada di kamarnya, dia tidak tahu apa apa tentang peraturan baru yang di buat oleh Maxim untuk para pelayan. Violet menikmati sarapan paginya yang di bawakan oleh Maxim, meskipun dirinya masih sangat marah pada Maxim, bukan berarti dirinya akan mogok makan.

Karna bagi Violet sekarang dirinya harus menyibukkan diri di toko kuenya yang semakin padat pembeli, dirinya tidak perduli jika Maxim tidak mau menceraikannya, dia juga tidak perduli dengan hubungan Maxim dan Elisa, dirinya kini hanya ingin fokus dengan usaha toko kuenya, bahkan Violet juga sudah berencana akan membuka cabang toko kuenya.

Beberapa hari telah berlalu, kehidupan Maxim dan Violet kini seakan tertukar, jika dulu Violet yang selalu menunggu kedatangan Maxim dari perusahaan, meskipun Maxim hampir tidak pernah pulang, maka sekarang Maxim yang menunggu kedatangan Violet dari toko kuenya di ruang keluarga.

'' Vio, kamu sudah pulang '' Maxim beranjak berdiri menghampiri Violet yang hendak menaiki anak tangga.

'' Hem '' sahut Violet tanpa menghentikan langkahnya, sedangkan Maxim mengikuti Violet di belakangnya.

Saat sudah masuk ke dalam kamarnya, Violet di buat kesal karna Maxim menahan pintu kamarnya yang hendak ia tutup.

'' Kak Max mau apa ?'' tanya Violet terlihat malas sekali.

'' Aku ingin tidur di kamarmu '' sahut Maxim dengan wajah datarnya.

Violet membuka pintunya lebar lebar, lalu kedua tanganya bersedekap dan menatap Maxim dengan tersenyum devil.

'' Kakek tidak ada di sini, untuk apa tidur di kamarku '' cetus Violet sinis.

Maxim langsung bungkam, tidak tahu harus bicara apa, karna kenyataannya dulu dirinya memang hanya akan masuk ke kamar Violet jika Kakeknya sedang menginap di Villa.

Maxim menatap Violet, lalu menghela nafasnya. '' Aku ingin kita mulai dari awal lagi '' ucap Maxim.

'' Apanya yang mau di mulai dari awal lagi, aku sudah lelah Kak, aku sudah menyerah '' sahut Violet, dan Maxim langsung menarik tangan Violet, lalu di genggamnya dengan erat.

'' Aku tahu kamu sudah lelah dengan pernikahan kita, tapi aku akan berusaha mempertahankan pernikahan ini '' ujar Maxim dengan tegas.

Violet menarik tangannya dari genggaman Maxim dengan kasar. '' Terserah, aku tidak perduli '' cetus Violet lalu berbalik dan pergi menuju ke kamar mandi, dan membiarkan saja Maxim yang ikut masuk ke dalam kamarnya dan juga menutup pintunya.

Saat keluar dari kamar mandi, Violet melihat Maxim yang duduk selonjoran di atas ranjang tidurnya.

'' Kamu sudah selesai mandi '' tukas Maxim.

Violet hanya melengos lalu duduk di meja rias, untuk mengeringkan rambutnya, dan juga memakai serangkaian perawatan wajah sebelum tidur.

Dari pantulan cermin, Violet bisa melihat Maxim yang melangkah ke arahnya, namun Violet tidak perduli.

'' Sini, biar aku bantu mengeringkan rambutmu '' ujar Maxim mengambil alih alat pengering rambut dari tangan Violet.

Violet diam saja dan tidak menolak, saat Maxim dengan telaten membantunya mengeringkan rambutnya, dirinya memilih memakai serangkaian perawatan wajahnya.

Diam diam Maxim menatap Violet dari pantulan cermin, dirinya baru menyadari jika wajah Violet sangat putih bening dan mulus, dengan bulu mata yang lentik juga bibir kecil berwarna pink alami, dan juga kedua pipinya yang sedikit bersemu merah, membuat Violet benar benar terlihat seperti boneka hidup, bahkan di ingat ingat lagi Violet tidak pernah memakai riasan berlebihan saat pergi keluar ataupun datang ke acara acara pesta.

" Kemana saja aku selama ini, kenapa baru sadar kalau punya istri yang amat sangat cantik, masih muda lagi " batin Maxim menertawakan kebodohannya selama ini.

Tapi Maxim merasa bersyukur karna tidak telat untuk menyadari semuanya, jika tidak dia pasti akan menyesal telah kehilangan berlian berharga di depan matanya, meskipun kini cahaya berlian itu mulai redup karna kesalahan yang di buatnya.