NovelToon NovelToon
TERLANJUR TERLUKA

TERLANJUR TERLUKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor
Popularitas:147.5k
Nilai: 5
Nama Author: SiswantiPutri

Maya dan Rangga adalah pasangan suami istri yang menjalin pernikahan karena cinta. Menghabiskan waktu dengan kehangatan dan keharmonisan walaupun tanpa adanya anak. tapi itu hanya 'awalnya' sebelum salah satu dari mereka menemukan cinta lain.

Rangga yang mulai jengah dengan hubungan tanpa tujuan perlahan terkecoh dengan hadirnya sosok baru. Pengganti istrinya yang membutuhkan perhatian lebih dari semua orang karena memiliki tubuh yang rapuh. Sosok baru yang merupakan adik kandung istrinya sendiri.

Setelah Maya tersisihkan dari keluarganya, apa pada akhirnya dia juga terbuang dari hati suaminya? Kembali mengalah pada sosok yang menjadi pemenang di hati semua orang sejak kecil!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SiswantiPutri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Ini mungkin terasa asing, tapi mau bagaimanapun pertemuan ini tak bisa aku hindari. Dalam jarak beberapa langkah ke depan, pria yang mengusik ketenanganku duduk selonjoran di samping motor yang berisikan es cream miliknya. Berteduh dari panasnya sinar mentari di bawah pohon.

Aku tak ingin bertemu, tapi itulah jalan satu-satunya untukku pulang setelah menunaikan sholat di Masjid dan mengajar anak-anak di kampung ini untuk membaca Al-Qur'an. Mau tak mau aku harus melewatinya.

"Eh kita ketemu lagi Mbak."

Wajahku berusaha aku tundukkan, mengabaikan sapaan yang terdengar dari samping olehnya. Tak perlu di tanggapi.

"Tunggu Mbak, sepertinya Mbak lupa denganku ya, Nama saya Rangga Mbak."

"Aku buru-buru." potongku.

"Suaranya pun sama, atau mungkin saya terlalu rindu dengan mantan istriku ya? Ah maaf sudah mengganggu waktu Mbak mendengar ucapanku. Mau bagaimana lagi, saya terlalu merindukan Maya mantan istriku."

Lutut di kakiku melepas, menahan nafas mendengar ucapan yang berhasil membuatku bergejolak. Tidak! Tak seharusnya aku bersikap seperti ini, tapi entah mengapa tungkaiku tak ingin bekerja sama dan malah berdiri mematung pada tempatku sekarang ini.

"Dia wanita yang cantik dan juga baik. Dulu saya pernah berjuang untuk membuatnya yakin agar bisa menerimaku menjadi imamnya. Tapi kepercayaannya aku kikis hingga dia meninggalkanku sendirian."

Aku memejamkan mata.

"Bahkan saya berniat menceraikannya. Menjanjikan selingkuhanku istana setelah menceraikan istriku waktu itu. Yang lebih mengejutkan lagi mereka berdua adalah saudara kandung. Dan aku malah berbuat keji."

Aku mengepalkan tangan kesal, berusaha menormalkan hati sebelum membuka suara.

"Aku gak ada hubungannya tentang itu, dan aku gak pernah ingin tau apa yang menjadi masa lalumu. Maaf aku harus pergi."

"Tunggu."

Suara itu kembali terdengar, aku tak peduli. Dengan langkah cepat kakiku berlalu dari tempat itu, membiarkan suara yang memanggil berseru semaunya. Ini tak akan berakhir jika aku hanya membatu mendengar setiap celotehan yang hanya melemparku pada masa lalu berkepanjangan. Aku tak mau mengingat semuanyanya lagi. Tidak mau.

"Mbak tunggu!"

Bibirku melengos dari balik cadar, melangkah tergesa-gesa tanpa menghiraukan suara dari belakang. Tapi semakin aku berlari Mas Rangga juga semakin mempercepat langkahnya.

Aku benar-benar kesal.

"Mbak Tunggu."

"Astaghfirullah." kesalku, berusaha sabar sambil mempertahankan seruan murka yang sudah berada di ujung lidah. Aku tak boleh kelepasan, harus sabar menghadapinya.

"Ada apa ya?" tanyaku dengan suara yang sengaja ku tekankan. Mencoba membuatnya mengerti kalau aku terganggu olehnya.

"Maaf kalau saya mengganggu."

"Sebenarnya iya."

Hanya cengiran lebar yang terbalas, Mas Rangga menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal dengan wajah salah tingkah. Ekspresi itu, sudah sangat lama aku tak melihat wajah konyolnya. Aku menggeleng pelan.

Astaghfirullah, pandangan ini. Tak seharusnya ku miliki lagi. Di samping goresan luka yang pernah dia berikan, aku juga sudah bertekad untuk berubah menjadi lebih baik. Menjaga batasan sesuai yang seharusnya.

"Ada apa?" ulangku.

"Ah iya, itu... bagaimana ya menjelaskannya. Maaf kalau ini kurang sopan, tapi sepertinya Mbak tembus. Bagian belakang gamis Mbak terlihat basah dengan warna merah. Mungkin Mbak datang bulan sekarang."

Wajahku memanas.

Bagaimana bisa, padahal tadi aku sempat sholat di masjid tapi tak merasakan apa-apa. Mungkinkah aku mengalami datang bulan beberapa menit lalu. Saat aku terpaku melihat Mas Rangga duduk di pinggiran jalan?

"Sebaiknya Mbak pakai sarung yang selalu ku bawah untuk sholat sebagai penutup gamis bagian belakang. Mbak gak keberatan kan?"

Aku terdiam, bingung harus menjawab apa. Aku sudah terlanjur meyakinkan diri agar tak mau berhubungan dengan Mas Rangga lagi. Bahkan jika itu barang miliknya sekalipun. Tapi keadaan mendesak seperti ini."

"Ini keadaan darurat, Mbak mau jadi pembicaraan tetangga? Dan juga gamis Mbak kelihatan sangat basah di belakang."

"Baiklah."

"Tunggu saya ambilkan sarungnya."

Bibirku seakan keluh, yang aku lakukan hanya terdiam menatap punggung itu berlari menuju motor butut miliknya. Setelah berbalik wajah Mas Rangga terlihat menyunggingkan senyum lebar hingga berdiri di depanku menyodorkan sebuah sarung yang sedikit lusuh.

"Ini hanya terlipat, Mbak jangan khawatir ini gak kotor kok. Gak perlu khawatir."

"Bukan begitu."

Ini bukan perihal layak atau tidaknya untukku. Hanya saja kehidupan Mas Rangga benar-benar berubah drastis saat kami tinggal di kota. Pekerjaan kantoran dengan pakaian bersih dan baru tiap harinya kini tak terlihat lagi. Hanya menyisakan pakaian sederhana dengan pekerjaan tak lagi sama. Pemandangan ini terlihat aneh pada indra penglihatanku.

"Terimakasih, aku akan mengembalikan sarung ini sesegera mungkin setelah mencucinya."

"Tidak perlu di kembalikan."

"Apa?"

"Tidak, bukan apa-apa."

Aku mengangguk acuh, melilitkan sarung pada tubuhku untuk menutupi noda merah pada bagian belakang. Untuk sesaat aku termenung, kemudian menggeleng pelan seraya mengucapkan kata 'terimakasih' sebelum melanjutkan langkah. Tak ada lagi panggilan dari belakang, baru beberapa langkah aku berjalan kepalaku tak bisa bekerja sama. Sedikit penasaran aku menoleh, apakah mantan suamiku masih ada di sana atau sudah pergi berjualan es cream keliling.

DEG.

Rasa tak asing yang menelisik membuatku berjalan tergesa-gesa meninggalkan tempat ini. Aku fikir Mas Rangga sudah pergi, nyatanya dia masih berdiri membatu dengan pandangan lurus menatap ke arahku. Tatapan itu, tatapan intens yang menyimpan banyak makna. Dan aku bisa melihat ada tatapan rindu yang tersirat di sana. Di kedua manik pekatnya.

Mungkin kah?

Tidak! Aku menggeleng pelan, mustahil dia mengetahui kalau aku adalah perempuan yang berhasil dia permainkan. Perempuan yang di janjikan kebahagiaan nyatanya bersikap semu, perempuan yang pada akhirnya tersingkir dari hatinya karena sudah mendapatkan pengganti yang cukup istimewa baginya.

Naya! Mungkin sebaiknya aku menjaga jarak dengan Mas Rangga. Aku dan dia tak lagi menjadi kita. Kami berdua kini hanya dua orang asing yang menjalani hidup dengan cara sendiri-sendiri. Aku tak boleh larut.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam, kamu sudah pulang Nak? Bagaimana hari pertamamu mengajar anak-anak membaca Al-Qur'an di Masjid? Apakah semuanya lancar?" tanya Nek Asih.

Aku menyalimi tangan wanita rentan yang kini ku anggap keluarga kandung sendiri. 

"Alhamdulillah lancar Nek, mereka semua anak yang baik dan tidak banyak tingkah. Aku senang bisa mengajar mereka. Oh iya, Tasya di mana sekarang? Aku gak lihat dia di rumah."

"Masih di puskesmas, tadi sempat bilang pulangnya agak sore karena ada beberapa anak yang keracunan makanan. Entah keracunan makanan apa Nenek juga kurang tau, nanti Nenek akan tanyakan pada Tasya."

"Astaghfirullah."

"Tapi tenang saja, kondisi mereka sudah membaik. Oh iya, sarung yang kamu pakai milik siapa? Kenapa kamu juga pakai sarung?"

Aku tersentak.

"Ini---ah iya, aku ke dalam dulu buat bersih-bersih Nek. Aku gak nyadar datang bulan hingga tembus kayak gini. Makanya aku pakai sarung buat nutupin noda di belakang."

"Jadi gitu, kalau sudah bersih-bersih sebaiknya kamu makan. Sudah Nenek siapapin di meja."

"Loh Nenek masak? Kan udah aku bilang biar aku yang lakuin semuanya setelah pulang dari masjid. Aku gak mau Nenek kecapean."

"Iya Nak, tapi itu pemberian dari tetangga sebelah yang baru pindah. Katanya sebagai salam perkenalan dan menyambung tali silaturahmi pada kita." jelas Nek Asih.

"Sebelah? Rumah kayu lama kosong itu?"

"Iya."

"Memang siapa yang tinggal di sana Nek? Bukannya rumah itu di jual dengan harga mahal ya, gak ada yang mau beli karena harga dengan kondisi rumahnya gak sesuai bagi orang yang melihatnya." tanyaku, seraya mengambil air minum yang ada di atas meja.

"Itu, Nak Rangga."

BYURRR.

Air minum dalam mulutku menyembur begitu saja. Meluncur keluar setelah mendengar ucapan yang baru saja Nenek katakan.

"APAAA?"

Bersambung

Instagram: siswantiputri3

Facebook: Siswanti putri

1
Ervina Pratyahastri
Luar biasa
Akbar Razaq
jangan satu ginjal harusnya kamu kasih dua duanya biar sempurna kamu menebus kesalhan.mu pada Maya.😁 heran gaka ada cara lain apa.enak di naya dong
Akbar Razaq
Helahh...masak kalian maya,geral dan kamu menyusul mau bertengkar di alam ghoib?
Akbar Razaq
Yah...ternyata Geral yg nolong Maya sedang depresi berat.
Smoga selamat tp makin panjang nih cerita
Akbar Razaq
keren maya.biarkan tangan Tuhan yg bekerja tinggal tunggu hasil akhirnya.
berusahalah utk ttp bahagia
Akbar Razaq
ini si Naya sdh mao modar saja masih jadi perusak rumahtangga kakaknya padahal darah kakaknya hampir tiap saat mengalir di tubuhnya.paraah...hh.
keluarga toxic pergi saja maya.
Akbar Razaq
Pingin aku geprek tu mulut suami dan adik laknatnya sdh mau terkubur juga masih berbuat dosa metasa jadi korban lagi.
Weni Munadhiroh
mana) anju
Tabina Rubi
lanjut kak
Elok Pratiwi
buruk
aca
g setuju mereka balikan ksih mYa jodoh lain
Jue
Aku harap Tasya tidak terluka seperti Maya kelak , Kerana memutuskan suatu hubungan tanpa berfikir panjang .
Anonymous
rada meragukan hub karel-tasya....ada kisah kah dibalikny...
Jue
Rangga kamu sentuh atau tidak Naya tak ada beza bagi ku kerana kamu tetap pernah curang dan paling menjijikkan sekali dengan adik ipar sendiri yang hukumnya haram bermadu ketika di dunia , Tidak masalah kalau kamu sudah tidak lagi mencintai Maya masa tu kamu boleh aja berterus-terang kemudian bercerai cara baik kenapa harus curang terlebih dahulu ,
Maya telah bahagia Hidup di kampung perangai mu tidak berubah memaksakan kehendak sehingga sanggup memfitnah Maya , Bukannya berubah tapi sikap mu semakin menjijikkan ,
Aku harap setelah Maya dapat harta warisan maka selamanya Maya dan Rangga tidak bertemu lagi atau pun berjodoh kembali , Jodoh Maya biarlah orang lain jauh dari lingkungan manusia-manusia toksik seperti Naya , Ibu mu dan juga Rangga .
Nurhayati
oooh jd CRT na NaYa iRi ma MaYa toh
Chintya Wijaya
bulet thorr alur cerita mu bosen baca ny
Queen kayla
si Rangga benar" menakutkan thor
Mesra Turnip
pengen tak'colok mata si ranggong ini, dulu aja songong, sekarang licik, maaf Thor, geram aku. sungguh outhornya hebat ! sehat dan bahagia slalu ya !
Jue
Tasya sepatutnya fikir dahulu untuk bersama dengan Doktor Karel , Kerana dia sepupu Lastri yang terlalu banyak makan budi dengan keluarga tersebut , Aku takut nanti Tasya makan hati .
Adi Nugroho
kayaknya Rangga sudah tahu keadaan Maya yg sekarang dengan luka bakar yg ada d tubuh Maya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!