Gadis Barbar Mengejar Cinta

"Astagfirullah, mataku ternoda"

Ucap Alena sembari menutup kedua matanya menggunakan telapak tangan.

Saat pintu lift itu terbuka terlihat sepasang kekasih sedang bercumbu mesra tepat di hadapan Alena dan Abraham.

"Lo yakin kita akan menginap di hotel ini Al?" Tanya Abraham ragu.

"Gak yakin juga sih, tapi gak ada yang lebih murah dari hotel ini A" Balas Alena.

"Udah jangan di lihatin terus! Kita langsung masuk kamar aja!" Bisik Alena sembari menarik lengan Abraham.

Alena dan Abraham melewati sepasang kekasih yang terus saja bercumbu mesra itu, seakan tak merasa terganggu sama sekali dengan keberadaan Alena dan Abraham.

"No 155, ini kamar kita. Ayo cepat buka pintunya A"

Titah Alena sebari menunjuk sebuah kamar yang tertuliskan angka 155 di pintunya.

Alena tak ingin matanya ternoda lebih lama lagi, jadi harus segera pergi dari sana.

Sepasang kekasih yang sedang bercumbu itu tetap terlihat dari ekor matanya walaupun Alena sudah menghindar, bahkan suara decapan dan desahan mereka sampai terdengar pula di telinga Alena dan Abraham.

Ceklek

Akhirnya pintu kamar itupun terbuka, Alena dan Abraham pun masuk dengan segera.

"Gila ya, orang kota itu memang tidak punya malu"

Umpat Alena sembari menyandarkan dirinya dipintu kayu yang baru saja tertutup itu.

Abraham tak memberi respon atas ucapan Alena tersebut. Atensinya justru tertuju pada kamar berukuran kecil itu.

Hanya ada satu ranjang disana, tak ada sofa atau apapun lagi. Bahkan tempat untuk sekedar menggelar tikarpun tak ada. Benar-benar sangat sempit.

"Gimana kita bisa tidur sekarang?"

Tanya Abraham sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gampang, ini tempat tidur bagian gue. Yang sebelah sana buat lo! Awas aja kalau lo sampe lewatin batas atau berani macem-macem sama gue"

Ancam Alena sembari mengangkat jari telunjuknya ke arah pria berhidung mancung itu.

Alena menggunakan bantal dan guling yang di tumpuk sebagai pembatas untuk mereka.

"Ihh, amit-amit deh. Gue bakal merasa sangat berdosa kalau sampe macem-macem sama lo Al. Ngelihat lo telanjang aja gue gak bakal nafsu! Kayak gak ada cewek lain aja"

Balas Abraham tak terima dengan tuduhan Alena. Abraham sudah menganggap Alena seperti Adiknya sendiri tak pernah terlintas dalam benaknya untuk melakukan hal yang Alena tuduhkan barusan.

Bukannya lega setelah mendengar jawaban Abraham, wajah cantik Alena malah berubah jadi murung. Namun ia sembunyikan dengan cara tidur memunggungi pria tidak peka itu.

"Memangnya aku kenapa A? Apa aku kurang cantik sampe kamu gak tertarik sedikitpun sama aku?" Batin Alena, tanpa sadar cairan bening lolos begitu saja hingga membasahi kerudung putihnya.

Rasanya sakit sekali saat mendengar Abraham berkata seperti itu.

***

"Kamu itu gimana sih mas? Ngurus satu anak aja gak bisa!"

Hardik Rinjani pada Ryan mantan suaminya.

Rinjani yang mendapat kabar jika sang putri lari dari rumah, bergegas menuju pesantren Al-Huda untuk memastikan kabar tersebut.

Ryan hanya tertunduk lesu, tak membalas ucapan sang mantan istri. Sedangkan Maryam hanya bisa menangis saja.

"Sabar Rin, dengan marah-marah tidak akan membuat Alena kembali"

Arjuna menenangkan sang istri dengan cara mengelus bahu ibu tiga anak itu.

"Gimana aku bisa sabar mas. Sedangkan kita tidak tahu dimana Alena sekarang? Dia tidur dimana? Sudah makan atau belum?"

Racau Rinjani dengan mata nanar. Cairan bening lolos begitu saja dari sudut matanya.

"Tapi setidaknya kita bisa sedikit tenang karna Alena bersama Abraham sekarang"

Arayan kakaknya Abraham ikut menimpali.

"Ah iya, kenapa tidak terpikir dari tadi. Alena bersama Abrahamkan. Aku sudah memasang alat pelacak di ponsel Abraham. Aku yakin kita bisa menemukan mereka sekarang"

Kali ini Harun ayahnya Abraham yang bicara.

Harun selalu sibuk berpergian keluar kota untuk menjalankan bisnisnya, jadi ia memasang alat pelacak di ponsel Abraham agar bisa mengawasi sang putra dari jarak jauh.

"Apa? Abbi memasang alat pelacak di ponsel Abraham? Apa abbi memasangnya di ponselku juga?" Tanya Arayan sembari membolak-balikan ponselnya.

"Kau itu sudah menikah nak, jadi abbi hanya memasangnya di ponsel adikmu saja." Ucap Harun, Arayanpun menghembuskan napas lega.

"Tapi kau bisa menanyakannya pada istrimu, karna Angela yang bertugas untuk mengawasimu sekarang" Sambung Harun lagi.

"Apa?!" Arayan mendelikan matanya. "Pantas saja Angela selalu tahu dimanapun aku berada. Padahal Angela sudah kehilangan kemampuan indigonya" Batin Arayan.

***

Harun pun melacak keberadaan Abraham melalui ponselnya.

"Hotel Horison? Sedang apa mereka di sana?"

Tanya Harun dengan wajah gusarnya.

Walaupun Harun tinggal di lingkungan pesantren, namun pria paruh baya itu memiliki wawasan cukup luas berkat bisnis yang dikelolanya.

Harun sangat hafal kalau hotel Horison adalah tempat prostitusi terbesar di negara mereka.

#Dukung karya ini dengan cara like, komen, vote and hadiahnya ya, Makasih^^#