NovelToon NovelToon
Melawan Kematian

Melawan Kematian

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fukano Jr

Seorang pemuda bernama Riu Zin, yang dipenuhi ambisi dan keinginan yang membara untuk mencapai kekuatan yang luar biasa, sehingga ia bersedia untuk melawan bahkan kematiannya sendiri.

Meskipun menghadapi tantangan yang tampak tidak mungkin, seperti melawan Surga yang bagi manusia adalah suatu kemustahilan, namun demi kekuatan yang diimpikannya, ia rela menghadapi segala risiko, bahkan kematian pun sudah menjadi bagian dari kesiapan dan tekadnya. Dengan tekad yang teguh dan semangat yang membara, pemuda ini siap menghadapi segala rintangan dan tantangan, mengejar impian dan ambisinya dengan penuh determinasi dan keberanian yang luar biasa.

Ini bukan tentang mencari kesempurnaan,cerita ini tentang mencari Mati! Ambisi dari seorang Pemuda yang merasa tertantang dan mengikuti seseorang yang menurutnya bisa di andalkan.


Mari baca cerita Pertama ku ya

[ Karya asli]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fukano Jr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Sambaran Petir Hitam

Riu Zin mengamati sekeliling tempat pertarungan, menyadari bahwa ia hanya tidak sadarkan diri selama beberapa jam. Mendengar percakapan beberapa murid Sekte Rantai Api yang berjaga di sekitar tempat pertarungannya, bahwa pertarungan itu berlangsung tadi siang, membuatnya merasa lega berpikir bahwa dia tidak sadarkan diri selama berhari - hari.

"Sebaiknya aku pergi dari sini," pikirnya. Tidak disangka, tempat pertarungannya telah dijaga begitu ketat, padahal ia hanya ingin datang untuk melihat kembali. 

Dengan hati-hati, Riu Zin mencoba untuk tidak terlihat, bergerak perlahan, melompat dari pohon ke pohon dengan cepat, dan menyelinap di antara bongkahan batu untuk mendengarkan percakapan mereka sekali lagi.

Ketika mendengar percakapan mereka dalam diam, Riu Zin sedikit kaget. "Apakah Tetua Inti marah besar? Ada masalah apa sampai keluargaku harus ribut dengan keluarga Fung?" pertanyaan dari beberapa murid membuatnya terkejut karena dampak perbuatannya. Rasa malu mulai menyelimuti Riu Zin, mengetahui bahwa tindakannya telah menimbulkan masalah yang lebih besar dari yang dia duga.

Dengan rasa penyesalan yang mendalam, Riu Zin melesat menjauh dalam senyap, "Selamanya tidak akan kembali, nama keluargaku hancur karena ku."

Dari belakang, terdengar langkah seseorang yang mengejarnya, menandakan bahwa ada yang mengetahui kepergiannya. Riu Zin menoleh, "Senior Zin'er, tunggu," suara itu terasa akrab di telinganya.

"Apakah Junior Kuing Ju?" Riu menghentikan langkahnya, menyadari bahwa dia sudah ketahuan. Dengan wajah yang serius dan penuh wibawa, Riu Zin berdiri tegak ketika Junior-nya datang menemuinya. Kuing Ju, seorang Junior Sekte Rantai Api yang baru menjadi murid dalam, memiliki kultivasi di Tahap Menengah dan menempati Tingkat 5, jauh di bawah Riu Zin.

"Syukurlah, junior tahu Senior Zin'er pasti baik-baik saja. Ayo, kita kembali, semua orang sudah khawatir," ucap Kuing Ju dengan lega, tatapan penuh kagum terpancar dari matanya saat melihat seniornya yang penuh wibawa.

Dengan penuh wibawa, Riu Zin berbicara dengan suara yang lembut namun tegas, "Junior Kuing Ju, sebaiknya kembali lebih dulu. Aku memiliki urusan yang harus diselesaikan, namun tolong jangan sebarkan kabar bahwa kau bertemu denganku." Kata-kata penuh wibawa itu diucapkan dengan harapan agar Kuing Ju dapat memahaminya, meskipun Riu Zin sendiri bingung bagaimana cara mengelabui Junior-nya.

"Tapi kami sudah berjanji atas nama Tetua Inti untuk membawa senior kembali," ucap Kuing Ju dengan nada yang tetap menjaga kesopanan dan rasa hormat pada seniornya, mencoba meyakinkan Riu Zin agar pulang bersama.

Riu Zin tetap kukuh pada keputusannya, menjunjung tinggi harga dirinya. Dengan kepala sedikit di angguk, ia menjawab, "Baiklah, kalau begitu, Junior duluan saja. Aku hanya ingin pergi sebentar." Suaranya terdengar mantap, menunjukkan sikapnya yang tegar dan penuh pertimbangan dalam menghadapi situasi yang rumit.

Ragu sejenak, Kuing Ju akhirnya memutuskan untuk pergi duluan, tetapi ia mematuhi permintaan Senior-nya untuk menjaga rahasia pertemuan mereka.

Namun, sebelum benar-benar meninggalkan Riu Zin sendirian, langkahnya terhenti kembali saat menyadari bahwa mereka berdua telah terkepung oleh kemunculan sekitar lima ekor sekawanan monster serigala dengan mata merah yang menakutkan, muncul dari balik pepohonan dan semak-semak. Terlihat bahwa pedalaman hutan dipenuhi dengan monster seperti mereka yang berkeliaran.

Tanah bergetar di sekeliling mereka saat monster-monster itu muncul, kulit mereka sebagian dilapisi batu, namun Riu Zin tampaknya tidak terpengaruh oleh kehadiran mereka yang mengancam.

"Izinkan Junior untuk menyelesaikan masalah ini, tolong Senior perhatikan perkembangan Junior," ucap Kuing Ju, dengan tulus menawarkan dirinya untuk menghadapi kelima ekor monster serigala itu.

"Baiklah," jawab Riu Zin sambil duduk dengan tenang di atas batu di tengah-tengah mereka, siap menyaksikan pertarungan Junior-nya dengan penuh keyakinan.

Aura api merah memancar dari tangan kanan Kuing Ju, seiring dengan pedang yang meluncur keluar dengan gemerlapnya.

Monster serigala segera menyerang, berhasil menggigit lengan Kuing Ju, bahkan rahang besar serigala itu mampu melahap sebagian tangan Kuing Ju.

Riu Zin terlihat sedikit terkesan dengan ketahan tubuh Kuing Ju, karena rahang monster serigala tidak mampu memutuskan lengan Kuing Ju.

"Slash!"

Tubuh monster serigala terbelah menjadi dua, Kuing Ju sengaja membiarkan monster serigala itu menggigit lengannya hanya untuk menunjukkan seberapa kuat fondasi fisiknya kepada Senior-nya.

Riu Zin mengangguk penuh penghargaan, memberikan dukungan yang membuat Kuing Ju semakin bersemangat. Dua serigala lain maju menyerang, kali ini dengan strategi yang cerdik; mereka membalikkan badan dan mencoba menyenggol, memanfaatkan kulit batu yang melapisi tubuh mereka.

Kekuatan dari kulit batu yang mereka miliki tidak main-main, bahkan mampu merobohkan bangunan yang kuat dan membuat tebing gemetar jika menabraknya.

Dengan suara "Krak," kulit batu monster serigala retak dan hancur terkena tebasan kuat dari pedang Kuing Ju. Meskipun pedangnya hanya pedang biasa, aliran energi yang mengalir darinya menciptakan kekuatan yang luar biasa.

 Wus

Monster itu terpental jauh hingga seratus meter dari tempat itu, sementara yang lainnya mendapat perlakuan yang sama. Kedua monster yang tersisa mulai ragu untuk meloncat menyerang, mereka masih mengambil jarak sepuluh langkah dan belum melakukan serangan.

Sebelum kedua monster itu sempat membuat keputusan, dengan gerakan cepat Kuing Ju sudah berada di belakang keduanya. Kali ini, Kuing Ju melompat beberapa meter di atas mereka dan dengan gerakan memutar, menciptakan badai api yang tidak terlalu besar namun cukup mematikan sesuai dengan tingkat kultivasinya.

Meskipun badai api itu terlihat kecil hanya mencakup luas lingkaran seratus meter,  kekuatannya begitu dahsyat bahkan bisa memberikan dampak yang buruk bagi lawannya yang berada dua tingkat di atasnya.

Tubuh Kedua monster yang beratnya puluhan ton itu terputar bersama badai api yang membuat tubuh mereka terpotong beberapa bagian dan terbakar.Setiap potongan tubuh mereka menjadi hangus dan gosong, tersebar di tanah.

Dalam keheningan yang mendalam, Riu Zin memuji kemajuan pesat Kuing Ju, yang baru berusia 18 tahun namun telah menunjukkan perkembangan yang luar biasa. 

Meskipun masih berada di Tingkat ke 5 dalam Ranah Penguasaan Mendasar, keberhasilan Junior-nya sungguh memukau. Riu Zin, yang pada usia 18 tahun yang sudah menetap di Ranah Penyempurnaan, tetap menghargai usaha dan dedikasi Kuing Ju.

"Senior terlalu memuji, Junior masih harus banyak belajar," balas Kuing Ju dengan rendah hati, tetap menjaga sopan santun dan rasa hormat.

"Baiklah, aku pergi dulu. Jangan lupa menyusul, Senior," ucap Kuing Ju sambil melangkah menjauh, berharap agar Riu Zin segera bergabung kembali. Tanpa disadari Kuing Ju, Riu Zin hanya mengelabui Junior-nya.

Tiba-tiba, aura tajam menusuk hati semakin terasa, membuat Riu Zin segera memanggil Kuing Ju, "Junior, awas!"

wus

Raungan yang menggelegar, lesatan petir hitam meluncur begitu cepat, bahkan mata pun tidak mampu mengikuti kecepatannya.

Kuing Ju, yang belum sempat menoleh, merasakan sambaran petir menusuknya dengan cepat, sebelum Riu Zin sempat menyelesaikan panggilannya. 

Dengan sambaran yang sekilas terlihat sebagai petir kecil namun mematikan, Kuing Ju terhantam dengan kekuatan luar biasa. Tanah di sekelilingnya gemetar hebat, retak-retak mulai muncul, dan debu terbang ke udara.

Tubuh Kuing Ju terhantam dengan keras, menjadikan tanah di bawahnya terbelah dengan kekuatan yang dahsyat, membentuk lingkaran besar yang melingkar ke dalam tanah, meninggalkan jejak kehancuran yang nyata.

"Roar" 

Bunyi ledakan seperti guntur bergema dengan tekanan aura kuat yang terasa menyeluruh, mustahil bagi para anggota sekte yang berjaga di sekitar tempat tak jauh dari mereka untuk tidak mendengarnya.

"Junior Kuing Ju," seru Riu Zin sambil melompat cepat untuk memastikan kondisi Junior-nya yang terlihat gosong. "Junior, bertahanlah," Riu Zin mencoba meyakinkan, namun dari sorot mata Kuing Ju yang sudah tertutup rapat, terlihat keinginan untuk berbicara namun suaranya terasa berat, perlahan seluruh tubuhnya mulai hancur menjadi debu.

Dalam suasana yang kian memanas, Riu Zin menatap dengan mata yang dipenuhi kemarahan, bibirnya bergetar saat ia mengucapkan kata-kata penuh emosi, "Petir hitam jiwa kehampaan, tubuh menjadi rapuh." Suaranya bergema di udara, mencerminkan kekesalannya yang mendalam. Wajahnya yang tadinya tenang dan bijaksana, kini dipenuhi oleh ekspresi amarah yang membara. Jurus itu tidak main - main yang bisa menguasai nya  sudah pasti Kultivasi penggunanya tidak jauh berbeda dari Riu Zin.

Dengan tatapan tajam, dia memandang kejauhan, mencoba menahan gelombang emosi yang meluap di dalam dirinya.  Seseorang yang melakukan serangan petir hitam itu, tidak lain dan tidak bukan, adalah Xing Haji dari sekte Gelap Kelam. 

Xing Haji melangkah dengan langkah tegap di atas tanah yang keras. Setiap langkah kaki yang dia injak mengeluarkan aura listrik berwarna hitam pekat, melintas di sepanjang tanah yang dia lalui. 

Tatapannya tajam, bola matanya yang biasa nampak tenang, kini memancarkan cahaya merah samar yang menakutkan. Langit yang sebelumnya jernih kini mulai diselimuti awan kelam, menutupi kilauan bintang-bintang dan bulan yang bersinar terang.

Dengan suara pelan dan serak, Xing Haji berbicara, suaranya bergema di antara hening malam, "Persiapkan dirimu, kematian sudah menanti, dan menderita lah dalam sengatan petir." Kata-kata itu terdengar seperti ancaman yang menggema di udara, menciptakan aura misteri dan ketegangan di sekelilingnya.Xing Haji, sosok misterius Gelap Kelam dengan aura yang menakutkan, terus melangkah maju tanpa ragu.

 

1
Lumine
keren.../Good/

/Rose//Rose/+/Coffee/ untukmu thor...
Uciha Kumar: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Lumine
Karyamu mantav bang../Good//Good//Good/
kukasih kopi /Coffee/ /Ok/
Uciha Kumar: Terima kasih dukungan nya 😁🙏
total 1 replies
Lukalama
tulisanmu rapi sekali Thor.../Good/
/Rose//Rose/meluncur....
Uciha Kumar: Makasih kak Luka sudah mampir 😁🙏
total 1 replies
arfan
terus semangat bos
Uciha Kumar: Ok Siap👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!