Jodoh Jalur Mantan

" Giv jadi gimana ceritanya si pengharum ruangan bisa Lo gampar? gue ga nyangka seorang giva yang cuek ternyata bisa bar-bar juga" Fany yang saat ini tengah berada dikursi berhadapan dengan meja kerja giva langsung mengintrogasi sang sahabat, karena berita ini sudah menyebar didalam kantor.

" husssstt besok gue ceritain pas jam makan siang, sekarang ada kak Rio didalem ruangan pak Gio gue takut dia denger bahaya kan" giva yang langsung memberikan ultimatum kepada sang sahabat langsung melirik ruangan gio karena takutnya pintu itu tiba-tiba terbuka bisa bahaya.

" Loh kak Rio jemput kesini? Udah dateng yaa okedeh besok lo janji ya makan siang bareng ceritain deh semuanya gedeg banget gue sama tingkah laku si pengharum ruangan cantik kagak rusuk iya pake banget lagi baru sadar tuh si Dandy kalau ceweknya bikin pusing" ucapan Fany tidak dihiraukan oleh giva karena memang sudah tidak tertarik tentang Dandy apalagi mendengar langsung penghianatan yang selama ini dilakukan terasa cukup membuat hatinya tercubit merasa menjadi wanita kurang pintar, karena mau saja diperlakukan seenaknya.

" Pulang bareng bang Fandy lo? Ada noh didalem tunggu aja disini gue juga udah beres kok" giva yang masih sibuk merapikan barang-barangnya kedalam tas sedangkan Fany masih bengong pikirannya seakan melayang menebak apa yang terjadi pagi tadi sampai seheboh itu.

Ceklekk...

" Loh fan mau pulang bareng kita? Fandy lembur katanya gimana dong" pintu terbuka Rio yang sudah akrab dengan sahabat adiknya itu langsung mode jail.

Plaaakkkkkk

" Jomblo kalau ngomong udah kaya dukun seenaknya tanpa bukti mana ada gue lembur nih kunci udah ditangan gue sirik aja sih lo makannya cari pacar" Fandy yang kesal atas kejahilan Rio langsung saja memberikan ultimatum yang ditanggapi gelengan kepala oleh Rio.

" Kak Rio balik kapan? Aku ga dibagi oleh-oleh apa? Parah amat" Fany langsung membalas telak kejahilan Rio dengan tatapan yang dibuat sedih.

" Gausah sok memelas deh noh ada di pacar kesayangan lo udah gue satuin biar ga ribet, gue cuma jomblo doang bukan pikun apalagi pelit jadi ga perlu drama deh" lagi jawaban Rio membuat Fany merasa menang atas kejahilannya.

" Ehhh giva lo ternyata adeknya si Rio lah baru sadar gue" Fandy mengalihkan obrolannya.

" Lah bang Fandy kemana aja? Muka mirip gini masa ga sadar sih, udah ah ga beres-beres udah sore yang mau pacaran udah ga sabar kan? Gih sana samperin pangeran berkuda besinya" giva menyenggol lengan Fany mendorong lembut sebenarnya mengalihkan rasa salah tingkahnya karena dari ujung mata terlihat jika gio sedang memperhatikan dengan tatapan yang cukup lembut membuat hatinya lemah apalagi tadi pagi sempat ada drama usapan kepala hahh sudahlah.

" Yeeee sirik aja Kaka adek samanya" Fany menghampiri Fandy untuk mengajaknya pulang.

" Udah beres ributnya? Kalau udah ayo buruan balik udah rusuh ributin apa aja kalian malu sama umur" Gio yang sejak tadi diam memperhatikan giva akhirnya melangkahkan kakinya menuju lift yang diikuti oleh rio, giva, Fany dan Fandy.

Triiiinnnggg...

Pintu lift terbuka mereka berjalan menuju arah parkiran untuk menuju kendaraannya masing-masing dengan tujuan masing-masing juga karena belum ada obrolan untuk pergi makan bersama sampai saat ini.

" Waahhh....waahhh...waahhh... Ibu giva yang cantik ternyata sudah ada mangsa baru lagi nih, setelah kekasihku tadi pagi kak Dandy sekarang mau sama yang baru lagi benar-benar murah yaa atau diobral? Upssss takut ditampar lagi" suara Stella begitu keras membuat karyawan yang sedang berjalan seketika terhenti memperhatikan kejadian yang saat ini sedang terjadi, di saat yang sama juga giva, Rio, Fandy, Fany dan gio menghentikan langkah mereka menatap tajam ke arah Stella dan Dandy yang kini ada disampingnya secara bergantian.

" Ehhh pengharum ruangan, bisa ga sih punya mulut tuh dijaga otaknya dipake kalau apa-apa jangan pernah berasumsi sedangkan Lo sendiri ga punya data falid sebagai bukti tuduhan Lo" Fany yang mulai terpancing langsung menghardik Stella.

" Loh aku kan ngomong sesuai fakta Bu Fany, lihatlah wanita cantik dan polos itu sekarang sudah berjalan beriringan dengan pria baru sedangkan kak gio ada didepan, kalau bukan wanita murah mana mau jalan dengan pria itu sedangkan tadi pagi dia keluar dari mobil kak gio sampai-sampai kak gio rela menjadikan dia sekertarisnya, mengorbankan adik kandungnya yang makan berada di bagian management menggantikan posisi Bu giva kalau tidak dengan tubuhnya mana mau seorang lelaki melakukan itu semua bukan?" Stella terus saja mengeluarkan ucapan yang kurang pantas entah apa yang ada dipikirannya saat ini wajah tanpa dosa sedangkan Dandy yang ditatap tajam oleh Rio dan gio mulai panik.

" Stella jaga ucapan kamu, pria yang ada disamping giva itu kakak kandungnya buka. Pria yang sudah kamu tuduhkan" Dandy akhirnya mengeluarkan suaranya karena sudah tidak tahan dengan tatapan sang Kaka.

" Sayang kamu masih saja membela wanita itu kenapa sih kamu masih suka sama dia hah? Apa yang udah dia kasih sama kamu sampe-sampe kamu masih saja membelanya" Stella yang tidak terima atas ucapan Dandy malah semakin gencar mengeluarkan ucapan yang tidak mendasar.

" Gio apakah perempuan ini yang membuat adikku menangis tadi sore? Apakah kamu sudah menurunkan nilai sdm seorang karyawan dikantormu sampai-sampai kamu masih mempekerjakan karyawan minim attitude seperti ini?" Rio yang sudah mengepalk kedua tangannya menahan emosi yang siap meledak akhirnya sudah tidak bisa menahannya lagi, siapa yang terima jika adiknya dihina seperti ini.

" Dan kamu Dandy saya sangat bersyukur karena adik saya bisa lepas dari seorang pria lemah seperti kamu, bagaimana kamu bisa mempertahankan kekasihmu jika harga dirimu sebagai seorang lelaki saja tidak ada, buktinya saat ini kamu hanya bisa diam ketika kualitas diri kekasihmu sedang ia pertontonkan kepada kami" Rio kembali membuat ucapannya memancing emosi Stella.

" Hei tuan jaga ucapanmu kekasihku tentu sangat benar meninggalkan wanita murah yang ada di sampingmu karena dia mencari kekasih yang selalu mendukung keinginannya bukan berpura-pura sibuk bekerja tapi nyatanya nempel sana sini sama pria lain huhh" jawaban Stella membuat hati giva kembali memanas apalagi melihat para karyawan yang sejak tadi memperhatikan mereka.

" Dandy apa yang saya katakan tadi pagi itu berlaku dan ini belum satu hari sudah membuat ulah lagi, Stella silahkan ajukan surat pengunduran diri kamu ke bagian hrd sekarang juga jika kamu masih tidak mau maka saya yang akan memecat kamu secara tidak hormat sekarang juga" Gio yang sudah sangat geram dengan tingkah laku Stella langsung menyambar dengan keputusan yang tepat.

" Kak gio aku ga terima ya lihat saja akan aku adukan kepada om dan Tante sekarang juga, sayang kamu bantuin aku dong jangan diem aja" Stella menggoyangkan lengan Dandy yang sejak tadi hanya diam.

" Sudahlah Stella kau terima saja aku sudah lelah bekerja dan harus mengurusi hal seperti ini sangat tidak penting sekali, lagian tadi pagi aku udah ingatkan kamu untuk menjaga sikap dan ucapan kamu tapi lihat kamu sendiri yang melakukan hal ini terulang kembali jadi terimalah konsekuensinya" Dandy langsung pergi meninggalkan Stella menuju kendaraannya.