Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam
Bab. 28
"Ya sudah, istrimu ada di kamar. Habis kehujanan tadi belum keluar sama sekali," ucap bu Mela.
Kemudian Ghani pamit untuk pergi ke kamar Rinda. Sesampainya di depan kamar sang istri, Ghani berhenti sejenak lalu membuka pintu.
"Rinda," panggil Ghani sembari mendorong pintu kamar ke depan.
Perlahan pria itu melangkah masuk. Melihat keadaan kamar yang gelap, membuatnya heran.
"Rinda?" panggilnya lagi.
Ghani semakin masuk setelah menutup pintu. Lalu ia melihat ada seseorang di atas ranjang berukuran sedang di depannya.
"Udah tidur?" tanya Ghani lagi. Namun, tetap saja tidak mendapat jawaban dari Rinda.
Ghani semakin penasaran. Pria itu kemudian mencoba mendekat. Heran, kenapa Rinda memakai selimut hingga tubuhnya tidak kelihatan sama sekali.
Sangking penasarannya, Ghani membuka selimut yang tengah di pakai oleh Rinda secara perlahan. Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak. Terlebih lagi ketika mengingat gadis itu tadi kehujanan. Sedangkan jarak tempat Rinda berteduh tadi cukup jauh dari rumahnya.
Ghani mengernyitkan keningnya ketika Rinda tetap tidak merespon dirinya.
"Ini anak tidur apa matii, sih?" gumam Ghani yang mulai kesal.
Namun, betapa terkejutnya Ghani ketika pria itu tanpa sengaja menyentuh lengan Rinda. Terasa sangat panas.
"Shitt! Dia demam," ucapnya lagi.
Tanpa berkata apa-apa, pria itu langsung menyibak selimut yang sebelumnya dipakai oleh Rinda. Bahkan tanpa berpikir ulang, pria itu segera mengangkat tubuh Rinda dan membawanya keluar dari kamar.
Tentu saja, munculnya Ghani dengan Rinda yang ada di gendongan pria itu jelas membuat bu Mela dan juga ayah Aga sedikit terkejut.
"Loh loh loh ... kok main gendong-gendongan di luar, Gha?" tanya bu Mela sedikit panik. "Dasar anak muda jaman sekarang. Kalau mau sayang-sayangan, jangan di luar. Nanti Ibu juga pingin." celetuk bu Mela kemudian.
Kini Ghani sadar. Sebenarnya Rinda ini menuruni sifat siapa.
"Bukan, Bu. Rinda demam. Ghani mau bawa ke Mama," ucap Ghani meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di sini.
"Hah? Mama?" ulang bu Mela. "Kenapa sama Mama kamu? Biarkan dia di sini aja dulu, Gha. Kakaknya juga calon dokter," beritahu bu Mela. "Nara pasti bisa merawat Rinda."
"Nggak apa-apa, Bu. Biar Rinda sama Mama aja di rumah. Mama juga seorang dokter. Lagi pula Kak Nara sedang dinas kan?" sahut Ghani yang penuh maksud.
Bu Mela yang ingin melayangkan protes lagi, namun segera dicegah oleh suaminya. Ayah Aga menggeleng kepala ke arah sang istri. Memberi isyarat untuk tidak terlalu menghalangi Ghani.
"Biarkan suaminya yang merawat, Bu," ingat ayah Aga.
Dengan terpaksa bu Mela membiarkan Rinda dibawa pergi oleh suaminya dalam keadaan demam.
"Semoga dia benar-benar pria yang bertanggung jawab ya, Yah," gumam bu Mela seraya meratapi kepergian Rinda yang diculik suaminya sendiri. "Kalau tahu rumah bakalan sepi kayak gini, nggak akan Ibu nikahkan Rinda lebih dulu." sesalnya yang percuma saja. Karena semua sudah terlanjur.
Di dalam perjalanan, beberapa kali Ghani memastikan Rinda dalam keadaan nyaman. Dia sudah menurunkan sedikit kursi yang sekarang ini Rinda tempati.
"Ck! Kenapa malah sakit di waktu yang nggak tepat, sih!" omel Ghani yang kesal sendiri.
Acara nanti malam tidak bisa ia tunda. Makanya Ghani bersikeras membawa Rinda pulang sekarang meskipun keadaannya cukup memprihatinkan.
Sementara Rinda semakin meringkuk. Memeluk jaket tebal yang dia pakai saat ini. Tentu saja, jaket yang sangat kebesaran di tubuhnya itu bisa sekalian menutupi hampir seluruh tubuh Rinda.
"I-ibu ... sakit," rengek Rinda seolah tengah mencari sesuatu. Namun, matanya tetap terpejam.
Ghani yang melihat itu, jelas meraih tangan Rinda. Tidak nau kalau sampai gadis itu mengacau saat dirinya mengemudi.
"Lo cari apa? Bilang yang jelas," ucap Ghani masih saja datar.
"Sakit ..." rengek Rinda yang kemudian menarik tangan Ghani yang menyentuh dirinya. Menariknya hingga posisi pria itu hampir condong ke arah Rinda.
"Jangan tarik ta—"
Ucapan Ghani terhenti seketika di saat tangannya menyentuh sesuatu yang lembut dan panas.