NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

***

"Kakak pertama jadi jelaskan apa yang lu sembunyiin dari kita-kita." Ujar Sadewa sambil melempar tasnya sembarangan.

Ke-empat saudara Yudistira tiba-tiba membuat keributan di dalam ruang kerja Yudistira. Yudistira hanya diam, ia mengangkat alisnya lalu kembali lagi menatap laptop memeriksa laporan bulanan.

"Tega sekali kakak pertama mengkhianati kita. Ngaku aja kakak sudah memiliki pacar bukan? Lalu bagaimana dengan kita tega sekali kakak membiarkan kita terus menjomblo." Ujar Bima mengacak-acak bantal di sofa.

Yudistira menghembuskan napas, kenapa ia harus dikelilingi orang yang tidak waras. Apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Siapa pula yang sudah punya pacar? Boro-boro mencari pacar hidupnya dihabiskan dengan mencari uang.

"Dan lu parahnya lagi pacaran sama anak kecil. Bener-bener bajingan sejati. Mau jadi om-om pedo?" Kali ini suara Nakula ikut berpartisipasi. Berbeda dengan Arjuna ia duduk dengan tenang sambil membaca buku.

"Lu bisa-bisanya baca buku disaat keadaan genting gini. Gua jadi nggak yakin kalau lu itu kembaran gue." Bima menatap Arjuna kesal, ia kemudian melilit kepala saudara kembarnya itu dengan tangan. Lalu membuat kedua

orang itu bergulat di lantai. Yudistira menggelengkan kepalanya bisa-bisa ruangannya kacau jika ke empat saudaranya berada disini. Tumben sekali mereka kesini biasanya pada cabut ke tempat nongkrong.

"Bumble bee butuh bantuan, ayo serang Megatron." Megatron yang dimaksud adalah Arjuna. Bagi Bima Megatron itu sebelas dua belas sama Arjuna. Padahal Arjuna itu lebih cocok jadi Optimus Prime.

Nakula dan Sadewa ikut bergabung mereka saling bergulat. Bukannya membantu Bima, Nakula dan Sadewa malah menyerang Bima.

"Dasar pengkhianat adek-adek laknat, serang Arjuna bego bukan gua." Kaki dan tangan Bima disegel oleh ketiga saudara. Kenapa nasibnya selalu sial?

Nakula dan Sadewa malah tertawa mendengar perkataan Bima. Disaat itu pula suara pintu terbuka. Keempat orang dengan pergulatan bodohnya terkejut mendapati gadis yang semalam bersama Yudistira. Bagaimana gadis itu bisa

di sini? Ditambah gadis itu menggunakan seragam kerja di cafe ini.

"Maaf.."

Naomi menundukkan kepala, ia baru saja ingin mengantar makan siang untuk Yudistira. Namun ia terkejut melihat banyak orang disana.

"Masuk taruh saja di meja." Ujar Yudistira. Naomi melangkah dengan hati-hati lalu menaruh makanan tersebut di meja dan pergi.

"Calon kakak ipar kita kerja disini?" Tanya Sadewa.

"Iya."

"Iya apa, dia kerja disini atau dia jadi kakak ipar kita?" Tanya Arjuna. Ia yang paling banyak diam tiba-tiba bersuara membuat semua orang di ruangan terkejut. Sedangkan Yudistira menghela napas, Arjuna itu pandai pasti dia akan menyerangnya sampai titik yang ia harapkan.

"Kita punya kakak ipar.. kita punya kakak ipar.... Kita punya kakak ipar..." Bima Nakula dan Sadewa bernyanyi dengan senang.

"BUKAN!!" Teriakan Yudistira membuat nyanyian tersebut berhenti.

"Mencurigakan."

Dengan kompak ke empat saudara tersebut  mengatakan itu dan duduk di lantai sambil menatap tajam Yudistira. Sedangkan Yudistira berpura-pura tidak terintimidasi dengan mereka. Beraninya empat lawan satu. Kenapa ia

jadi dipojokkan?

"Mana ada nggak suka tapi perhatian. Diem-diem tapi mau kan?" Ledek Arjuna sambil menyeringai. Yudistira merona, namun ia berusaha untuk tetap cool. Ia tidak menyukai Naomi. Ia hanya kasihan karena gadis itu harus

sendirian dalam menjalani hidup. Lalu kenapa ia harus repot-repot seperti ini? Yudistira merasa akan gila sekarang.

"Gua cuma kasihan sama dia, karena dia ditantang Geovano balapan."

"APA BAJINGAN GILA ITU NGAJAKIN ANAK PEREMPUAN BALAPAN??" Rasanya Bima ingin koprol, mantan musuhnya itu benar-benar banci. Ingatkan Bima untuk mampir ke markas banci itu dan mengejeknya. Hahahaha.

"Nggak usah ngegas biasa aja keles." Nakula memutar bola matanya bosan dengan tingkah lebay Bima.

"Kakak pertama lu nggak ngadi-ngadikan?" Bima hendak menghampiri Yudistira namun mencium bau harum dari sebuah makanan. Ia urungkan, perutnya tiba-tiba keroncongan.

"Jangan sentuh makanan gue." Yudistira menatap tajam Bima yang berniat memakan masakan Naomi.

"Cafe lu kan banyak jual makanan gue makan satu juga nggak bakal rugi." Bima tetap ngotot ingin merasakan makanan tersebut ketiga Pandawa yang lain juga ikut menyantap. Yudistira menghembuskan napas sabar. Kesabarannya selalu dipuji dengan kehadiran mereka. Kapan ia punya hari tenang? Ia merasa seperti Squidward yang di ganggu Spongebob dan Patrick.

"Enak banget sumpah siapa yang buat?"

"Yang nganter tadi."

"Apa serius? Anak kecil itu bisa masak??"

"Hm."

"Beruntung sekali kita punya kakak ipar kecil seperti dia. Perut kita pasti akan selalu dimanjakan." Bima mengelus perutnya lapar.

"Selesai makan lebih baik kalian pulang." Usir Yudistira tanpa mau berbasa-basi. Padahal keempat Pandawa tersebut masih penasaran dengan calon kakak ipar mereka.

"Kenapa?" Tanya Nakula.

"Gue takut lu semua bikin takut Naomi."

"Oh jadi namanya Naomi." Arjuna menyeringai.

Yudistira ingin rasanya menenggelamkan mereka ke dasar bumi yang paling dalam. "Calon kakak ipar bisa naik motor?" Suara Sadewa membuat Yudistira menggelengkan kepala bingung. Ia juga merasa aneh dengan Naomi yang tidak bisa naik motor tapi menuruti taruhan yang diberikan Geovano.

Gadis bodoh!

"Wah jangan-jangan kakak mau ambil kesempatan dalam kesempitan." Ucapan Bima membuat Yudistira menyipitkan mata tidak mengerti.

"Kesempatan macam apa itu?"

"Bisa pegang-pegang calon kakak ipar lah sambil ngajarin motor kalau kata gaulnya grepe-grepe." Dunia Yudistira seakan berputar mendengar itu. Ia jadi membayangkan yang tidak-tidak. Jika ia mengajari Naomi naik motor

tubuh mereka pasti akan sangat dekat. Tiba-tiba Yudistira merasa gerah.

"Tutup mulut lu anak kecil atau gue gantung." Bima cemberut memang apa yang ia katakan salah. Ia hanya mengatakan kebenaran.

"Kakak pernah kecelakaan waktu balapan, tapi kenapa membiarkan Naomi balapan apa kakak tidak takut terjadi sesuatu pada Naomi?" Ucapan Arjuna membuat Yudistira terdiam. Jujur Yudistira masih merasakan trauma disaat

balapan, bahkan ia selalu hati-hati mengendarai motor. Kadang setiap ia mengendarai motornya dengan kecepatan penuh atau disaat ada kendaraan yang tiba-tiba muncul dengan kecepatan penuh di depannya bayang-bayang

masalalunya muncul. Yudistira ingin sekali melupakan hal buruk itu. Ia tetap mencoba menghilangkan traumanya karena jika terus dibiarkan maka ia akan kesulitan menjalani hidup. Dulu Yudistira hampir lumpuh dana kehilangan kakinya, untungnya bukan lumpuh permanen.

Yudistira menarik napas panjang apa yang harus ia lakukan? Apa ia akan tetap membiarkan Naomi balapan. Tanpa sadar Yudistira mencengkeram bolpoin yang di genggamnya erat.

***

Yudistira duduk di atas motor. Ia menunggu Naomi keluar. Rencananya ia ingin mendiskusikan perihal tawuran itu. Yudistira berniat menukar posisinya dengan Naomi walau ia tahu kondisinya tidak memungkin untuk ikut

balapan. Tapi ia lebih suka mengorbankan dirinya sendiri dari pada harus melihat Naomi bernasib sama sepertinya. Siapa tahu traumanya akan menghilang, ia rindu masa-masa dulu.

"Pak Bos belum pulang?" Ujar Naomi melihat Yudistira masih di parkiran Cafe.

"Panggil mas saja." Naomi mengerjapkan mata lucu. Rasanya aneh memanggil bosnya dengan sebutan itu. Apalagi biasanya panggilan itu lebih cocok untuk pasangan suami istri.

"Kak Yudis saja bagaimana?"

"Terserah." Yudistira tidak mau memaksa gadis kecil itu.

"Untuk balapan bagaimana kita bertukar tempat? Saya yang akan menggantikan kamu. Besok saya dan Arjuna akan pergi ke Vano untuk negoisasi."

"Kak Yudis tidak perlu repot-repot seperti itu. Aku bisa menyelesaikan masalah ini." Naomi tidak ingin Yudistira masuk ke dalam masalahnya. Pria itu mengajarinya motor saja Naomi merasa keberatan. Ini semua

gara-gara Leo seharusnya pria itu yang bertanggung jawab bukan Yudistira.

"Saya tidak ingin kamu dipermainkan oleh Vano."  Naomi terdiam ia menatap Yudistira lekat-lekat. Tiba-tiba hatinya berdebar mendengar itu. Kenapa pria ini bisa bersikap manis sekali layaknya seorang kekasih? Namun Naomi

berusaha menepis perasaan itu. Yudistira melakukan ini bukan karena menyukainya tapi pria itu kasihan mengingat ia anak yatim.

"Kak Yudis tidak perlu repot-repot berbuat seperti itu. Aku akan meminta Leo mengajariku." Mendengar itu Yudistira menjadi panas. Ucapan Bima yang mengatakan grepe-grepe itu tergiang-giang di kepalanya. Ia tidak bisa membayangkan ada pria lain yang menyentuh Naomi terutama Leo si BAJINGAN kecil itu. Untuk saat ini ia akan membiarkan Naomi balapan. Daripada ia harus melihat Naomi bergantung pada Leo.

"Saya yang akan mengajarimu atau kamu dipecat," putus Yudistira dengan nada mengancam. Naomi langsung tergagap ia tidak mau dipecat jika ia dipecat bagaimana ia bisa hidup? Pasti ia akan menjadi gelandangan di jalan.

"Iya kak."

"Bagus."

"Kak, besok aku boleh ijin kerja untuk tugas kelompok?"

"Boleh. Dengan siapa saja kamu akan pergi kerja kelompok?"

"Leo, Nara, dan Anton."

Mendengar nama Leo membuat Yudistira masam. Kenapa pria bernama Leo harus mengekor dengan Naomi terus? Gara-gara Leo juga Naomi harus berurusan dengan Vano.

"Dimana?"

"Di Cafe Deket sekolah."

"Kenapa nggak di sini aja?" Yudistira menawarkan cafenya yang super megah dan mewah. Sedangkan

Naomi terdiam, ia tidak enak hati harus bekerja kelompok di Cafe Yudistira sedangkan rekan kerjanya sibuk mengurusi cafe. Pasti akan sangat canggung.

"Di sana dekat dan murah."

"Kalau sudah selesai kerja kelompok hubungi aku. Setelah itu kita akan belajar motor." Yudistira merasa posisinya terancam. Entahlah ia tidak tahu apa maksudnya. Kenapa hatinya merasa tidak enak?

"Terimakasih Kak Yudis."

"Sekarang kita pulang." Ajak Yudistira pada Naomi.

Yudistira memakai helmnya kesal. Ia merasa aneh kenapa ia merasa tidak suka dengan Leo?

Padahal anak laki-laki itu tidak pernah mencari gara-gara dengannya. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!