Karena Taruhan, Hidupku Jadi Rusak!

Akira merentangkan tangannya meminta untuk gadis kecil itu memeluknya.

Zeera tersenyum lebar langsung memeluk Bundanya dengan senang hati. Gadis 10 tahun itu tampak begitu bahagia melihat Bunda kesayangan yang datang menjemputnya.

"Makasih karena Bunda mau datang menjemput aku." kata Zeera tersenyum cerah.

"Tentu saja Bunda akan datang menjemput kamu. Maafkan kesibukan Bunda akhir-akhir ini ya. Bunda tidak berniat ingin mengabaikan kamu, tapi karena kesibukan Bunda, Bunda tidak sengaja mengabaikan kamu. Maafkan Bunda ya, sayang." Mencium kedua pipi putrinya dengan perasaan rasa bersalah.

Tersenyum dan mengangguk, "Tidak apa-apa kok Bunda, sekarangkan Bunda sudah punya waktu buat Zeera. Ini buktinya juga Bunda ada di sini sama Zeera."

"Karena Bunda melakukan kesalahan, maka Bunda akan memenuhi semua keinginan Zeera hari ini. Zeera bilang saja mau ke mana, maka Bunda akan menemani Zeera," ucap Akira sengaja ingin mengajak putrinya berjalan-jalan untuk menebus rasa bersalahnya.

Mendengar ucapan sang Bunda. Kedua mata Zeera langsung berbinar-binar.

"Beneran, Bunda?"

"Hm, bilang saja saja Zeera mau ke mana, bebas kok." Mengangguk pasti.

"Wahhhh kalau begitu Zeera mau belanja Bunda, boleh nggak?" Tanyanya penuh harap.

"Tentu saja."

"Ya sudah, kita belanja ke Mall saja ya, Bunda!" Girang gadis berusia 10 tahun itu.

"Ok."

Sejak kapan anak ini pintar belanja ke Mall? Hm. Batin Akira sedikit heran dengan sikap putrinya.

Akira pun memenuhi keinginan putrinya yang ingin belanja ke Mall. Meminta kepada sopir yang mengantarnya baru saja ke sekolah untuk kembali mengantar dia bersama putrinya ke Mall.

***

Ting!

Suara ponsel Abnan bergetar tanda menerima sebuah pesan.

Pria yang sedang melangsungkan rapat itu mengambil ponsel tersebut dan melihat siapa yang mengirimnya pesan.

Abnan melengkung senyuman tipis di bibir saat melihat sejumlah uang yang Akira tarik dari kartunya yang tadi dia berikan pada istrinya.

Ting!

Kembali ponselnya berdering menerima pesan yang kedua dari nomor Akira.

Bukan aku yang menggunakan uang mu. Tapi putrimu sendiri yang menggunakannya, jadi jangan meminta pertanggungjawaban dariku.

Seperti di atas itulah kira-kira pesan yang Akira kirim pada Abnan.

Tanpa sadar Abnan terkikik geli melihat pesan yang wanita itu kirim padanya.

Karyawan yang duduk di meja hadapannya saling melempar pandang heran melihat tingkah Presdir mereka yang tersenyum-senyum sendiri sembari mengutak-atik ponselnya.

Benarkah?

Balas Abnan seperti berkata 'aku tidak yakin dengan ucapan mu'

Terserah kau saja!

Kau tidak suka dengan orangnya, tapi kau suka dengan uangnya.

Abnan membalas chat dari Akira yang membuat wanita itu melebar mata.

Siapa bilang begitu! Aku tidak pernah bilang, kalau aku tidak suka dengan orangnya!

Akira mengirim pesan tanpa sadar apa yang dia tuliskan dalam pesan baru saja ia kirim.

"Tunggu! Pesan apa yang baru saja aku kirim itu! Agh! jangan sampai dia membacanya!" segera wanita itu ingin menghapus pesan yang dia kirim.

Di mana pesan itu secara tidak langsung berbunyi bahwa dia berkata menyukai Abnan.

Belum sempat dia hapus. ternyata pesan itu sudah di baca.

"Buahahahaha." Abnan tiba-tiba tertawa membaca pesan Akira yang dia tahu pasti wanita itu tidak sengaja mengirim pesan demikian.

Karyawan yang tadinya heran melihat tingkahnya. Kini jadi melongo kembali melihat Presdir mereka tertawa lepas.

"Ehem." Yumi berdehem tak tahan melihat Abnan tertawa lepas membuat dia di landa cemburu berat. Ia tahu kalau Abnan seperti itu pasti ada sangkut pautnya dengan seseorang yang Abnan chat. Yumi juga menduga kalau itu pasti Akira.