NovelToon NovelToon
Kamar Jenazah

Kamar Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / spiritual / hantu / Roh Supernatural
Popularitas:58.6k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Kamar jenazah, bagian dari rumah sakit yang agak dihindari. Misteri dan kisah mistis apa yang dialami oleh Radit Krisna yang bekerja sebagai petugas Kamar Jenazah. Tangisan yang kerap terdengar ketika menjalani shift malam, membuat nyalinya terkadang ciut.

Berhasilkah Radit melewati gangguan yang terjadi dan mengungkap misteri tangisan tersebut?

===

Hanya untuk penggemar kisah horror. Harap tidak membaca dengan menabung bab ya.

Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12 ~ Ikut Mati

Alarm dari ponsel cukup memekakan telinganya. Radit terjaga dengan terpaksa lalu menonaktifkan alarm tersebut dan menguap. Sejak tadi siang ia sengaja tidur, mempersiapkan nanti malam yang harus bertugas sampai pagi.

Terdengar juga suara ibunya, yang berteriak dari dapur. Sudah sangat sore dan menjelang maghrib, jangan harap ia bisa tidur dengan lelap di waktu tersebut karena ibunya akan terus membangunkan bahkan bisa sampai menyiramnya.

“Jangan kebiasaan tidur jam segini. Nggak baik untuk kesehatan kamu.”

“Iya bu,” sahut Radit sebelum memasuki toilet untuk mandi.

Setelah membersihkan diri dan melakukan ibadah maghrib, ibu dan anak itu sudah berada di meja makan. Radit menerima piring yang diisi nasi oleh ibunya lalu mengisi dengan lauk dan sayur. Berencana akan menanyakan doa untuk menjauhkan dari gangguan jin.

“Nggak nambah, nanti malam lapar gimana?”

“Nggak bu, udah kenyang. Gampang lah kalau lapar, paling butuh kopi biar nggak ngantuk.”

Ibu membawa piring kotor ke tempat cuci piring, Radit meraih tutup saji dan menutup sisa menu makan malam.

“Bu,” panggil Radit masih duduk di kursinya.

“Hm.”

“Ibu tahu doa untuk menghindari gangguan jin?”

Pertanyaan Radit membuat Salma menghentikan aktivitasnya mencuci piring lalu menoleh ke belakang.

“Siapa yang diganggu oleh jin?” tanya Ibu lalu kembali melanjutkan cuci piring.

“Buat jaga-jaga aja bu.”

“Banyak doa itu, surat pendek juga bisa. Ayah pernah ajari kamu, memang sudah lupa?”

Radit menggaruk kepalanya, mungkin ia memang pernah belajar akan hal itu. Namun, selama ini tidak pernah mendapatkan gangguan apalagi bersinggungan dengan hal mistis.

“Suara tangisan yang ibu dengar semalam itu, termasuk gangguan jin Bu. Di sana juga aku dengar ada yang nangis, makanya aku tanya sama ibu doa untuk menghilangkan gangguan itu.”

Belum juga dijawab oleh ibunya, ponsel Radit berdering ternyata panggilan dari Karta.

“Sebentar Bu,” ujarnya. “Halo ….”

“Dit, Deo kecelakaan. Gue share rumah sakitnya, langsung otw ya,” ujar Karta di ujung sana, panggilan pun berakhir. Padahal Radit belum mengucapkan apapun.

“Ada apa?”

“Deo kecelakaan, aku mau ke sana dan langsung berangkat kerja.”

Ternyata rumah sakit di mana Deo dirawat adalah rumah sakit tempat Radit bekerja. Ada kelegaan, paling tidak ia menuju satu tujuan. Pesan yang dikirimkan untuk dokter Lena pun belum ada balasan, sepertinya wanita itu sedang sibuk.

Langsung menuju kamar Deo dirawat, kamar kelas satu di mana ada dua ranjang pasien. Namun, satu ranjang lainnya masih kosong. Sudah ada Karta dan adik Deo di sana.

“Gimana keadaan Deo?” tanya Radit memandang tubuh pria itu yang terhubung alat medis, juga jarum infus. Masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.

“Nunggu dia sadar, tadi pagi operasinya selesai lalu observasi dan dipindahkan ke sini,” jelas Adik Deo.

“Ini kecelakaan dimana?” tanya Karta.

Adik Deo menghela nafas pelan, lalu duduk di kursi tunggu pasien. “Sebenarnya bukan kecelakaan, dari hasil CCTV bisa dipastikan kalau Deo mencoba bunuh diri. Dia melompat dari lantai tiga.”

“Hah.” Radit dan Karta terkejut, tidak habis pikir dengan ulah sahabatnya.

Beberapa jam sebelumnya, setelah Karta dan Radit menemukan Deo di pemakaman.

“Ayo cabut, udah malam,” ajak Radit pada Karta. Deo pun sudah menaiki motor sportnya.

Pria itu mengabaikan usulan Karta yang akan mengantarkannya pulang, ia bukan sakit atau tidak mampu pulang sendiri hanya saja ada hal yang terus mengganggunya. Saat ia sudah berbaring lelah di atas ranjang,

Brak.

Kantuk yang sudah mendera mendadak hilang ketika jendela balkon kamarnya terbuka dan angin bertiup membuat gorden bergoyang bahkan barang-barang yang tidak berat di atas meja dan nakas berjatuhan.

Deo beranjak dari ranjang hendak menutup pintu balkon dan penerangan di kamar nya tiba-tiba mati. Hanya ada cahaya dari rumah tetangganya, entah listrik di rumahnya yang bermasalah atau memang pemadaman bergilir.

“Astaga!” pekik Deo lalu melangkah mundur mana kala sosok yang beberapa hari ini selalu mengganggunya. “Pergi, kamu sudah mati!”

Sosok itu biasanya hanya muncul dengan berdiam diri atau menangis, kali ini berbeda. Ia menunjukan wajahnya … menyeramkan. Pakaian yang dikenakan sama persis yang digunakan ketika Deo meninggalkannya, bahkan kotor dari tanah dan noda darah pun terlihat di sana.

“Pergi!” teriak Deo lagi.

Tangan sosok itu terjulur dan pintu balkon sebelah kiri bergerak kencang membentur wajah Deo, membuat pria itu mundur dan menunduk merasakan nyeri pada hidungnya bahkan mengeluarkan darah.

“Dasar set4n, udah mati lo masih nyusahin gue,” teriak Deo lagi.

Sosok itu mendekat dan sudah berada di hadapan Deo, kedua tangan pucat itu mencengkram leher Deo. Kesulitan bernafas karena cengkraman yang sangat kuat membuat Deo melemah, hanya bisa menggerakan kedua kakinya seperti ikan yang menggelepar karena berada di darat.

Sosok itu menjauh setelah melepaskan cengkraman tangannya, menyisakan Deo yang terbatuk berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Cengkraman tangan sosok itu menyisakan tanda dan di lehernya.

“Mati … kamu harus ikut mati.”

Cuih.

Deo meludah dan perlahan beranjak.

“Lo harusnya udah di neraka, ini bukan tempat lo lagi,” hardik Leo lalu bergegas meninggalkan kamarnya. Ternyata sosok itu mengikuti, membuatnya berlari menjauh dan menaiki anak tangga menuju lantai tiga yang digunakan untuk menjemur pakaian dan hanya ada rooftop yang jarang didatangi

Deo sudah berada di sisi rooftop, menatap ke bawah. Meskipun hanya tiga lantai, tapi kalau terperosok sudah pasti dia akan celaka.

“Pergi!” teriak Deo.

Sosok itu semakin dekat dengan kedua tangan menjulur seakan kembali akan mencekik dan wajah yang menyeramkan dengan kedua mata berubah hitam dan mulut mengeluarkan cairan hitam.

“IKUT DENGANKUUUUUUU!”

“TIDAK!” Deo tidak sadar melangkah mundur dan … terjatuh.

1
Rahmat Asward
aduh...alur ceritanya bikin deg2an aja..ampe bulu di jempol kaki meronding...
Rahmat Asward
Luar biasa
☠ky ice cream
lah, langsung kabor aja dah, udh trauma kayanya ya di gangguin trs sama mereka
☠ky ice cream
aihh, pertanyaannya.. mayat ke 2990 mba, maybe ahaha
☠ky ice cream
dan bhaaaa! dia terkikik sambil melotot ke arah mu Dit
☠ky ice cream
lagi galau dia karna keinginan dia belum tercapai ahaha
☠ky ice cream
nah kan mbak kun nya marah karna gak mau di anterin pulang dit
Nyi Roro Gendis
bagus banget ceritanya
Nyi Roro Gendis
jin qorin yang memiliki dendam dan telah di tumpangi oleh entitas lain akan menjadi sangat berbahaya
Nyi Roro Gendis
pasti deo membunuh / di suruh meletakan mayat pembunuhan itu di deket tlp penemuan dg memakai motor radit
kak agusaja
pulang tanpa pamit ya dit..🤣🤣🤣
kak agusaja
gatel hantunya,,org mandi pun diikutin
Lea_Rouzza
hii sereem toor
Ila Latifah
ahirnya tamat. aku nungu novel yg lain. ga mau baca horor🤣🤣🤣
Arieee
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Fatimah Ziyadatul Khair
seru ceritanya. semoga segera nelurin cerita horor baru lagi. semangat kak othor
Vita Liana
cerita baru lagi dung kak hehe
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣bukanya seneng tapi senep tiap hari liat hantu
Zuhril Witanto
astaghfirullah...
Zuhril Witanto
itu balasan untukmu Deo ..karna kamu gak mau mengakui dan gak bertanggung jawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!