NovelToon NovelToon
Lotus Age: A Crown Prince

Lotus Age: A Crown Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dunia Lain
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nil Caryo

(Fiksi belaka!! )
Kota Jayakarta yang tengah hancur karena lepasnya sang tirani Cyborg yang menginginkan dunia dystopian di dalam genggamannya kini telah hancur sepenuhnya.

Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah Annara, gadis yang genap berumur 18 di tahun ini, 2227. Dengan bakatnya untuk mengatur molekul dan meledakkan para cyborg, kesempatan itu tak ia lepas untuk kudeta parasit yang menyebalkan.

Tapi, kenapa hasilnya malah seperti ini?

Kini pemimpin sementara kiamat masa depan itu menyusut dan kehilangan raganya, kenapa ia harus menjadi Akira dan menjalani alur yang melenceng.?

Ada apa pula dengan sistem irem yang menyebalkan ini?

Kenapa pula ia disatukan dengan Azalea, Kai, white rose? Bangkit dengan nama Bunga dan bukan dengan kebahagian kecilnya atau karismanya, si kode berjalan?

Saksikanlah Perjalanan Annara sebagai Crimson, neraka ini sebatas perebutan tahta saja bukan? kan? Bagaimana caranya Akira menaikkan Han yang telah tiada pada tahta keturunan pahlawan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nil Caryo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

"Nak! bagaimana bisa kamu ada di situ?!", Bentak count keiro dengan nada yang heran dan khawatir.

Akira hanya mematung, ia tak habis pikir kenapa diantara mereka tidak ada yang menyadari keberadaan satu sama lain.

Siapa sangka wajah heran count dan James yang berantakan menjadi pemandangan pertama yang ia lihat, setelah berhasil keluar dari lorong pertama yang penuh lukisan.

"eh.. Ah, saya ada di sini sedari tadi, gemboknya terbuka begitu saja, maafkan saya", lirih Akira supaya terdengar sopan.

"hah, aku akan mengeceknya", ucap count.

Ada sesuatu yang salah, atau mungkin ini hanya pengaruh dari kemunculan count yang jauh berbeda dari yang sebelumnya saat ia menangis sesenggukan dan mengejar cek uang tunai?

Count masuk begitu saja ke dalam kamar tersembunyi di lorong itu, sementara James malah terlihat linglung dengan sekitarnya.

"kenapa dia?", pikir Akira yang heran dengan kelakuan James yang berkeliaran dengan muka bantalnya, memangnya ini terlalu pagi?

Matahari jelas jelas sedang memberikan senyum cerah berseri dari balik gorden jendela.

Pengawal count itu punya perawakan yang cukup besar, Han saja kalah tinggi darinya.

"Tuh, kan. Aku hampir saja ikut sedih karena mengingat Han", pikir Akira lagi.

Tapi pemuda dengan kumis dan jenggot acak acakan itu tidak terlihat seperti teman han, umurnya terlihat jauh lebih tua.

Kalau saja ia tidak membawa mantel kuning itu kemana mana, Akira mungkin akan melupakan fakta itu.

Count kembali lagi dari ruangan sumpek tempat Akira sadar dengan wajah kurang lebih sama dengan yang tadi, hampa dan marah.

"Huft.. Ini mungkin ulah seorang dayang kuncinya tidak di pasang dengan benar", ujar lelaki tua itu sembari mengusap usap pelipisnya karena pusing dan marah.

"Keterlaluan! Kamar ini penting, dan anda kan majikan mereka!", sorak James yang ikut ikutan marah.

"Sudahlah Nak Iovan, tidak perlu begitu."

"Bagi mereka aku ini tetaplah sang count buangan, gelar sebagai marquess juga masih kujadikan jaminan hutang pada Duke Pahlawan..", ucap count tua dengan kemeja putih itu, "Sekalinya sampah tetaplah sampah kan?".

Setelahnya lorong kecil itu dipenuhi keheningan, James mengucek ucek matanya sebelum menahan Akira yang baru saja akan kabur lagi.

"Hei, mau kemana?", tanya James pada Akira.

"Si-sir Iovan..", gumam Akira terbata bata.

Akira melirik pada count yang menatapnya dengan wajah kikuk tapi tetap tajam, memangnya apa salah Akira padanya?

Count buangan yang kikuk, seingat Akira lelaki tua itu memang sering menatapnya dengan tajam dan kikuk seperti itu.

Bahkan sejak Akira pertama kali memasuki tanah perasingan yang katanya sekarang sudah hancur itu, dengan tatapan yang lebih tajam dari yang sekarang ia tunjukkan.

Itu sudah 5 tahun yang lalu, dan sekarang tatapan itu kembali menyambutnya, di kediaman count yang baru.

Count menghampiri Akira yang menjauhkan badannya dari James.

"Nak, aku tahu semua kejadian ini membingungkan." ucap count seraya menepuk kedua bahu Akira, "tapi tolong kau mengerti, ada urusan politik yang dewasa di sini. Kami hanya mencoba untuk melindungi mu".

Entah kenapa jantung dan kepala Akira jadi sakit melihat count yang tiba-tiba saja memperlakukannya seperti putrinya sendiri.

"Apa ini? Dia kira dia ini ayahku?!".

Ada bisikan jahat dari telinga kiri Akira untuk menepis tepukan hangat di kedua pundaknya, memaki pria dewasa yang sudah keterlaluan itu.

Bisikan itu sangat kuat, ia pun sangat sesak karena menahan keinginan tersebut.

Tapi apa daya? Masalahnya wajah count itu begitu mengundang simpati dan rasa kasihan pada diri Akira, tatapan macam apa itu yang membuat bisikan jahat tidak bisa berkutik?

Pada akhirnya Akira hanya diam saja mendengarkan alasan dari kedua orang dewasa itu, dan urusan dewasa mereka yang harus mengikut campurkan Akira di dalamnya.

"dengarkan count dan jangan kabur, kuharap kau tidak memasang wajah cemberut meski count mengatakan kebenarannya. Percayalah padaku, count itu pria tua yang baik." bisik James pada Akira.

"cih, menyebalkan sekali. Tatapan itu bilang kalau kami satu kapal, tapi aku tak akan pernah melupakan pukulan di tengkuk ku!"

Pegangan di lengan Akira James lepaskan dengan lega, tepat setelah Akira menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Saat iris Akira yang heteroch beralih menatap Count, ia hanya bisa mengambil napas kasar.

jika udara yang panas keluar dari mulut pemimpin yang gagal, apa yang terkandung di dalamnya?

Apakah penyesalan? Amarah? Rasa pasrah? Apa itu? Akira tidak bisa mengetahuinya.

"Nak Akira, kau yang punya nama singkat dan menarik, nama belakang mu itu Ra. Sampai sini paham?", jelas count pelan pelan.

"paham", ucap Akira yang masih saja menatap wajah count dengan dingin.

"hah.. Dari nama dulu", gumam count.

Hal ini benar adanya, mungkin count yang sekarang terlihat sangat berhati hati dengan memperlakukan Akira, atau jika Akira adalah anak yang sedikit dewasa ia akan mengira telah di perlakukan seperti orang bodoh.

Tapi perilaku count itu tepat, hal hal dewasa harus dijelaskan dengan pelan pelan dan benar pada anak kecil.

 Supaya maksudnya tersampaikan dengan benar, pria itu juga tak ingin lebih dibenci lagi oleh gadis yang sudah kehilangan banyak itu. Malah, Count merasa punya hutang dengan Akira.

"Dengar, kita tahu nama aslimu, Aika.", ucap count sedikit berbisik, jujur ini membuat Akira sedikit takut.

"Kau hanyalah anak kecil dan tidak punya pengalaman membunuh orang orang tersayang mu, setidaknya sekarang aku mempercayai itu."

Akira sedikit lega mendengarnya. Dengan ingatan Crimson yang samar samar tentang Akira, ia selalu di panggil kira.

 Katanya karena ia membunuh sang ayahanda dan ibunya.

Dia ini kerasukan. Katanya.

"Akira, orang orang dari kediaman Duke pahlawan itu harus kau waspadai, tidak terkecuali keluargamu.", ujarnya lagi.

County ini hening lagi, sepertinya ia tak akan melanjutkan pidatonya jika para pendengar belum menganggukan kepalanya.

"Karena itu aku akan membantumu, kita akan sering bertukar kabar. Tolong jadilah rajin belajar seperti dulu, kau harus pintar supaya bisa mengerti semuanya dengan cepat."

Setelah count melontarkan kata kata itu kini Akira mulai merasakan kejanggalan dari kalimatnya.

"Aku adalah pengkhianat bagi seluruh tanah terkutuk, aku lebih terkutuk dari terkutuk. Aku bahkan merebut napas saudaramu terkasih.", lanjutnya, "Count tua ini berharap, bantuan dan dukungannya dari dunia politik menjadi kekuatan bagi sang nona kecil yang sendirian di dunia ini."

"Dan suatu saat kau bisa memaafkan ku, ah tidak, memaafkan itu terlalu jauh". Pikir count saat ia telah mengakhiri gilirannya berbicara.

Akira membelalakkan matanya saat mengetahui maksud count saat membicarakan politik bangsawan. Saling tukar kabar itu artinya bukan saling tegur.

"Apa?! Tiba tiba? Kemana kau akan mengirimku?", tanya Akira, kepalanya yang sudah pusing makin pusing.

"ke kediaman Duke pahlawan, aku mengembalikan mu kesana." Jawab count dengan singkat.

Selanjutnya hanya ada Wajah Akira yang terperangah, dia hampir saja melepaskan kesabarannya dan melakukan sesuatu pada count keiro.

Tapi ini sudah benar benar kelewatan, untuk standar cara pikir Akira yang sekarang.

Bahkan Akira tidak menemukan permintaan maaf secara langsung dari count, tentang kematian Han.

Count hanya menyebutkannya sekali, ia seakan tidak peduli pada satu nyawa itu yang dia ambil.

"Saya, count Keiro Alcyone pamit undur diri." ucap Keiro dengan sopan, seraya menundukkan kepalanya.

Ini adalah salam kepada atasan, secara tidak langsung menunjukkan kalau Keiro adalah pendukung Akira.

James yang melihat itu membuat kode khusus pada Akira dengan alisnya, 'perhatikan aku'!

James lalu menunjukkan cara membalas salam itu pada Akira, yaitu dengan menunjukkan telapak tangannya seakan menolak dengan sopan.

Akira yang melihatnya pun mengangguk dan melakukan persis seperti yang dicontohkan James.

Count menegakkan lagi badannya dan mengangkat kepalanya degan penuh hormat.

Di dalam kehormatan itu, tatapan count mengatakan sesuatu lagi pada Akira.

"Anak pintar, ini hanya salah satunya saja. Jadi cepatlah terbiasa."

Count Keiro pun menepuk pundak Akira sekali lagi sebelum mengambil langkah langkah yang besar miliknya untuk keluar dari lorong yang sempit, tempat mereka sedari tadi bicara.

"tunggu..", panggil Akira yang ingin menanyakan sesuatu pada count.

Untuk itu count memberhentikan jalannya dan menoleh sepenuhnya.

"Tuan Alcyone, bagaimana nilai nyawa bagi anda?"

"Pria tua ini sibuk" jawab count Keiro dingin.

"oh, iya, nanti saat kau bertemu dengan orang itu. Bilang saja alasan kau di sana adalah dibebaskan dari tanah perasingan." tambahnya.

Kini Akira makin hampa mendengarnya, ia hanya bisa melihat langkah besar itu dibuat dan pelan pelan meninggalkannya dan James di lorong.

James menganggukkan kepalanya dengan tekad baik, kali ini ia harus memperlakukan Akira dengan lebih baik.

"kerja bagus untuk tidak marah, maafkan count. Dia akhir akhir ini memang sedang sibuk mengurusi pengikut dan kediaman barunya", ujar James sambil tersenyum ramah.

Alih alih membalas senyuman itu, Akira malah bengong memikirkan sesuatu.

"Sir Iovan.."

"ya? Ada yang ingin kau tanyakan?", James memiringkan alisnya dan mendekat pada Akira untuk bisa mendengarkan suara lembutnya itu dengan lebih jelas.

"ada banyak hal yang ingin ku tanyakan, tapi, dimana gwi dan Sora? Adik adikku", tanya Akira.

James berpikir sejenak, Akira dan adik adiknya tidak terlihat begitu akrab. Mereka seperti baru saja kenal dan bertemu dalam waktu yang lama.

Sekarang mereka dipisahkan, apa kini Akira sudah mulai merindukan kedua bocah itu?

James memasang lagi senyuman ramahnya, sekarang ia mirip paman paman ramah yang sedang mengobrol sesuatu yang menyenangkan dengan keponakannya.

"Ah, bocah kembar itu pasti sedang berada di ruang makan!" jawabnya riang.

Akira sedikit mengerutkan alisnya, ia membayangkan kedua adiknya makan di ruang makan yang seperti apa.

Tapi itu sebetulnya hanya bayangan saja, ia juga tahu kalau adik adik itu harus diperlakukan dengan baik karena identitasnya yang lahir sebagai keturunan pahlawan.

Tentunya harus diperlakukan dengan baik, meskipun tiga dari ketiganya belum ada yang pernah diakui sebagai bagian keluarga Ra.

"Aku akan kesana", ucap Akira singkat.

Mendengar itu, James yang kini ditugaskan untuk menjaga Akira berinisiatif untuk menawarkan bantuan.

"biar ku antarkan kesana, Akira", katanya.

Akira mendengar tawaran itu dengan jelas, kini ia harus terus mendengar nada itu sepanjang hidupnya.

Karena ia akan terus mengumpulkan pengikut, karena ia tahu jelas maksud dan tujuan count mengembalikannya pada kediaman yang berbahaya itu.

Pasti dia ingin ambil bagian pada perebutan tahta, ini hanya tebakan saja berdasarkan situasinya.

Akira cukup percaya diri untuk mengambil keputusan saat count tidak lagi berpihak padanya, pasti ada alasan khusus dibalik semua ini.

"baiklah, tolong bawa aku kesana.", ucap Akira dengan senyum tipisnya.

"iya, ikut aku.", ajak James.

Pemuda yang kelihatan tua itupun beranjak pergi dari lorong, Akira mengikuti setiap langkahnya sambil melihat lihat lukisan di lorong yang lebih besar.

Ritme jalan James begitu cepat, dan karpet yang menempel di lantai keramik yang mahal justru mendukung itu untuk terjadi.

Akibatnya Akira harus mengikuti kesatria yang seperti model itu dengan ritme jalan yang sama.

Sebenarnya ia bisa saja menyuruh James untuk berjalan lebih lambat, tapi ia sendiri juga penasaran adik adiknya sedang apa sekarang?

Tidak ada waktu untuk melihat semua lukisan itu, hanya saja ada satu lukisan dengan tirai yang menutupinya.

Angin dari jendela manor tua itu menari nari di sekitarnya.

Tirai Hijau yang menutupi lukisan itupun berterbangan dan isi dari kertas berat di dalam frame kaca itu sedikit mengejutkan Akira.

Karena di tengah-tengah sapuan angin gila dari lorong manor, dan ritme cepat James, Akira masih bisa melihat isi dari lukisan itu.

"orang itu mirip sekali denganku!", pikir Akira yang masih tetap buru-buru mengikuti James.

Kalau saja orang di lukisan itu bukan lah putri dari count dan memiliki mata berwarna hijau tua tidak seperti Akira.

Padahal Akira dan dia adalah orang yang berbeda, tapi kenapa bisa penampilan mereka semirip itu?

Meski tidak mirip mirip amat, Rambut Akira itu ikal, sama sama coklat tua.

iris mata yang menghiasi wajah Akira yang kanan coklat kehijauan dan yang kiri biru tua.

Syukurlah Akira belum bisa membayangkan dirinya memakai baju yang bagus seperti orang cantik yang ada di lukisan itu, ia terlihat sangat manis.

"dan sangat mirip denganku".

Kalau tidak, ia akan benar benar mengira itu adalah dirinya.

Akira tak bisa benar benar melepaskan pandangannya pada lukisan itu, hanya sebentar saja, tapi ia sudah berpikir macam macam.

Dan lukisan tersebut pun lewat sudah, kini James membawa Akira ke lorong koridor yang sedikit lebih kecil dari yang sebelumnya.

Di pinggir-pinggir jalan, ada satu ruangan kecil yang menyimpan nampan-nampan kosong yang belum dicuci.

Mereka semua ditata dengan rapih di atas kereta pembawa makanan yang nganggur, siap untuk di bawa ke tempat tujuan yang selanjutnya.

Di sekitar ruangan selanjutnya dengan pintu dengan ukuran raksasa itu lebih sepi dari pada tempat lain.

"Aneh, bukankah ruang makan seharusnya penuh?", pikir Akira lagi.

Yah, tentu saja ruang makan akan penuh. Tapi ruangan itu akan terasa sangat hangat setelah seseorang membukanya.

Dan tepat, itulah yang dilakukan Akira setelah di persilahkan James untuk membuka pintu itu.

"Ada apa ini?"

1
tesya sa'adah
good job.... /Good/
sebut saja flow
jadi penasaran sama kelanjutan nya
sebut saja flow
wah...
keren banget kk
zichani
keren abis deh nih karya /Smile/
tesya sa'adah
ceritanya bagus.. bahasanya juga keren, sedikit berat tapi masih mudah dicerna.. ada puitis nya, ada misteri nya. paket komplit untuk novel fantasi.. good job dan pertahankan ya...
Pena dua jempol
aku tinggalkan 1 iklan kak. maaf koin dan poin ku habis.
nanti aku kesini lagi.
semangat berkarya.
jangan lupa mampir di cerita aku 🫰🏻❤️
Ai
Semangat berkarya, Thor
Raksha: Terimakasih kak, kudukung karya mu juga
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!