Lotus Age: A Crown Prince

Lotus Age: A Crown Prince

Prolog

"Jayakarta, kota emas di Nusantara pada masanya. Semua koneksi terputus dari kota itu, kearoganan penduduk kota kini terbayar dengan sebuah wabah.

Wabah yang mematikan, yang tidak ada obatnya bila terkena sekali, wabah itu .. Mereka sendiri yang buat...'Zepp'..", Siaran hologram itu tiba tiba saja dimatikan.

"Evolusi? Evolusi lagi!?", keluh seorang pria, dari kegelapan pantulan cahaya dari sabuk perban yang ia pakai menjadi satu satunya penerang.

Rupanya ia yang mematikan siaran itu karena kesal, dari senyap sunyi di jalan besar yang gelap itu kekesalannya menonjol dengan jelas.

"iya,..kita jangan kasih tau yang lain, nanti kerja mereka terhambat", ucap seorang gadis yang keberadaannya tidak terlihat tertutupi bayangan .

"bagaimana dengan kita? Apa proyek to survive kita akan berhasil?" ia bertanya lagi.

"Sejujurnya Danish..", selanjutnya gadis itu membisikkan sesuatu pada pria yang ia panggil Danish.

".. Tolong jangan kasih tau siapa siapa ya?".. pinta gadis yang dipanggil Nara itu.

"Apa?!!", pekik Danish, ekspresi wajahnya beku seakan tak percaya.

"dibilangin juga!, diam!", bisik Nara dengan nada tinggi. Tetap saja, Danish seakan akan tidak percaya dengan apa yang didengarnya, "la-lalu..bagaimana dengan..".

Anak perempuan itu terdiam sejenak, senyum jahatnya adalah satu-satunya reaksi yang ia tunjukkan.

"Kau tahu, itu semua sangat konyol, coba tebak kenapa aku menamai proyek ini to survive dengan konyolnya.", ujar gadis yang pendek itu dengan nadanya yang meremehkan.

"nggak mungkin..kau cuma ngingau saja kan..?", tanya danish dengan nada yang masih meragukan apa yang baru saja ia dengar.

Rasa hormat dan tidak berdaya datang dari Danish, ketika anak perempuan itu menggelengkan kepalanya tanda bukan.

Tidak ada lagi yang bisa pria itu lakukan bila pemimpin dari kiamat yang tidak ada obatnya itu sudah telah memutuskan.

"Ah, baiklah, aku mengerti Nara. Tak akan ku beritahukan pada siapa siapa." Ucap Danish meyakinkan.

"Aku percaya padamu, Danish.. " Gumam Nara pelan.

"Aku tahu..", dari belakang, Danish diam diam tersenyum licik dan tangannya mengisyaratkan sesuatu.

Dan Nara yang sudah menduga ini akan terjadi, "Aku juga.. ", hanya melanjutkan kalimatnya.

'trek'

'dash', lampu disekitar mereka seketika menyala.

"Kalian semua lihat, kan?! Orang ini adalah penghianat kita!" seru Danish terhadap orang orang yang ternyata sedari tadi berada disitu, bersembunyi pada kegelapan.

Mereka semua melihat dan mendengar apa yang terjadi sedari tadi. "Nara..ada sesuatu yang harus kau jelaskan pada orang orang ini, Ayo!".

"Nara.. Dia betulan..",

"ternyata dia berbohong pada kita",

"selama ini..",

dan kata kata lain yang saling berbisik dari orang orang disana, semua orang beralih pihak dari Nara.

"Hah, sudah kuduga dari sekelompok orang tidak tulus seperti kalian. Apa yang bisa aku harapkan?", Ucap Nara dengan tenang tapi semua orang bisa mendengarnya.

Dan ekspresi orang orang bergaya cyberpunk itu di bawah sinar lampu neon makin menjadi, dan Nara yang asalnya tidak memikirkan itu harus memulai balada miliknya.

"Semakin banyak dari kalian yang pakai perban, kalian pikir aku tidak akan tahu? Luka kalian semuanya diregenerasi , kan?", tanya Nara dengan nada yang tanpa harapan menjadi petunjuk bagi pemikiran sempit semua orang yang terlanjur membencinya.

Dengan kalimat yang seperti itupun, sekelompok manusia yang tersisa di kota itu masih saja pada pendiriannya yang kecewa terhadap Nara.

Mereka sendiri tidak akan mendengarkan atau membiarkan Nara menjelaskan, diantara jembatan kekecewaan dan kasih sayang hanya itu yang Nara tahu.

Dengan kata lain, semuanya telah berakhir bagi karirnya yang sukses di ujung kehidupan Kota Jayakarta.

"Kalian semua sangat lucu, jadi siapa yang harus kecewa? Aku kan?", Tanya Nara, hanya untuk mendapati dirinya dikepung bukan untuk ditanyai.

Orang orang tidak mungkin lagi mendengarkannya, tapi Nara hanya memastikan untuk memiliki waktu bagi dirinya dan menjelaskan kebenarannya pada semua orang.

Kenyataannya, sekarang hanya Nara yang tidak memakai perban untuk bagian tertentu tubuhnya, luka bakar di tangan dan leher ia biarkan begitu saja, Hoodienya yang compang camping cukup dengan jubah.

Apapun yang terjadi, Nara tidak bisa membiarkan frustasi dari keheningan manusia-manusia yang bisa berpikir dan menggunakan otaknya jika mendengarkan ucapan Nara.

"Mau mereka tidak begitu pun, kau tetaplah penghianat Nara, kata Danish idemu bohong kan?", ucap seseorang yang muncul dari kegelapan dan menapak dari belakang Nara.

Gaya manusia setengah robot itu sangat memuakkan bagi Nara, apalagi jika orang itu adalah seseorang yang ia kenal.

"matilah, dan jadi cyborg seperti kami... Annara Yoja. Sudah kuduga, tidak ada yang bisa mengalahkan kekekalan ini, fufu..." lelaki itu merangkul Nara.

Sebenarnya Nara sangat tidak menyukai nama itu, Yoja, hanya ada kenangan buruk yang ia dapat dari itu

Nara sedikit menambahkan "dan jadi anak kecil selamanya, begitu? Viantara Yoja?".

Terlihat Danish dan orang orang lain menyambutnya dengan hormat, kini terlihat dengan jelas wajah itu.

"saat aku berumur 12 tahun umurmu 16, dan sekarang kita sepantaran..", ucap Nara membandingkan.

"Bagus lah, kita bukan adik kakak lagi", Vian berkata dengan cepat.

"Duh, teganya..", lirih Nara. Bagi Nara, orang orang inilah penghianat yang sebenarnya.

Danish melangkahkan kakinya menuju Nara dan Vian, "Maaf tuan, tapi kami juga ingin berbicara pada Nara.".

Nara didorong begitu saja kearah Danish, dia langsung memilih kata, "yang tadi, kan? Yah.. tapi kalian sendiri pelakunya".

"tidak ada buktinya kalau kau menyadari ini dari tadi", Danish menolak alibi Nara.

"buktinya kalian jadi cyborg, berarti betul dong proyek ini tak akan selesai oleh kalian", ungkap Nara.

'tsk', Danish yang memang dari awal terobsesi untuk menjadi pemimpin 'orang orang ini', satu satunya kelompok yang tersisa, semuanya seperti keluarga disini.

"Aktingmu juga bagus kok, Danish" Nara menambahkan.

"yah, saling berhianat dong", Vian berkata dari jauh sambil terkekeh.

"lah, sampai sekarang pun cyborg belum bisa keluar kota kan? Mampus, kalian bakal habis dinuklir Korea Utara!", Bentak Nara pada Vian

"hush, diam saja. Kau tidak perlu khawatir soal itu, khawatirkan saja dirimu sendiri." Ucap Vian sambil menunjuk Danish yang parasit cyborgnya diaktifkan olehnya.

Tampaknya Vian memang orang berpengaruh, kenyataanya memang bocah lelaki berumur 15 tahun itu bisa mengendalikan parasit aneh itu sesuai keinginannya.

"henaba hahu?"(kenapa aku?), tanya Danish, padahal lidahnya sedang digantikan dengan kabel.

"Mikirlah, masa, aku cium mantan adikku?", Vian menjawab secara asal.

Nara kesal sekali mendengarnya, tapi kapan lagi ia bisa merencanakan sebuah balas dendam yang sempurna?

Tentu saja saat mengalami alasan balas dendam itu, lakukan saja sesuka hatimu, itu yang akan menjadi inspirasi.

"Hau hayah sehahai hehimmin Naha" (kau payah sebagai pemimpin Nara), ucap Danish memegang erat pundak Nara.

"ihh, jorok! Lagian aku cuma ngasih usulan aja tauk, kan kalian sendiri yang ngikutin aku"

Nara berusaha mendorong Danish, tapi seluruh tubuhnya sudah beregenerasi menjadi kawat, sehingga menjadi sangat keras.

Tentu ini diluar dugaannya, akhirnya ia merasa ada sesuatu yang ia tahan tahan dan harus disalurkan sekarang.

"Duh, aku mau ngomong sesuatu dulu padahal, tapi telat banget deh kalau sekarang"., gumam Nara.

"nanti aja ngomongnya kalau udah jadi cyborg, sistem kami sudah lapar lagi soalnya..". ucap Vian sambil mengunci kepala Nara supaya terus menghadap kabel Parasit itu.

Benar, cyborg-cyborg ini pikirannya saling terintegrasi. Pikiran mereka aslinya terfokus pada kabel parasit tadi, yaitu memakan sistem asli manusia yang terdapat di otak dan organ manusia yang asli.

"tunggu! Tunggu, aku mau bilang, proyek to survive asli nya berhasil!"

"Ya?!". Semua orang disana bereaksi

"Benar, proyek konyol itu.. Adalah bentuk rasa kesal dan kekecewaanku pada kalian."

Parasit yang bergeliat mengarah arah untuk menyerang Nara tadi pun jadi diam mengikuti ketidak stabil sistem berpikir Vian yang keheranan.

Rasa sunyi dan sepi itu makin kentara, mengguncang hati Nara yang sudah tidak stabil sedari awal.

"Sejak pertama aku melihat kalian merangkak padaku dalam keadaan terluka dan butuh perlindungan, aku tidak menatap kalian dengan rasa jijik dan benci." Lanjutnya, kini ia tidak ragu untuk menatap wajah seluruh pengkhianat yang sebenarnya.

"Nara.. Kami tahu, tapi..", ucap salah seorang di sana, tapi delik tajam Nara menghentikannya.

"Tapi semua itu harus berubah, kalian tidak tahu seperti apa rasanya terkurung di kota dan dipisahkan dari dunia tapi setelah itu aku harus tetap merasakan rasanya terkurung dalam duniaku sendiri dimana tidak ada fakta bahwa..", ketidakstabilan Nara mulai mempengaruhi suaranya.

Dalam sekejap Nara membuat semua orang merasa gugup dengan apa yang akan dikatakannya.

Padahal ini tidak ada dalam naskah kudeta mereka yang sempurna, keroyokan saja sudah mereka kira lebih dari cukup.

"ba-bahwa apa?", Vian yang tidak tahu menahu, tidak bisa mengikuti alur pembicaraannya.

Samar,samar artikel dari molekul udara yang sudah tercemar berkumpul dengan padat di sekitar kepalan tangan Nara yang erat.

"kalian tidak bersamaku dari benak kalian!"

'ngiing"

Begitulah sekumpulan molekul yang terpengaruhi ketidakstabilan Nara menyanyikan derit lagu yang menderita.

Yang menunjukkan amarah dan kasih sayang menjadi satu, obsesi yang buta bagi Nara.

"kenapa? Aku melakukan ini untuk melindungi kalian?!", jerit Nara tanpa kesadaran penuh pikirannya.

Nara harusnya berada pada sisi yang paling lemah dari dirinya sekarang, harusnya idak ada lagi flying code yang bisa ia lakukan pada molekul dikarenakan stress berat yang ia dapat.

Vian yang berada paling dekat dengan Nara menjadi yang paling panik melihat kebangkitan yang tak ia sangka sangka itu.

Hal ini membuat Danish kehilangan kendali atas parasit itu dan kehilangan banyak darah.

"Danish!" , semua orang berteriak karena mengkhawatirkan pria yang mereka sayangi itu.

Di sisi lain Nara cukup membumi hanguskan parasit jelek itu dalam sekejap dengan molekul khusus yang ia kumpulkan.

'bum!' katanya, dan semua orang mengalihkan lagi pandangannya pada sang maniak yang baru.

Dan maniak itu bercengkrama dengan dirinya yang baru, menikmati kekuatan sementara dari kegilaan yang mengangkat pikiran negatif itu.

"Lihatkan? Betapa buruknya menjadi parasit, biar aku bantu kalian sekali lagi, Mulai sekarang hanya akan ada ledakan!", seru Nara, ia menjadikan kematian danish sebagai contoh bagi semuanya.

"Ada apa ini?! Jelaskan padaku kenapa kekuatannya muncul lagi!!", bentak Vian pada salah satu manusia setengah robot lainnya di sana.

"Ti-tidak tahu tuan..", jawab orang itu lirih.

"Duh, aku juga tidak tahu, yang penting kita harus menghentikan bocah gila itu sekarang juga.-"

'Duaaar, boom, boom kaboom',

Perintah dari bocah lelaki itu terhentikan, begitu pula kehidupannya.

Annara the flying code yang genius dalam bidangnya itu, dengan sekejap menghancurkan setiap mesin yang ada di kota itu.

Dengan ledakan yang bersautan, orang orang dengan otak yang belum disintegrasi bersama parasit masih bisa bernapas dengan luka organ dalam yang terbuka menjadi pemandangan paling mencolok di Kota itu.

"boom!" ledakan terakhir diluncurkan.

Banyak orang orang yang menjadi cacat dan meninggal, tidak bisa bergerak saat ini.

Nara pun terluka berat di rahangnya yang merapal dengan keras, jantung dan otak yang menerima perintah itu hampir gosong.

Semuanya terluka, tak ada yang siap untuk menghadapi.. Evolusi.

"yah.. Rakyatku yang berharga.. Maafkan kesalahan pemimpinmu ini..", sosok pria dengan baju batik dan warna kulit yang aneh bersimpuh dihadapan Nara.

"tidak apa Indra.. kau tetaplah presiden Nusantara yang terbaik.." ucap seorang wanita yang muncul dengan warna yang aneh sambil menepuk nepuk bahu Indra.

Nara berpikir, kenapa seakan akan.. Mereka semua.. Adalah 'hologram.' Seperti siaran hologram tadi yang memerlukan akses khusus.

Tidak ada kata kata atau pikiran lain, kalau Nara berpikir lagi kepalanya sangat sakit.

"Tunggu, tapi ini sangat sakit!"

"ini tidak mungkin, padahal koneksi di Jayakarta sudah diputus, hologram ini sifatnya online, jadi memerlukan koneksi Internet", pikir Nara sambil meringis menahan sakit di kepalanya dan badannya yang tertimpa reruntuhan mesin rongsok.

Vian juga ikut muncul. Tiba tiba dari sparepart mesin nya yang hangus, ia kembali sebagai hologram, yang memadatkan partikel disekitarnya, sehingga berbentuk fisik baru.

Itu aneh sekali, karena mirip sekali dengan cara yang Nara lakukan untuk mengendalikan molekul seperti penyihir.

Hanya saja ia melakukannya dengan cara, bahan, dan hasil yang berbeda.

"yah.. tinggal dimakan lagi saja, kan?", vian mendekati Nara dengan air liur di mulutnya, sebelum akhirnya ditepis oleh wanita itu yang adalah ibunya, 'dulu'.

"Duh, jangan yang ini! Dasar!" pekiknya pada Vian. Ia mendekatkan dirinya pada Nara, "duh.. Sakit ya,? sayang..", menaikkan kepala putrinya itu ke pangkuannya.

"i..bu..", lirih Nara.

Terpopuler

Comments

Pena dua jempol

Pena dua jempol

aku tinggalkan 1 iklan kak. maaf koin dan poin ku habis.
nanti aku kesini lagi.
semangat berkarya.
jangan lupa mampir di cerita aku 🫰🏻❤️

2024-04-05

1

Ai

Ai

Semangat berkarya, Thor

2024-04-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!