NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:28.4k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Ingin Berpisah

Persetujuan Cahaya pada akhirnya membawa Fahri ikut bersamanya ke tempat kediaman Zahra. Selama perjalanan berlangsung, Fahri tidak bertanya sedikit pun. Dia hanya melihat Cahaya yang tampak gusar sambil sesekali meremas tangannya. Mulut Cahaya juga komat-kamit bagai tengah melantunkan doa.

Sesampainya mereka di depan rumah Zahra, Fahri langsung mengetuk pintu dan memberi salam dengan sopan. Pintu pun terbuka setelah sahutan Zahra terdengar dari dalam.

"Kak Zahra, di mana anak aku?" tanya Cahaya *to the poin*t. Bahkan Zahra belum sempat melihat siapa saja yang mendatangi rumahnya pagi-pagi begini.

"Zaif itu anakku. Bukan anakmu. Ini juga kenapa kamu sampai bawa-bawa Bang Fahri, sih? Kamu mau minta pembelaan dari Abang aku? Pintar juga, ya, kamu, Cahaya," sergah Zahra langsung tersulut emosi.

"Zahra, Abang gak tau apa yang terjadi sebenarnya. Tapi, Cahaya bilang, kamu ambil anaknya. Apa itu benar, Zahra? Dan, kenapa kamu sampai melakukannya?" Nada suara Fahri terdengar lebih baik dan tenang. Karena bagaimanapun, saat ini di sisinya terdapat dua wanita yang sama-sama ia sayangi.

"Karena dia sudah merebut suamiku, Bang. Abang tau, ternyata Bang Arif dan Cahaya sudah menikah di desa. Dan, anak yang Cahaya kandung adalah anak dari Bang Arif. Jadi, apa aku salah mengambil anak Cahaya, setelah apa yang dia lakukan padaku?"

Kepala Fahri sontak berputar ke arah Cahaya. Dengan kening berkerut dalam, ia bertanya perlahan, "Apa itu benar, Cahaya? Kamu dan Arif sudah menikah?"

"Benar, Fahri. Cahaya memang istriku."

Pintu rumah terbuka lebih lebar. Dari dalam, Arif muncul dengan muka datar.

"Dan, anak yang Cahaya kandung itu, adalah anakku. Jadi, bukan cuma Cahaya yang berhak atas bayinya, tapi aku juga. Sebagai seorang suami dan ayah dari Zaif, aku sudah memutuskan bahwa Zahra yang akan merawat Zaif."

"Tapi, bagaimana bisa?" Fahri sampai kehilangan kata-kata akibat terlalu terkejut akan fakta yang baru diketahui olehnya. Namun, di samping itu semua, Fahri mencoba untuk tetap berpikir waras.

Ia berkata kemudian, "Ini gila, Arif. Perbuatan kalian salah besar. Kalian tidak berhak memisahkan Cahaya dan anaknya."

"Aku gak mau tau. Pokoknya, Zaif akan tetap menjadi anakku. Aku akan mengurus agar Zaif bisa masuk ke kartu keluarga kita. Biar Zaif bisa diakui oleh negara."

Cahaya memejamkan matanya kuat-kuat. Dia tak lagi menangis. Pagi ini, dia sudah bertekad untuk berusaha kuat. Demi anaknya, demi buah hatinya.

"Aku gak tau apa yang ada di pikiran kalian sekarang ini. Tapi, apa yang sudah kalian lakukan benar-benar kejam," tutur Cahaya dengan suara rendah sambil menatap Arif dan Zahra secara bergantian. "Kalau Kak Zahra mengambil Zaif karena merasa terkhianati akan pernikahan ini, baiklah, Kak. Aku rela melepaskan Pak Arif. Aku tidak keberatan sama sekali. Tapi, kembalikan anakku. Cuma dia yang aku butuhkan, Kak."

"Enggak, Cahaya. Zaif itu anakku!" bantah Zahra kemudian. Saat dirinya akan menutup pintu rumah, Fahri dengan cepat menahannya dengan lengan.

"Lepasin, Bang Fahri. Aku gak mau Cahaya ambil anakku. Sudah cukup dia merebut suamiku. Sudah cukup aku keguguran hingga rahimku diangkat."

"Gila kamu, Zahra," desis Fahri. Dengan mudah, ia mendorong pintu tersebut hingga terbuka sepenuhnya.

Kemudian Fahri masuk ke dalam. Dia berusaha mencari keberadaan Zaif. Saat bayi mungil tersebut ia temukan sedang tidur di dalam kamar adiknya, Arif dengan cepat menahan langkah Fahri.

"Jangan berani-beraninya kamu sentuh anakku," ucap Arif tepat di depan muka Fahri.

"Persetan akan ayah sepertimu, Arif. Kalian gila. Kalian sadar, sikap kalian bahkan lebih buruk dari binatang. Dan, kamu, Zahra. Jika sekali lagi kamu berpikir untuk merebut anaknya Cahaya, Abang sendiri yang akan turun tangan untuk menyeret kamu ke kantor polisi. Abang gak main-main, Zahra."

Zahra terdiam. Ekspresi wajahnya berubah ketakutan.

Melihat tak ada lagi bantahan dari Arif dan Zahra, Fahri pun masuk ke dalam kamar dan mengambil Zaif dari atas ranjang.

"Ayo, Cahaya, kita pulang. Seharusnya ini sudah bisa menyadarkan mereka. Tapi, jika mereka kembali berulah, panggil aku saja."

Sepeninggal Fahri dan Cahaya, Zahra langsung mencerca Arif dengan berbagai pertanyaan. Dia juga memarahi kebodohan Arif yang hanya bisa mematung diam.

"Diam dulu bisa gak, sih, Zahra? Kamu pikir, aku lagi santai-santai doang? Aku juga tengah berusaha mencari jalan keluar," bentak Arif dengan berang.

"Kalau gitu Abang harus segera susul mereka. Aku gak mau kehilangan Zaif, Bang."

Alhasil, Arif hanya bisa mendesah napas panjang. Tanpa berkata, ia berlalu begitu saja.

...****************...

Sementara itu, Cahaya tak henti-hentinya tersenyum senang. Air matanya menetes. Tak menyangka bahwa dirinya bisa menggendong Zaif detik ini.

"Makasih banyak, ya, Bang Fahri. Kalau gak ada Abang, mungkin sampai selamanya aku gak akan bisa membawa Zaif pulang."

"Sama-sama, Cahaya. Malahan aku malu sama kamu. Aku gak menyangka jika Zahra bisa berbuat sehina itu. Tapi, kamu tenang aja. Sebisa mungkin aku akan berusaha supaya kamu dan Zaif gak lagi diganggu oleh mereka."

"Tapi, ini akan susah, Bang. Pak Arif adalah suamiku. Aku gak akan bisa melarang Pak Arif buat ketemu Zaif, 'kan? Biar bagaimanapun, Zaif ini adalah anaknya juga."

Fahri membuang napas. Sorot matanya menekuri jalan raya di balik kaca kemudinya. Sesekali ia menoleh ke arah Cahaya. Sudut hatinya lantas bagai diremas.

"Sebenarnya apa yang terjadi saat kalian masih di desa? Kenapa kalian berdua bisa menikah?"

Mendapatkan pertanyaan itu, mau tak mau Cahaya pun buka suara juga. Dia menjelaskan bagaimana dan mengapa dirinya bisa sampai menikah dengan Arif.

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?"

"Rencana? Aku gak tau, Bang. Yang aku tau, aku harus tetap mempertahankan Zaif apa pun yang terjadi nanti. Aku harus membuktikan kalau aku bisa merawat Zaif. Aku harus membuktikan kalau aku adalah ibu yang baik. Walaupun aku cacat, aku yakin aku mampu."

Jawaban Cahaya seketika membuat Fahri menarik kedua sudut bibirnya. Tak sadar, ia mengangkat tangan dan mengelus puncak kepala Cahaya perlahan.

"Kamu harus selalu bahagia, Cahaya. Aku harap, nasib baik selalu berpihak padamu."

"Makasih banyak, Bang Fahri," jawab Cahaya lalu cepat-cepat memalingkan wajahnya yang terasa panas seketika.

Fahri sadar jika perlakuannya barusan membuat Cahaya salah tingkah. Namun, diam-diam ia malah tersenyum senang.

Sementara itu, Zahra yang frustrasi malah mengacaukan seluruh isi kamar. Arif sudah pergi beberapa saat yang lalu. Itu pun karena tak tahan akan sikap Zahra yang terus-terusan menyalahkan dirinya.

"Pokoknya aku harus mendapatkan Zaif apa pun terjadi. Dia anakku. Dia anakku."

Arif tetap ke toko seperti biasa. Namun, dia tidak bisa melakukan satu pun pekerjaan karena pikirannya yang tak tenang.

Satu sisi, ia memikirkan Zahra yang sempat mengamuk. Namun, di sisi lain ia juga memikirkan Cahaya dan Zaif.

"Bagaimana caranya aku bisa mengambil Zaif lagi? Ini gak akan mudah. Aku yakin itu," gumam Arif dengan tatapan kosong.

Selesai dari toko, Arif langsung melajukan mobilnya ke tempat kediaman Cahaya. Kedatangannya sungguh mengagetkan Cahaya.

"Mau apa Bapak ke sini? Kalau mau ambil Zaif, maaf, gak bakalan aku izinin."

"Saya cuma mau tidur di sini malam ini," jawab Arif sambil berlalu ke dalam kamar.

Tepat di atas ranjang, matanya menangkap Zaif yang tertidur sendirian. Napasnya lagi-lagi berembus panjang. Hanya karena keegoisannya, ia rela menyakiti anak dan istrinya sendiri.

"Kenapa aku bodoh sekali? Sebenarnya apa yang telah aku lakukan?" gumam Arif sambil mengelus pipi Zaif perlahan.

Di ambang pintu, Cahaya memperhatikan apa yang tengah Arif lakukan. Kemudian ia mendekat dan berkata, "Pak Arif, aku mau kita pisah. Aku udah berpikir bahwa tidak ada lagi yang perlu kita pertahankan dalam pernikahan ini. Kita hanya akan berakhir saling menyakiti, Pak."

"Pisah, ya? Siapa yang sudah mencuci pikiranmu itu, hm? Fahri?"

1
Tsalis Fuadah
dari diam diam ketemuan karena pekerjaan lama lama nyaman trs di tambah ketahuan n salah paham,,,,,, akhirnya byk pertengkaran,,,,,,, ehhh selingkuh beneran,,,,, hancur dehhhh ato ahirnya tuker za thor
Yosda tegar Sakti
bagus.
NurAzizah504: Terima kasih, Kakak
total 1 replies
Muliana
Ayolah thor,,, jangan lama-lama up-nya
NurAzizah504: Siappp /Facepalm/
total 1 replies
Teteh Lia
5 iklan meluncur
NurAzizah504: Terima kasih banyak, Kak /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
padahal Aurel kan nda perlu sampai ke rumah cahaya juga. cahaya nya juga nda pernah meladeni Arif berlebihan. justru malah ketus kalo ke pak Arif.
NurAzizah504: Maaf .... Aurelnya sedikit berlebihan /Frown/
total 1 replies
Teteh Lia
ada apa lagi dengan Arif?
NurAzizah504: Arif baik2 saja padahal /Joyful/
total 1 replies
Teteh Lia
🐠🐠🐠🌹 meluncur
NurAzizah504: Terima kasih banyak, Teh /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
padahal ibu nya jelas2 bilang buat minta maaf sama Fahri. tapi kenapa Geri malah berbuat sebaliknya
NurAzizah504: Ups, ada alasan dibalik itu semua /Joyful/
total 1 replies
Teteh Lia
akhirnya terbongkar juga.
NurAzizah504: Tapi, belm semuanya, Kak /Silent/
total 1 replies
Muliana
Jika seperti ini, seharusnya Fahri yang dendam. Bukan kamu Geri
NurAzizah504: Mash ada alasan yang lain, Kak /Smile/
total 1 replies
NurAzizah504
/Sob//Sob/
Muliana
Misteri yang belum terselesaikan, alasan Gery membenci Fahri
NurAzizah504: Pelan2, ya /Joyful/
total 1 replies
Teteh Lia
🐠🐠🐠🐠 mendarat
NurAzizah504: Terima kasih banyak, Kakak /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
apa bab ini memang pendek? atau aku yang kecepetan bacanya? tiba2 bersambung aja...
NurAzizah504: Memang agak pendek, Kak. Asalkan udah bisa update /Sob/
Muliana: Aku pun, merasakan hal yang sama
total 2 replies
Teteh Lia
Salut sama Aurel yang nda berburuk sangka dan tulus sama Arif.
NurAzizah504: Arif beruntung bgt bisa dapetin Aurel /Proud/
total 1 replies
Teteh Lia
Sayangnya, percakapan Gerry dan cahaya nda direkam. padahal bisa buat bukti ke Fahri...
NurAzizah504: Oalah, lupa kayaknya Cahaya /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
keras kepala banget... bang Fahri
NurAzizah504: Itulah, Kak. Sisi negatifnya dia, sih, itu /Sob/
total 1 replies
Muliana
apa bab ini terlalu pendek, atau aku yang menggebu saat membacanya /Facepalm/
NurAzizah504: Emg pendek, Kak
total 1 replies
Muliana
gantung lagi /Sob//Sob/
NurAzizah504: Kayak perasaan digantung mulu /Sob/
total 1 replies
Muliana
Ah Fahri ,,, kamu akan selalu dalam rasa salah paham serta cemburu ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!