NovelToon NovelToon
Unblessed Story

Unblessed Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: iyan al

Seorang gadis yang selalu mengeluh tentang hidupnya yang membosankan tiba-tiba saja di transmigrasi ke sebuah dunia antah berantah, menguak rahasia besar yang selama ini ia lupakan.

Penyerangan yang tiba-tiba membuat dirinya mau tidak mau harus meninggalkan seseorang yang menarik perhatiannya saat ia tiba.

Akankah gadis itu berhasil menguak identitas yang ia lupakan? Bisakah takdir mereka menyatu kembali? Apakah benang merah mereka mengkhianati mereka?

⚠️Perubahan pov akan terjadi untuk mendukung cerita, harap teliti agar tidak terlewat dan bingung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iyan al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dunia Lain

Sudah empat hari Alin berada di tempat kemah, tempatnya tidak terlalu jauh dari kawasan apartemen-nya memudahkan dirinya untuk kembali jika dirinya bosan. 

Perjalanan membutuhkan waktu selama 3 jam menggunakan bus sekolah, karena saat di perjalanan para guru dan panitia penyelenggara mengadakan game dan penelitian untuk menghibur murid-murid.

Hutan tempat Alin berkemah terkenal dengan pemandangannya yang memanjakan mata. Pohon-pohon tumbuh dengan rindang, warna hijau menghias sepanjang mata memandang. Terdapat sungai yang jernih membelah hutan kecil itu dengan berani.

Suara binatang terdengar sangat merdu, membuat Alin merasa sangat tenang. Angin yang berhembus membuat ranting-ranting saling bersahutan, Alin merasa dirinya ingin tinggal di hutan kecil itu.

Dirinya selalu bermimpi pernah tinggal disebuah hutan yang lebih indah dari hutan ini. Embun pagi yang membuat pohon-pohon terlihat indah, jangan lupakan kabut saat pagi yang membuat dirinya merasa senang ikut menghiasi halaman rumahnya.

Suasana hutan ini membuat dirinya merasa rindu dengan rumahnya, seperti pohon yang ada di depanya. Pohon cendana yang menjulang tinggi dengan daun-daun hijau yang menunjukkan keindahannya. 

Biasanya ia memanjat dan duduk di atas pohon hingga siang hari, menangkap beberapa ikan di sungai lalu bermain-main di halaman rumahnya sampai rembulan menampakkan dirinya.

"Hah."

Suara helaan nafas terdengar dengan lirih, Alin kini sudah berdiri di atas salah satu pohon untuk menunggu kelompoknya yang tidak kunjung datang. Ia dari awal memang tidak terlalu suka dengan gadis bernama Grace itu. 

Saat hari pertama dirinya diharuskan untuk mencari ranting kayu untuk membuat kompor, mendirikan tenda bahkan dirinya dibuat tersesat saat perjalanan malam.

Pikiran-pikiran buruk kembali memasuki pikirannya, suara bisikan yang biasanya muncul saat malam, kini muncul di pagi hari membuatnya rasa marah menumpuk di hatinya.

Kedua tangannya mengepal dengan sangat kencang hingga buku-buku jarinya memutih. Tiba-tiba saja sebuah lubang portal menarik dirinya untuk ikut bersamanya.

"Aduh, sialan ini sakit sekali brengsek." 

Umpatnya kesakitan sambil menepuk pinggulnya yang terasa nyeri karena terjatuh dari atas pohon, Alin bangkit dan sambil membersihkan tanah yang mengotori pakaiannya. 

Matanya memindai pemandangan yang tersaji di depannya, sejauh matanya melihat hanya ada tanah lapang yang tertutupi rumput hijau, beberapa semak dengan bunga yang tumbuh lebih tinggi turut menambah keindahan.

Alin berjalan mendekati salah satu semak yang memiliki bunga serta buah berwarna ungu tua, jari lentiknya mengelus kelopak bunga tersebut kemudian memetik dua butir buah dan memakannya. 

Rasa buahnya sangat manis terlihat dari senyuman tipis yang tidak pernah mucul di wajahnya selama ini kembali terukir, saat matanya beralih kembali baru dirinya menyadari jika dibelakangnya terdapat sebuah hutan yang lumayan luas.

"GRRRRR" 

Suara geraman memasuki telinga membuat bulu kuduknya berdiri, Alin menoleh patah-patah ke arah geraman itu. 

Seekor singa raksasa berdiri dengan gagah di sampingnya, matanya yang merah memindai Alin dari atas rambut hingga kaki lalu terhenti disalah satu tangan alin yang masih menggenggam buah tersebut, singa itu mendengus kencang hingga rambut alin berterbangan.

Tubuhnya sudah basah karena ketakutan melihat singa itu, namun ketakutannya kembali memudar saat menyadari jika singa itu bersiap untuk menerjangnya.

Tangannya dengan cepat mengambil kedua hiasan rambut yang tidak pernah terlepas dari rambutnya. Dalam gerakan sepersekian detik, hiasan itu berhasil menusuk mata sang singa, darah menyiprat kewajahnya.

Keduanya terdiam membeku berusaha memproses kejadian yang baru saja terjadi, Alin meloncat dua langkah ke belakang dan menarik hiasan rambutnya membuat darah singa tersebut menyiprat lebih banyak.

Singa itu mengaum kesakitan dengan sangat lirih membuat Alin tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan dan menggumamkan kalimat "Aku hanya membela diri, maafkan aku." 

Singa itu membalas dengan dengus dan mengaum sekali lagi menunjukkan rasa amarah yang sudah bergumul di dadanya, dengan rasa amarah yang menyelimuti dirinya singa itu berlari kearah Alin dengan cepat membuat Alin mau tidak mau bergegas lari menghindari serangannya.

Alin terus berlari memasuki hutan tanpa menoleh kebelakang, semakin dalam hutan itu semakin gelap, pohon-pohon berukuran lebih besar daripada pohon di perbatasan hutan. 

Setelah lama berlari sebuah portal lagi-lagi tercipta di bawah pijakannya membuat dirinya lagi-lagi terlempar ke sebuah dimensi. Alin mendecak kesal karena banyak daun-daun kering yang menyangkut di rambutnya.

Sambil membersihkan dirinya, matanya lagi-lagi memindai tempat dimana dirinya berakhir. Sebuah sebuah rumah yang dindingnya terbuat dari anyaman rotan, jangan lupakan atap yang dapat dilewati cahaya matahari yang pastinya tidak akan kuat menahan hujan.

Kakinya menjelajahi rumah itu dengan hati-hati, seakan-akan dapat roboh jika dirinya melangkah dengan cepat, tidak ada banyak benda dirumah itu hanya ada sebuah meja juga tungku dan lemari di dapur.

Ruangan yang tersedia hanya 3 ruangan, mungkin ruang kamar, dapur dan ruang tamu. Alin mendecak sekali lagi dengan kening yang mengkerut kesal. 

"Tidak, apa aku terlempar ke mimpiku? Aku menjadi miskin kembali?" Monolognya dengan lirih.

Baru saja dirinya akan menjatuhkan diri dikasur keras yang berada di kamar, seorang pemuda manis membuka pintu dengan santai, namun saat melihat Alin tubuhnya mendadak terhenti sambil menundukkan kepalanya.

Alin segera bangkit dari kasur dan mendekati pemuda itu lalu menuntunnya untuk duduk bersamanya di sisi ranjang, tiba-tiba saja sebuah cahaya terang memasuki retina matanya.

Kegelapan menyapa indera penglihatannya, ia terjebak disebuah ruangan yang sangat luas. Pilar-pilar yang tinggi berdiri kokoh di hadapannya, saat dirinya baru saja ingin menyentuh pilar tersebut, sebuah cahaya neon tiba-tiba muncul. 

"Sistem diaktifkan, memulai memindai ..98% .... 100% selesai

memulai memindai karakter

Marga: Je

Nama lahir: -unknown-

Nama umum: Lian, Alin

Title: -unknown-

Status: -unknown-

kekuatan: -unknown-

Skill: -unknown-

Kepuasan: 150 point

Kekuatan: 20 point

Ketahanan: -

Ultimate: 5 point

Cerita akan mulai bekerja pada lima... empat... tiga... dua... satu"

Lagi-lagi sebuah cahaya menyilaukan muncul di hadapan Alin, sontak saja Alin menutup matanya, semua informasi itu masuk kedalam pikirannya secara bersamaaan membuat kepalanya merasa sangat pening.

"Uh kapan dia akan bangun? Ini sudah tiga hari." Samar-samar terdengar suara lembut memasuki pendengarannya. Matanya mengerjap pelan membiasakan cahaya yang masuk kedalam retina matanya.

Alin duduk dengan tiba-tiba membuat pemuda manis itu merasa terkejut, pemuda manis itu meloncat kecil namun setelahnya kembali menunduk dan mengalihkan pandangannya kearah lain, seperti enggan melihat Alin.

"Hei kemari."

"Pelanggaran ooc, point ultimate dikurangi 20 point, karakter berhutang 15 point ultimate."

"Sial, aku baru memulai dan sudah punya hutang?! Apa kau bercanda? Aku bahkan baru saja bernafas selama 5 menit di sini." Protes Alin setelah mendengar peringatan dari sistem.

Saat Alin melihat pemuda itu lagi, sebuah kotak informasi terlihat di samping pemuda itu. Sebenarnya penampilan pemuda itu sangat manis hingga terlihat cantik. 

Rambutnya yang tersanggul rapih juga poni yang terurai menambah kesan cantik tersendiri, wajahnya terlihat sangat imut, bulu mata yang panjang menghiasi bola mata yang memiliki warna yang berbeda.

Sayang sekali bajunya terlihat lusuh dan pipinya tirus, terlihat seperti orang yang sangat miskin. 

"Oh benar, aku juga miskin sekarang." Desah Alin sambil menepuk dahinya. Pemuda itu masih tidak bergerak dari tempatnya, berdiri mematung sambil memandang alin dengan penuh kewaspadaan.

"Kau kenal denganku?" Tanya Alin sambil menunjuk dirinya, pemuda itu menjawab gelengan dengan ragu-ragu. 

"Baiklah dengarkan aku, aku juga tidak kenal denganmu, jadi mengapa kau tidak menyerangku atau mencurigaiku sedikitpun?" Tanya Alin sambil mendekat kearah pemuda itu. 

"Itu- aku hanya.. yakin jika kau orang yang baik, terlebih aku tidak berguna karena tidak memiliki kekuatan." Ucapnya dengan sangat pelan diakhir, membuat Alin membelalakkan matanya terkejut.

'Bagaimana ada manusia yang bilang jika dirinya berguna.'

"Baiklah sekarang mari kita buat dirimu berguna." Ucap Alin sambil mendorong pemuda itu keluar dari rumah, seperti dugaannya tempat ini adalah rumahnya dulu dan kini dirinya harus memulai dari awal lagi. Namun, kali ini akan sulit karena dirinya harus menemani seorang pemuda manis.

Tidak lama kemudian Alin dan pemuda itu sudah sampai di sebuah batu besar yang berhadapan langsung dengan sungai jernih yang mengalir deras. Pada detik berikutnya Alin meminta pemuda itu berkultivasi di atas batu besar itu. 

Setelah pemuda itu sudah memfokuskan dirinya untuk berkultivasi, Alin diam-diam membuka segel yang selama ini menutup inti kekuatan pemuda itu. 

Alin mengambil ranting kayu dan menajamkan sisinya hingga membentuk seperti tombak untuk menangkap ikan di sungai, ikan-ikan itu berukuran besar pasti cukup untuk menjadi bahan makanan mereka saat ini. 

Saat dirasa cukup Alin berhenti memburu ikan dan mulai menyalakan api unggun untuk membakarnya, suasana hatinya sepertinya sedang dalam keadaan yang baik karena senyum tipis tidak pernah berhenti terukir dari wajahnya.

4 ekor ikan ia tusukkan pada 4 ranting yang sudah ia bersihkan, bau ikan bakar menyerbak membuat perutnya mengeluarkan bunyi keroncongan. Itu sudah pasti karena dirinya sudah tiga hari ini tertidur tanpa ada makanan yang masuk ke tubuhnya.

"Hei kemari, sudahi dulu kultivasimu, kita akan makan terlebih dahulu." teriak Alin dengan lantang, pemuda itu tersentak kaget dan mengerjapkan matanya lalu turun dari batu besar itu dengan bantuan Alin.

Sarapan menjelang makan siang itu pun dimulai.

1
Naomi Arin
tambah penasaran sm episode selanjutnya wooeyy,
mampir dinovelku Mati Rasa ya gaess, sukses trs thor 😍
Husna15🐅
njirr😂
Husna15🐅
gimana klau Xian ktmu Ian d depan mata Chyou
Husna15🐅
Ooh🤭
Husna15🐅
😂
Husna15🐅
aku ngakak bentar kak🤣
Husna15🐅
hah? pantesan bnyk yg ngincer ian
Husna15🐅
tapi mimpi emang sering kek nyata, saking nyata perasaan dalam mimpi ke bawa d dunia nyata
Husna15🐅
lahh, efeknya masih ada terus ian gk sadar dri tdi
Husna15🐅
tunggu² aku kek ragu² 😂

alin itu ian kan? aduh.. gk salah inget kan akunya
Iyan: Alin itu Lian kak, tapi dia dipanggil apa aja juga nyaut
total 1 replies
Husna15🐅
hm, udah kembali ke dunia asli
Husna15🐅
akhirnya tau kondisi ian
Husna15🐅
ada hati yang harua di jaga😌
Husna15🐅
seperti hewan iblis
Husna15🐅
😂
Husna15🐅
ehh, tpi ini singa😆
Husna15🐅
dri dulu pengen pelihara harimau
Husna15🐅
kuat banget ya Xian
Iyan: Soalnya dia setiap cobaan dicobain
total 1 replies
Husna15🐅
😔
Husna15🐅
aku blm prnah nyium bau teratai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!