"Jadilah kuat untuk segala hal yang membuat mu patah."
_Zia
"Aku mencintai segala kekurangan mu, kecuali kepergian mu."
_Darren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEMAKIN DINGIN
...RINTIK HUJAN
...
Plashback of
Setelah bertemu dengan David. Darren tidak langsung pulang, dia malah mampir ke club untuk melampiaskan emosinya. Entahlah suasana hatinya mala mini sangatlah buruk.
Darren memesan minuman biasanya. “Seperti biasa.” Katanya dingin.
Menatap sauna yang ramai, seperti biasa tentunya. Club malam mana ada sepi, selalu saja ramai dengan anak manusia yang mencari kesenangan dan hiburan disini.
“Kau butuh teman tuan muda?” Tanya wanita dengan pakaian kurang bahannya. Mencoba menggoda Darren si sultan Andreas, dengan meraba lengan kekar dan berurat milik Darren.
Darren diam, menatap tangan wanita itu yang dengan lancang menyentuhnya.
“Jangan menyentuh ku jalang.” Ujar Darren. Dengan nada yang dingin.
Wanita ini sedikit takut, tapi dia tak menyerah. “Ah, jangan seperti ini.” Ucapnya dengan nada manja.
Darren jijik mendengar nada itu. “Pergi!” Kata Darren.
Mencengkram kuat pergelangan wanita ini. “Jika tidak, akan ku buat tangan mu patah.” Lanjutnya.
Wanita itu ketakutan. “Awssshtt, m-ma-aff. Aku-.”
“Pergi!”
Darren melepaskan cengkramannya, wanita itu segera pergi dari hadapan Darren. Jika tidak, bisa-bisa pergelangan tangannya benar-benar menjadi korban.”
Darren mendengus, niat hati ingin mencari ketenangan malah pupus dengan wanita pengganggu itu.
Setelah menghabiskan beberpa botol alcohol. Darren meninggalkan club dengan setengah nyawa.
Plashback on
Darren terbangun, menyentuh kepalanya yang terasa berat. Menatap kamarnya, mengingat semalam dengan jelas setiap ucapan dan makian yang dia lontarkan pada istrinya.
Darren bergegas mandi, setelah mandi. Darren dapat melihat, seperti biasa Zia menyiapkan keperluannya. Baju kerja dan tes kerjanya sudah siap, namun dia tidak peduli dengan hal itu.
Menuruni tangga, melihat kearah meja makan dimana Zia duduk enteng menatap kearahnya.
“Mas, sarapan dulu.” Kata Zia. Tersenyum lembut kearah Darren yang menatapnya dengan dingin.
Darren berdecih. “Wanita menjijikkan.” Ujarnya dengan tajam. Lalu melangkah keluar, meninggalkan Zia yang termenung.
“Mas Darren sebenci itu ya dengan aku?” Ujarnya dengan lirih.
Dia bangun sangat pagi, lalu membereskan kamar tidur suaminya termasuk pecahan gelas semalam. Menyiapkan baju kerja dan membuatkan sarapan pagi untuknya.
Namun Darren tetap dingin, bahkan sikapnya jauh lebih dingin hari ini.
“Ngak apa-apa, mungkin mas Darren emang lagi banyak kerjaan. Hari ini makan sendiri dlu, besok-besok pasti makan berdua dengan mas Darren.” Ujarnya dengan semangat.
Walau sakitnya tak sebanding dengan makian semalam, lebih sakit rasanya saat suaminya sendiri menyebutnya ‘wanita menjijikkan’.
***
Brak
“Apa kalian semua tau berapa besar kerugian perusahaan kita? Ha?” Darren murka.
Sehari saja dia meninggalkan perusahaan, malah dia mendapat kabar yang tak mengenakkan.
“Saya tidak mau tau, hari ini juga semuanya harus tuntas.” Perintah mutlak dari atasan mereka. Semua menunduk saat mata tajam milik bos mereka mengarah ke semua karyawannya.
Setelah itu. Darren kembali keruangannya, masih pagi sudah membuat dirinya emosi. Nando dengan setia mendampingi bosnya.
Dalam ruangannya. Darren menatap tajam keluar bagunan.
“Apa perusahaan Dirgantara ada kemajuan, setelah pertemuan kemarin?” Tanya Darren.
Nando yang berdiri tak jauh dari Darren, mengangguk walau tak dilihat bosnya itu.
“Sejauh ini, Setelah penyuntikan Dana tinggi ke perusahaan Tuan Dirga. Perusahaan mereka berkembang pesat.” Jelas Nando.
Darren mengangguk, lalu tersenyum licik.
“Tarik semua Dana yang telah disuntikkan dan pastikan juga untuk dilipat gandakan, saya ingin hari ini mendengar kabarnya langsung.”
Nando mengerti yang dilakukan bosnya ini. “Baik pak.”
Nando meninggalkan Darren, dia harus segera mengurus tikus berdasi yang tak tau diuntung.
“Kita lihat Dirga, kau yang mulai dulu. Jadi terimah saja apa yang ku lakukan pada mu.” Ujar Darren dengan licik.
Di sekolah menengah atas. Tempat dimana Zia menimba ilmu, hari ini dia ikut kedua temannya untuk pergi kekantin.
“Ngomong-ngomong, si Anhar kok ngak pernah lagi nongol?” Tutur Cantika. Sedikit heran degan manusia yang sangat suka menganggu temannya.
Zia diam, tidak menceritakan beberapa hari lalu tindakan Anhar. Bisa-bisa kedua temannya mengamuk dan urusannya makin panjang.
“Bagus dong, bisa ajah tuh dia udah sadar.” Timpal Noni.
“Gue heran ajah sih, tiba-tiba dia ngilang. Eh, besok nongol lagi orang.” Ujar Cantika.
“Parah banget.” Ucap Noni.
Zia hanya menyimak, tidak berniat ikut dalam obrolan mereka. Yang di kapalanya hanya berisi Darren yang sikapnya selalu kasar dan dingin.
Brak
“Astaga!”
“Astagfirullah hal azim!”
Zia dan Cantika menatap tajam si pelaku. Noni hanya tersenyum bak tak memiliki rasa bersalah.
“Kenapa sih? Untung ngak jantungan kita.” Kesal Cantika.
Zia ikut mengangguk. “Kamu ini kenapa?”
“Gue yang harusnya tanya, lo kenapa? Gue berapa kali manggil lo, lo malah bengong mulu.” Jelas Noni. Pasalnya berulang kali dia memanggil Zia, namun tak di respon.
“Aku? Aku ngak kenapa-napa, cuman kurang tidur ajah.” Jawab Zia. Mana mungkin dia menceritakan masalah rumah tangganya.
“Benar? Ngak ada masalahkan?” Timpal Cantika.
Zia tersenyum. “Iya, aku ngak kenapa-napa.”
Dalam hati Zia berulang kali meminta maaf, dirinya benar-benar tidak bisa bercerita apapun kepada mereka berdua.
***
“Mana atasan mu itu?” Tanya pria seumuran Darren.
Nando berusaha menghalangi jalan laki-laki ini, datang tak diundang. Tiba-tiba saja menerobos masuk.
“Maaf pak, atasan saya sibuk.” Jawab Nando seadanya. Dia tau pria yang mengamuk ini, dan tujuannya datang kesini juga dia tau.
“Hallah! Minggir.” Dia menerobos masuk.
Clakkk
Saat pintu ruangan CEO DA itu terbuka lebar. Darren mengumpat karena mengganggu waktunya.
Nando segera menghampiri Darren. “Maaf pak, saya sudah melarangnya untuk tidak masuk. Namun, dia tetap menerobos masuk.”
Darren menatap tamu yang tak diundang itu. “Tidak apa-apa, kembali bekerja.” Titah Darren.
“Baik pak, permisi.”
Setelah nando keluar dan pintu ruangan sudah tertutup rapat. Darren tersenyum tipis sangat tipis, menutup berkasnya lalu melihat tamunya.
“Oww, tumben sekali anda mengunjungi saya.” Kata Darren santai. Masih duduk dikursi kebesarannya, menatap santai pada pria didepannya.
“KAU! APA YANG KAU LAKUKAN PADA PERUSAHAAN KU SIALAN?” Teriaknya. Tentu saja dia Dirga. Dirgantara lebih tepatnya.
“Kenapa? Kau sudah bangkrut?” Tanya Darren. “Bahkan itu belum ada apa-apanya Dirga.” Lanjutnya.
Dirge menggeleng. “Ini bukan kesepakatan kita kemarin! LALU APA YANG KAU LAKUKAN PADA BISNIS KU HA? Kau benar-benar licik!”
Brak
Darren memukul meja didepannya, balik menatap tajam Dirga yang berdiri didepan mejanya.
“Aku tak akan melakukan itu, jika saja bukan kau yang mulai!” Ucap Darren. “Kau tak tau terimakasih.” Lanjutnya.
“Tapi kenapa kau harus menarik dananya? Kenapa kau lakukan ini padaku?”
“Sudah kukatakan, jika kau menuruti perkataan ku. Maka semuanya akan baik dan berjalan lancar.”
Darren menjeda ucapannya.
“Lalu lihat? Karena perbuatan mu sendirilah yang menghancurkan mu!”
Dirgantara semakin tersalut emosi, bahkan kepalan tangannya semakin mengerat. Jika saja dia tak didalam kandang singa, dia bisa menyerang saat ini juga. Tapi dia tahu tempat.
“Saya tidak akan tinggal diam, lihat saja. Akan ku balas berbuatan mu!” Ucap Dirgantara. Setelah itu meninggalkan ruangan Darren.
Darren berdecih. “Menganggu saja, seperti jalangkung.”
Ya. Dirga seperti jalangkung, datang tak diundang pulang pun tak diantar.
***
Waktu begitu cepat berlalu. Zia seperti biasa membuat makan malam untuk dirinya dan juga suaminya.
“Aku harus bisa bujuk mas Darren, untuk makan malam bersama.” Ucap Zia.
Tak
Tak
Zia melihat suaminya sudah pulang, dia dapat melihat jika Darren sangat lelah. Dari caranya berjalan sudah tidak bersemangat.
“Assalamu’alaikum mas.” Sapa Zia. Menghampiri Darren yang terlihat berantakan. “Biar aku bantu bawakan mas.” Lanjutnya. Mengambil alih jas dan tes kerja suaminya.
Darren tak menanggapi, membiarkan Zia membawa tes dan jasnya.
“Mau mandi dulu atau makan malam dulu mas? Nanti aku siapin.” Ujar Zia dengan semangat. Berjalan dibelakang suaminya, menatap punggung tegap itu.
Darren masih tak menyahut, dirinya malas menanggapi dan lelah setelah seharian bekerja.
Clekkk
Zia menyimpan tes kerja Darren di sofa dan membawa jas ke tempat keranjang pakaian kotor.
Darren duduk ditempat tidur, memijit bahunya yang pegal. Semua gerak gerik itu tak luput dari Zia, dia merasa senang. Lebih baik Darren seperti ini dari pada harus marah-marah seperti kemarin.
Zia mendekat. “Mas mau aku pijit ngak?” Tanyanya. Menawarkan diri untuk memijit suaminya.
Darren membuang nafasnya dengan kasar. Zia sangat bersik dan menganggunya, tapi hari ini dia tak memiliki tenaga untuk sekedar marah.
“Siap kan air.” Ucap Darren dingin. Dia lebih baik mandi, mungkin saja membuat dia rileks kembali.
Zia mengangguk. “Baik mas.”
Darren menatap punggung itu, sudah tiga hari tinggal seatap dengan perempuan itu.
Selang beberapa menit. Zia selesai menyiapkan air mandi untuk suaminya.
“Udah mas, habis mandi nanti langsung kebawa ya.” Ujar Zia.
Darren diam, lalu bangkit. “Keluar!”
Zia tersenyum, lalu mengangguk dan meninggalkan kamar itu. Dia kembali ke meja makan, dia menunggu suaminya untuk makan malam bersama.
Beberapa waktu berlalu, hingga membuat Zia tak sadar dirinya sampai tertidur di meja makan. Perlahan mata cantik itu terbuka, mengusap lehernya yang terasa sakit.
“Astaga, aku sampai ketiduran.” Ucapnya. Melihat makan malam yang masih utuh, lalu menatap kelantai dua.
“Mas Darren ngak turun buat makan? Aku makan sendiri lagi?”
Zia makan dengan tenang, ini sudah sangat malam. Dan perutnya sudah keroncongan, dia segera makan lalu kembali kekamarnya.
Setelah makan. Zia tidal langsung kembali kekamarnya, terlebih dahulu melihat suaminya itu.
Zia membuka pintu kamar Darren yang tidak terkunci, lalu masuk dengan pelan. Darren sudah tertidur dengan kertas yang ada di tangannya.
“Pantas, dia hanya pulang untuk tidur. Lalu, kembali lagi bekerja.” Ucap Zia dengan pelan. Tangannya mengambil kertas-kertas itu lalu meletakkannya diatas meja.
Memperbaiki posisi tidur Darren yang semula duduk bersandar pada kepala tempat tidur, menjadi tidur dengan posisi nyaman.
“Tidur nyenyak ya pak suami.” Kata Zia pelan. Menyelimuti Darren dengan pelan, takut jika suaminya itu tiba-tiba bangun.
di lanjut Thor,,, penasaran 🤔
moga Darren cepat menyadari nya🤔🤭🤲
lanjut Thor. ku ingin si Darren hancur,, udah menyia yia kan berlian
yakinlah Lo bakalan nyesel Darren,,,
bikin tuan arogan bertekuk lutut 💪👍🏻😍