NovelToon NovelToon
Teluk Narmada

Teluk Narmada

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Angin pagi selalu dingin. Ia bergerak. Menerbangkan apa pun yang sekiranya mampu tuk diterbangkan. Tampak sederhana. Namun ia juga menerbangkan sesuatu yang kuanggap kiprah memori. Di mana ia menerbangkan debu-debu di atas teras. Tempat di mana Yoru sering menapak, atau lebih tepatnya disebabkan tapak Yoru sendiri. Sebab lelaki nakal itu malas sekali memakai alas kaki. Tak ada kapoknya meskipun beberapa kali benda tak diinginkan melukainya, seperti pecahan kaca, duri hingga paku berkarat. Mengingatnya sudah membuatku merasakan perih itu.

Ini kisahku tentangku, dengan seorang lelaki nakal. Aku mendapatkan begitu banyak pelajaran darinya yang hidup tanpa kasih sayang. Juga diasingkan keluarganya. Dialah Yoru, lelaki aneh yang memberikanku enam cangkang kerang yang besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 11

Berita tentang kedatangan Yoru ke rumahku langsung menyebar ke seantero kelasku. Tentu saja, Niji. Si mulut toa itu pelakunya. Semua orang ia ceritakan dengan heboh. Bagi dia, itu bukanlah perkara rahasia yang mesti disembunyikan. Ya, bagaimana pun. Di lihat dari mana pun, itu tak dapat disebut sebagai rahasia. Aku tak punya alasan untuk marah dengan tingkah Niji itu.

"Kamu nggak capek apa, Ji. Semua orang yang masuk kamu ceritain. Padahal, cukup satu orang yang kamu kasih tahu pun bakal bikin cerita itu nyebar," ujarku setelah Niji menceritakannya kepada seseorang yang baru masuk.

Entah di mana letak menariknya perkara itu untuk diceritakan. Hanya seorang lelaki nakal yang diberikan makanan oleh ibu karena kelaparan. Seperti menceritakan tokoh idola saja. Bedanya, ini tokoh yang meresahkan masyarakat.

"Cine," panggil Kai.

Sorot matanya hendak menginterogasi.

"Apa!" jawabku malas.

"Sudah seperti drama romantis. Seorang penjahat yang akan berubah menjadi baik demi wanita yang ia cintai," ucap Kai memajukan bibirnya tanda mengejekku.

Queen, si tukang tidur itu pun tampak bugar sekali pagi ini. Biasanya, dia sudah meletakkan kepalanya di atas meja sekarang. Bahkan, sebagian besar teman-teman kelasku langsung berkerumun di depanku. Ayolah, kenapa mereka lebay sekali?

Hanya aku dan Niji yang tinggal di desa yang sama dengan Yoru. Tapi, semua murid di sekolah ini tinggal di kecamatan yang sama. Bisa dibilang, Yoru terkenal se-kecamatan. Karena, dia juga pernah membuat perkara di luar desa meskipun tidak sering. Itulah yang membuat ia dikenal banyak orang juga karena kenakalannya.

"Mending dia artis, atau seseorang yang banyak prestasinya. Baru deh kalian bisa berkerumun seperti ini. Nggak jelas banget, perkara cowok nakal yang makan di rumahku aja kok pada heboh," ketusku yang sebal dengan kerumunan ini.

"Aku pernah denger, katanya dia pernah dorong anak kecil dari jembatan. Untungnya, jembatan itu tidak terlalu tinggi. Tapi, anak itu mengalami luka yang lumayan parah karena terbentur," ujar salah satu siswi.

"Tuh, jadi nggak bisa dianggap sepele kehadiran dia ke rumah kamu, Cine," timpal siswi yang lain.

Cerita dari mana lagi itu? Aku tidak pernah mendengarnya dari desa. Mungkin, kejadiannya di desa sebelah. Dipikir-pikir, cerita tentang Yoru memang parah sekali. Ya, tanpa dipikir pun sudah jelas itu sangat parah. Tapi kenapa, aku tak pernah bisa melihatnya seburuk itu. Lebih tepatnya saat aku melihatnya pada malam hari di jalan raya yang dihiasi tanaman bunga sedap malam itu. Dari sana aku melihat sesuatu yang lain dari Yoru. Entah sisi baiknya, atau harapannya. Apa pun itu, aku ingin sekali mengetahui lebih banyak hal tentang Yoru. Sekali pun ia telah mencekikku. Itu memang membuatku takut sekali. Takut jika kala itu aku beneran mati. Tapi, nyatanya setelah kejadian itu, setelah pernapasan normal kembali. Ia kembali menjadi Yoru yang ingin aku kenal lebih dekat.

❀❀❀

Ombak pasang bernyanyi. Burung-burung melintas bersama kicau merdunya. Pasir lengket menempel pada kulit. Sudah membuat belang. Biarlah. Surya yang terik, dengan silau yang membersamai loteng dunia nan biru beserta awan-awan putih. Kerang-kerang warna-warni memantulkan silau itu. Pohon kepala menari-menari. Angin pantai menebarkan aroma laut yang khas. Beberapa gili (pulau kecil) terlihat. Ada banyak sampan di tengah-tengah lautan dalam.

Lagi, aku datang ke pantai ini. Pulau kami terkenal dengan begitu banyak pantai yang indah. Namun, entah mengapa. Lagi-lagi kesepakatan bersama membawaku kembali ke tempat ini. Ah, mungkin lebih tepatnya keputusan mendadak karena jarang sekali rencana yang dipersiapkan jauh-jauh hari akan terlaksana. Kali ini liburan bersama teman sekelas. Bukan lagi seluruh teman seangkatan untuk study tour. Kali ini pure liburan. Tanpa perlu kesibukan meneliti hewan-hewan laut. Ini adalah liburan semester 1.

Pikiranku tertuju pada sebuah tempat dekat teluk yang sejajar dengan gili paling besar di seberang sana, di mana aku bertemu dengan Yoru. Aku kembali. Tanpa ada Yoru di sini lagi. Kebetulan itu tidak kembali. Di sini, Yoru mengungkapkan sedikit perasaan pilunya untuk pertama kali. Walaupun sekilas, aku tahu betul ia menyimpan banyak luka yang jauh lebih banyak di dalam hatinya.

Beberapa bulan berlalu sejak Niji menyebarkan cerita tentang kedatangan Yoru ke rumahku kepada teman-teman. Kehebohan mereka tak bertahan lama. Setelah itu berita itu lenyap dengan sendirinya. Ya, dipikir-pikir. Memang tidak ada yang menarik untuk menghebohkan itu dalam jangka panjang. Yoru masih sering muncul lewat jendela rumahku. Sering dalam artian, mungkin minimal sekali seminggu. Karena itu, aku selalu menyisakan makanan yang kubeli di kantin untuk memberikannya kepada Yoru keesokan harinya. Hal itu juga untuk mencegah dia numpang sarapan lagi dan ketahuan ibu lagi. Aku takut dia nyaman dan menimbulkan keresahan.

Walaupun begitu, selama beberapa bulan terakhir ini, aku tak pernah lagi melihat Yoru dalam keadaan babak belur. Entah dia diperlakukan lebih baik atau ia tidak melakukan kesalahan lagi selama ini.

Seorang gadis terlihat mendatangiku sambil berlari. Napasnya tersengal dan menggantungkan lengannya pada leherku.

"Capek!" keluhnya. "Kamu ngapain menyendiri di sini, Cine?"

Aku melirik Niji, entah bagaimana ceritanya jika ada Yoru di sini dan mendapatiku sedang bersama dengannya. Bisa jadi, kehebohan itu akan terulang. Bahkan, lebih parah lagi.

"Sengaja. Nyari angin," jawabku.

Sebuah jawaban yang membuat Niji tertawa lepas. Tentu saja sambil menepuk tubuhku dengan keras. Gadis tinggi ini memang paling kuat pukulannya ketika tertawa.

Ada sedikit hal baru yang terjadi denganku dan Yoru selama beberapa bulan terakhir. Yaitu, ia beberapa kali membawakanku cangkang kerang laut. Mungkin sudah tiga kali ia membawakannya pada waktu yang berbeda-beda. Oleh karena itu, aku berpikir bahwa ia datang ke pantai ini. Tepat di dekat teluk yang sejajar dengan gili paling besar di seberang sana. Tapi, ternyata dia tidak datang.

Sebenarnya, banyak tetanggaku juga yang melihat kehadiran Yoru di depan jendela kamarku. Tapi, mereka tak terlalu peduli karena pernah diceritakan oleh ibu bahwa ia memang mengetahui kedatangan Yoru itu. Awalnya, para tetangga merasa khawatir. Tapi, ibu meyakinkan selama tidak ada hal yang terjadi maka biarkan saja.

"Ini pantai, Cine. Di mana-mana juga ada anginnya. Kencang pula. Aku aja hampir terbang." Niji bergurau.

"Lebay!"

"Cine, kamu mikirin Yoru?" tanya Niji.

"Kok jadi Yoru?" Aku bertanya balik.

"Kamu, tahu. Seharusnya aku panik. Ya, tadinya aku memang panik. Tapi karena kecapean berlari ke tempet kamu bikin rasa panik aku hilang."

"Ada apa?"

Tiba-tiba, wajah Niji memerah. Seperti mengeluarkan amarahnya yang tertahan karena berlari tadi. Ia mengepalkan tangannya begitu kuat. Sekilas, aku ingin menganggapnya sebagai orang gila. Tapi, sepertinya dia memang benar-benar marah.

"Makhluk sialan itu udah ngebunuh sapiku!" seru Niji.

Sebuah pernyataan yang seketika membuat mataku melotot.

"Hah, sapi yang mana? Si Nojo?" tanyaku.

"Nojo siapa?" Niji bertanya dengan amarah yang terjeda karena pertanyaan tersebut.

Benar-benar, manusia satu ini tidak cocok marah-marah. Yang ada malah kelihatan lucu.

"Itu, sapi paling besar yang warnanya coklat paling tua itu, loh."

"Iya itu, Cine. Kurang ajar banget 'kan, dia!"

"Nojo!" seruku tanpa sadar menitikkan air mata. Meskipun begitu, rasanya ini lucu. Entah situasi macam apa ini.

"Lalu, berhentilah memanggilnya Nojo. Sejak kapan sapiku punya nama tanpa aku ketahui?"

"Terserahlah. Itu nggak penting karena sekarang Nojo sudah mati."

"Nojo.... Nojo. Kamu bikin dengan mengubah huruf vokal namaku, 'kan!?" cetus Niji sambil mencubit pipiku.

"Sebenarnya kamu sedih dan marah nggak, sih. Kok malah jadi lawak gini?" ujarku sambil berusaha melepas tangan Niji dari pipiku.

"Jelas marahlah. Tapi mau marah gimana kalau nggak ada pelakunya di sini. Kalau ada, udah aku cekik lehernya!"

Baru saja ketenangan menghinggapi. Tiba-tiba Niji datang membawa kabar itu. Apa yang dipikirkan Yoru? Kenapa sampai terpikirkan untuk membunuh sapi? Tentu saja aku juga marah. Sapi besar itu selalu aku kasih makan setiap kali bermain ke rumah Niji. Lebih sering dibandingkan dua sapi Niji yang lainnya.

1
_capt.sonyn°°
ceritanya sangat menarik, pemilihan kata dan penyampaian cerita yang begitu harmonis...anda penulis hebat, saya berharap cerita ini dapat anda lanjutkan. sungguh sangat menginspirasi....semangat untuk membuat karya karya yang luar biasa nantinya
Chira Amaive: Thank you❤❤❤
total 1 replies
Dian Dian
mengingatkan Q sm novel semasa remaja dulu
Chira Amaive: Nostalgia dulu❤
total 1 replies
Fie_Hau
langsung mewek baca part terakhir ini 😭
cerita ini mengingatkan q dg teman SD q yg yatim piatu, yg selalu kasih q hadiah jaman itu... dia diusir karna dianggap mencuri (q percaya itu bukan dia),,
bertahun2 gk tau kabarnya,,, finally dia kembali menepati janjinya yg bakal nemuin q 10 tahun LG😭, kita sama2 lg nyusun skripsi waktu itu, kaget, seneng, haru..karna ternyata dia baik2 saja....
dia berjuang menghidupi dirinya sendiri sampai lulus S2,, masyaAllah sekarang sudah jd pak dosen....

lah kok jadi curhat 🤣🤦
Chira Amaive: keren kak. bisa mirip gitu sama ceritanya😭
Chira Amaive: Ya Allah😭😭
total 2 replies
Iif Rubae'ah Teh Iif
padahal ceritanya bagus sekali... ko udah tamat aza
Iif Rubae'ah Teh Iif
kenapa cerita seperti ini sepi komentar... padahal bagus lho
Chira Amaive: Thank youuuu🥰🤗
total 1 replies
Fie_Hau
the first part yg bikin penasaran.... karya sebagus ini harusnya si bnyak yg baca....
q kasih jempol 👍 n gift deh biar semangat nulisnya 💪💪💪
Chira Amaive: aaaa thank you🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!