NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: SariAdja

#Saquel : Gairah Sang Konglomerat

Baca dulu Gairah Sang Konglomerat !!

Tentang Dirga yang hatinya untuk Rosalin tetapi tubuhnya menginginkan Tiara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariAdja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Malam harinya.

“Tomi bilang, Tiara sudah ditemukan!?” tanya Nyonya Rani saat Dirga menyempatkan untuk makan malam bersama.

“Iya, Ma, tapi Tiara belum mau pulang, satu minggu lagi. Ia meminta waktu satu minggu baru mau pulang,” sahut Dirga.

“Kamu tidak memaksanya untuk pulang?” Nyonya Rani berhenti mengunyah. Ini seperti bukan Dirga. Dia tidak pernah mau mengalah, tetapi kali ini ia mau menuruti keinginan Tiara.

Dirga menggeleng pelan.

“Ini seperti bukan anak Mama, tapi ... bagus, Mama suka. Sebagai seorang suami kamu memang harus mengalah pada istrimu, terlebih Tiara lebih muda dari kamu.” Sang mama, tersenyum bahagia. Ada perubahan yang lebih baik dari dalam diri Dirga.

Dirga mengangguk lalu beranjak dari duduknya, mengakhiri makan malam terlebih dahulu. Segera menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

“Lihat Pa, Tiara sepertinya sudah membuat Dirga berubah!” ungkap Nyonya Rani dengan senyum mengembang di bibirnya.

“Itu artinya Dirga sudah bertemu orang yang tepat, Papa juga dulu seperti Dirga, tapi ...,” Pak Seni menghentikan ucapannya menertawakannya dirinya di masa lalu.

* *

Siang hari di ruang kantor, Dirga tidak bisa mengusir Tiara dari pikirannya.

Beberapa kali, pria itu mencoba fokus dengan agenda pertemuannya dengan perusahaan Singapura. Namun, rasa rindu di dalam hatinya, tidak padam sama sekali.

Semakin keras ia berusaha mengusir Tiara dari pikirannya, bayangan sang istri semakin nyata di dalam ingatan.

“Alihkan semua jadwalku hari ini untuk besok!” perintah Dirga. Masih ada dua pertemuan bersama klien yang harus ia hadiri seusai makan siang.

“Iya Tuan,” jawab Tomi. “Tunggu, memangnya Tuan mau ke mana?”

Tomi keheranan.

“Aku ada acara lain,” jawabnya singkat. Tidak berniat mengutarakan isi hatinya, kepada siapa pun. Termasuk Tomi.

“Baik.” Meski, ragu Tomi tetap menuruti titah Bos-nya.

“Oh ya, undang para staf untuk makan bersama setelah pulang kerja esok hari!” perintahnya lagi.

“Baik, Tuan,” jawab Tomi tidak berniat untuk protes.

Rasa rindu itu seperti rasa sakit yang butuh obat. Karena Dirga merindukan Tiara, bertemu dengannya adalah cara untuk menyembuhkan mala rindunya.

“Tomi,” panggil Dirga.

“Iya, Tuan,” jawab pria itu.

“Kau mau makan siang lebih cepat?” tawar Dirga. Apa salahnya makan siang di kafe ADC. Meski jaraknya cukup jauh, tak apa karena bisa bertemu dengan Tiara.

“Tidak Tuan, nanti saja!” sahut Tomi. Ia harus memeriksa semua laporan mingguan agar bisa pulang tepat waktu.

“Apa kamu tidak lapar?” Dirga terus mengganggu Tomi dengan pertanyaan-pertanyaan tidak penting.

“Tiara sedang apa ya!” celetuk Dirga, tidak sadar.

“Siapa, Tiara? Apa Tuan Dirga merindukan Nona Tiara?” Tomi balik bertanya.

“Tidak, aku hanya penasaran dia sedang apa!” Dirga mengalihkan pandangan ke layar laptop pura-pura sibuk memeriksa surelnya.

“Nona Tiara, sedang kerja. Apa aku perlu datang ke kafe untuk memastikan?” tawar Tomi.

“Tidak usah kamu harus menyelesaikan memeriksa laporan,” tolaknya. Tidak ingin Tomi sadar akan dirinya yang merindukan Tiara.

“Baik, Tuan,” jawab Tomi menurut. Kembali fokus membuka beberapa folder selanjutnya.

Merasa bosan karena selalu memikirkan Tiara, Dirga beranjak dari duduknya. Meraih kunci mobil di meja kerja Tomi.

“Tuan, Dirga mau pergi ke mana?” tanya Tomi seraya melihat arlojinya masih jam sebelas, jam makan siang masih satu jam lagi.

“Aku mau cari udara segar!”

Hanya satu tempat yang menjadi tujuan Dirga saat ini. Kafe ADC, dimana Tiara bekerja.

“Kalau Tuan Dirga lapar, lebih baik makan siang lebih dulu,” usul Tomi. Mungkin, karena lapar bosnya itu bersikap aneh sejak tadi.

Mendengar kata makan Dirga memiliki ide, agar bertemu Tiara.

“Apa? Kamu bilang ingin makan di kafe tempat Tiara bekerja! Baiklah ayo kita ke sana!” ajaknya. Tidak mau mengakui bahwa dirinya yang ingin melihat Tiara untuk meredakan rasa rindunya. Satu minggu lagi, bahkan satu hari pun terasa seperti satu tahun.

Tomi tersenyum mengejek. Dirga kadang menjelma seperti anak remaja yang sedang di mabuk cinta, membuatnya merasa geli dan lucu melihat tingkah majikannya itu. Gengsi bilang cinta. Gengsi mengakui rasa rindunya. Entah sampai kapan Dirga, akan terus bersikap seperti itu.

Tomi menutup layar laptop, karena Dirga menunggunya. Mereka berdua turun ke area parkir. Dirga, tampak sangat antusias.

Mobil mulai berjalan menuju Kafe tempat Tiara bekerja. Kafe ADC, yang sekarang resmi menjadi milik Dirga.

“Lebih cepat lagi!” Dirga mengusap dagunya kasar rasa rindu itu benar-benar membuatnya gusar.

“Iya Tuan,” jawab Tomi. Kali ini tampak jelas bahwa Dirga sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan istrinya.

Setelah dua puluh menit perjalanan. Sampailah mereka di kafe. Tomi menghentikan mobilnya di area parkir. Ia turun terlebih dahulu dan membuka pintu untuk Dirga.

Kedua pria itu, berjalan berdampingan masuk dan duduk di salah satu kursi pengunjung. Para Karyawan yang mengenali Dirga menyuruh Tiara untuk menyapanya untuk menawarkan makan siang seraya membawa buku menu pada pria itu.

Awalnya Tiara menolak. Namun, mata Pak Darno yang memperhatikannya dari kejauhan membuatnya menurut.

“Silakan di pesan,” tawar Tiara, memberikan buku menu.

Tomi segera mengambilnya, sedangkan Dirga hanya diam saja.

“Apa Nona masih betah di sini? Lebih baik Nona segera pulang, atau aku harus mengemudi selama tiga puluh menit hanya untuk makan siang!” keluh Tomi. Menatap Tiara dan Dirga secara bergantian.

Tiara memilih diam.

“Kenapa Tuan Dirga tidak menepati janji!” tanya Tiara kesal. Kemarin, Dirga sudah berjanji tidak akan menemuinya selama satu minggu, tetapi hari ini sang suami sudah muncul di hadapannya lagi.

“Sebaiknya, Kamu jangan terlalu percaya diri Tiara!” sahut Dirga mencuri pandang memperhatikan gadis itu.

“Maksudnya?”

Tiara keheranan. Tidak tahu dengan jalan pikiran Dirga.

“Aku ke sini tidak ingin menemui mu! Tapi aku menuruti Tomi yang ingin makan siang di kafe ini! Bukan begitu Tomi?!” Dirga mencari dukungan.

“Iya, aku yang memaksa Tuan Dirga untuk makan siang di sini!” ucap Tomi hanya bisa mengiyakan kata Dirga, tetapi dalam hati mengumpat karena sikap Dirga yang tidak mau mengakui rasa rindunya pada Tiara.

“Baiklah, Tuan Dirga dan sekretaris Ken mau makan apa? ” pinta Tiara dengan ramah dan sopan.

“Apa saja!” jawab Tomi.

“Aku tidak mau makan, aku hanya perlu bukti kalau kamu tidak berhubungan dengan Ferdinand lagi!” tuduhnya. Sengaja mencari gara-gara.

“Aku sudah tidak berhubungan dengan Ferdinand, ponselku hilang dan aku tidak punya alat komunikasi apapun. Berhentilah menuduhku dan mempersulit kehidupanku Tuan.” Wajah Tiara terlihat memelas.

“Aku tidak yakin kamu jujur!” desak Dirga.

“Tuan, aku tidak berbohong! Aku tidak memiliki ponsel, satu satunya yang aku miliki saat ini hanya diriku sendiri!” tegas Tiara.

“Buktikan kalau Kamu tidak berbohong Tiara!” Dirga terus menyudutkan wanitanya. Ada rasa senang ketika berada sedekat itu dengan Tiara.

Tiara menunduk, berpikir sejenak. Berharap mendapatkan alasan yang membuat lepas dari tuduhan Dirga.

“Sini aku akan membantu Kamu membuktikannya!”

Dirga meraih tangan Tiara, lalu menuntunnya keluar dari kafe menuju mobilnya.

Meninggalkan Tomi, tak menghiraukan beberapa pasang mata yang memperhatikan. .

Dirga membuka pintu belakang mobil. Dengan pelan mendorong Tiara masuk, lalu duduk.

Dirga bergerak ke samping Tiara. Tidak lupa menutup pintu.

“Lalu, apa yang harus ...,” Tiara tidak melanjutkan ucapannya.

Dengan paksa Dirga mencium Tiara. Memperhatikan Tiara, memaksa Dirga untuk melakukan lebih. Tidak bisa jika hanya diam dan melihat. Tidak tahan lagi untuk tidak mengunci bibir manis sang istri, yang menjadi candu satu satunya.

“Eemm,” pekik Tiara.

Dirga menghentikan ciumannya, memberi jeda untuk bernafas. Kemudian, ia menciumnya kembali dengan lebih antusias.

Setelah merasa cukup, Dirga mengurai ciumannya.

“Kamu baru saja membuktikan kalau kamu tidak berbohong Tiara!” Jelas Dirga.

‘Apa maksudnya ini Tuan! Tiara, kamu lemah sekali! Bagaimana kamu akan melepaskan diri dari Dirga kalau kamu selalu, menikmati ciuman darinya!’ Tiara berdebat dengan dirinya sendiri.

1
SariAdja
Ayok di baca
dika edsel
bagus thor..aku suka ceritanya, gk berbelit-belit sat set das des..!! tiara yg lemah lembut baik hati vs dirga yg kaya raya dan gengsinya selangit..,sukses ya thor semangat..!!!
dika edsel
yasalam..,semoga perkataan mu yg terakhir itu didengar oleh tiara..heran gk jelas nih abang2 kyk bunglon ye kelakuannya..., setelah ini apakah dirga akan menyanyi kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga..
Laila Isabella
ngaku aja deh tuan dirga kalau udh jatuh cinta..😍😍
dika edsel
hadeeeh abang dirga ini sok2an dingin ye pdhl dia ingin...?? namanya juga diam2 cinta ya gengsi dong mau ngungkapin bner gk bang?? yok lebih digedein lagi gengsinya bang..
Laila Isabella
sudah mampir di sini thor..🤭🤭
SariAdja: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!