Sehari setelah menikah, Ryan kehilangan istri dan mertuanya dalam sebuah kecelakaan. Kemudian ia harus menikahi adik dari istrinya. Namun setelah menikah, ia memperlakukan istri keduanya dengan begitu buruk. Dengan alasan ia tak pernah menginginkan pernikahan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NovitaEdi Mboknya Gavriel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Bab 12
"Satu hal lagi. Kalau istriku ingin mengurus papa, biarin aja, kamu hanya perlu mengajarinya!" imbuh Ryan.
April menatap Luna yang berdiri disebelah Ryan. Dia kembali hanya menganggukan kepalanya. Entah apa yang April pikirkan. Dia terus menatap Luna dengan wajah yang sinis.
"Kalau gitu aku berangkat ke kantor dulu!"
"Kamu masih mau disini?" tanya Ryan kepada Luna.
"Iya."
"Nanti aku jemput jam berapa?"
"Nggak usah. Nanti aku pulang sendiri aja. Semangat kerjanya." jawab Luna.
Ryan tersenyum sembari menyentuh pipi Luna dengan lembut. Kemudian dia segera berangkat ke kantor dengan Dito.
Sementara disisi lain. Dito memberi isyarat ke April untuk tidak melakukan kesalahan dalam menjalankan tugas. "Kalau butuh apa-apa, hubungi aku aja!" kata Dito pelan. Namun mampu didengar oleh Luna yang berdiri tidak jauh darinya. Mungkin juga Ryan juga mendengarnya.
Akan tetapi, Luna menangkap sinyal yang berbeda antara Dito dengan April. Namun ia enggan untuk melanjutkan pemikirannya. Luna membuang semua kecurigaan dalam hatinya. Dia mulai mengikuti arahan dari April. Bagaimana cara merawat orang yang sakit dan tidak bisa berjalan.
Sedangkan Sinta langsung keluar kamar bersama dengan Rose, setelah Ryan berangkat ke kantor. Sinta seolah tak peduli dengan keadaan Dewangga. Dia malah ngobrol dan tertawa cukup keras dengan Rose. Entah apa yang mereka bicarakan sampai keduanya tertawa seperti itu.
Luna bahkan tak menyangka jika Rose dan Sinta sedekat itu. "Mereka sedekat itu?" gumamnya seorang diri.
April menegur Luna yang tidak fokus saat ia mengajarinya. "Jangan melihat kemana-mana atau ngelamun!" tegur April. Dia sama sekali tidak takut meskipun tahu bahwa Luna adalah istri dari bos-nya.
"Merawat orang sakit tuh harus benar-benar serius. Jangan sampai salah karena nyawa taruhannya." imbuh April.
"Maaf." lirih Luna. Namun dia sama sekali tidak takut meskipun April bicara dengan nada sinis. Luna memahami pekerjaan April. Dia dibayar untuk merawat orang sakit dan pastinya itu tidaklah mudah.
April begitu telaten dan sabar saat merawat Dewangga. Dia benar-benar orang yang profesional. Luna pun senang melihatnya. Setidaknya dia merasa lega karena papa mertuanya ada yang merawat. Karena jujur, sama seperti Ryan, dia tidak tenang membiarkan mama tiri Ryan merawat papa mertuanya. Dia aja nampak tak peduli dan malah ketawa ketiwi dengan Rose, begitu Ryan pergi.
"Pril, makasih ya karena udah mau merawat papa mertuaku." kata April.
"Sudah kewajibanku, aku dibayar untuk melakukan semua ini." jawab April masih dengan jutek. Entah kenapa dia bersikap judes ke Luna. Padahal April bisa bersikap baik ke Ryan dan Dito.
"Ya udah, aku mau berangkat kerja dulu, nitip papa ya." Luna tidak mau memasukan ke dalam hati sikap judes April. Mungkin karena mereka baru pertama kenal. Luna memakluminya.
"Aku berangkat kerja dulu ya, pa." Luna mulai memanggil Dewangga dengan sebutan papa.
Dewangga pun hanya merespon dengan menggerakan tangannya. Tapi wajahnya nampak seperti ia tersenyum saat Luna berpamitan.
*****
Di tempat kerja, Anabella menyambut Luna dengan heboh. Dia khawatir karena kemarin Luna tidak bekerja karena katanya dia sakit. Anabella ingin menjenguk, tapi dia tidak tahu dimana Luna tinggal. Karena Luna sudah pindah bersama dengan suaminya di sebuah apartemen. Dan Luna juga tidak mau memberikan alamat tempat tinggal barunya ke Anabella. "Kamu tahu nggak aku khawatir banget waktu kamu bilang kamu jatuh.." ucap Anabella.
"Kening kamu?"
"Ya, aku nggak sengaja ketabrak seseorang." jawab Luna dengan santai.
"Kamu dari kampus?" Luna menggelengkan kepalanya.
"Udah 2 hari aku nggak ke kampus. Aku habis dari rumah papa mertuaku." jawab Luna.
"Papa mertua kamu udah dibawa pulang?" Luna menganggukan kepalanya.
"Tapi kenapa muka kamu kusut gitu?"
"Aku cuma kepikiran, sejak kapan kak Rose dekat dengan mama tiri Ryan? Jadi tadi kak Rose juga kesana, mereka kelihatan akrab banget." kata Luna. Dia masih saja kepikiran.
"Mungkin sejak suami kamu deket sama si Rose itu." Luna mengangguk pelan. Masuk akal apa yang dikatakan oleh Anabella. Mungkin juga sebelumnya, Rose dan Ryan sudah dekat sebelum Ryan menikah dengan kakaknya.
Tak mau terus memikirkan Ryan dan juga Rose. Luna memilih untuk segera melakuan pekerjaannya. Dia memang anak yang rajin bukan hanya pujian dari Anabella saja. Tapi karyawan di restoran itu juga mengakui jika Luna adalah anak yang rajin. Bahkan kepala koki juga sangat menyukainya karena hal tersebut. "Lun, kamu udah makan?" tanya kepala koki.
"Udah chef."
"Kalau gitu kamu cicipi kue resep baru yang aku buat!" kata kepala koki. Ia kemudian mengambil piring kecil berisi kue dengan resep baru gagasan dari kepala koki.
"Kamu cobain! Masih kurang apa?" tanya kepala koki. Kepala koki itu juga mengakui jika Luna memiliki selera yang cukup bagus mengenai makanan manis termasuk kue.
Luna mulai memasukan sepotong kue itu ke dalam mulutnya. Ia menguyah pelan untuk menikmati kue tersebut. "Em,,, ini enak banget chef. Rasanya nggak terlalu manis, lembut, pas di mulut." Luna memberi penilaian untuk kue yang baru saja ia cicipi.
"Beneran?" kepala koki itu senang setelah mendengar penilaian Luna.
"Beneran chef, enak banget ini." jawab Luna, ia menghabiskan sisa kue yang ada dipiring.
"Anabella udah nyicipi?" kepala koki menganggukan kepalanya. Tentu saja sebagai pemilik restoran, pendapat Anabella paling diutamakan. Sebelum meminta Luna untuk mencicipi kue resep barunya. Kepala koki sudah meminta penilaian dari Anabella.
"Apa kata dia?"
"Sama kayak penilaian kamu. Jadi udah bisa di masukan ke dalam daftar menu restoran kita ya?" Luna menganggukan kepalanya.
Kepala koki bernama Darma itu kemudian mengambil sisa kue tersebut, kemudian membungkusnya dan memberikannya kepada Luna. "Nanti ini kamu bawa pulang buat camilan!" kata Darma.
"Makasih chef.."
Sama seperti Anabella, lelaki berusia lima puluh tahun itu sangat peduli kepada Luna. Dia juga sangat menyukai semangat kerja dan juga kerajinan Luna. Apalagi setelah Luna ditinggal oleh keluarganya. Rasa iba itu berubah menjadi kasih sayang. Kasih sayang seorang bapak ke anaknya.
Luna masih sibuk dengan pekerjaannya saat seorang pemuda datang dan menatapnya dengan tatapan lembut. Pemuda itu sengaja pergi ke restoran itu untuk menemui Luna. Ya, dia adalah Heksa. Seseorang yang tidak sengaja menabrak Luna kemarin pagi.
"Ada yang bisa kami bantu?" Anabella mendekati Heksa yang hanya berdiam di depan pintu cukup lama.
"Mau pesan makan? Biar saya bantu." imbuh Anabella.
"Iya. Tapi saya mau dilayani dia." Heksa menunjuk Luna yang sedang membersihkan meja.
Tentu saja Anabella terkejut. Ia memicingkan matanya. Bertanya-tanya siapa pemuda itu. Apakah dia mengenal Luna atau hanya salah satu dari penggemar Luna. Pasalnya, ada beberapa orang yang mengaku sebagai penggemar Luna. Mereka sering datang dan meminta dilayani oleh Luna.
"Oh silahkan!" Anabella menunjuk kursi yang masih kosong.
"Lun!" kemudian ia memanggil Luna.
"Ya." Luna mengangkat gelas dan piring kotor, hendak membawanya ke dapur. Namun, saat ia melihat Heksa, ia menjadi terkejut.
"Kak Heksa?"
"Kak Heksa ngapain kesini?" tanya Luna.
"Tadi ada meeting di daerah sini, jadi mampir sekalian. Gimana luka kamu?"
Melihat Luna dan Heksa terlihat akrab. Anabella meminta nampan yang Luna bawa. "Biar aku bawa ke belakang. Kamu layani tamu kamu dulu." kata Anabella sembari tersenyum kecil.
"Silahkan pesan ke Luna!" imbuh Anabella sebelum ia nyelonong ke dapur meninggalkan Luna dan Heksa.
*kesalahan pemeran utama pria tidak mudah dimaafkan harus dapat balas dan menderita dulu baru dimaafkan sedangkan kalau pemeran utama wanita buat salah tidak dianggap salah malah dibenarkan ( pemikiran egois wanita)
*kalian melaknat pelakor dan mebinasakannya tapi kalian begitu memuja pebinor dan spesialkannya (ini pemikiran munafik wanita)
kesalahan fatal yang dibenarkan di novel ini yang membuat novel ini tidak bermoral
*istri curhat dengan lelaki lain dibenarkan
*istri pergi dan tinggal dengan lelaki lain dibenarkan
*istri sering kontak fisik dengan lelaki lain dibenarkan
*istri lebih membanggakan pria lain dari pada suami dibenarkan
*istri membela pria lain dibenarkan
minimal pakai hatimu thor bagaimana kalau posisimu
*suamimu curhat dengan wanita lain
*suamimu pergi dan tinggal dengan wanita lain
*suami mu pelukan dengan wanita lain
*suamimu membanggakan wanita lain
*suamimu membela wanita lain didepanmu
apkah kau akan membenarkan jika suamimu berbuat ini semua, jadilah wanita adil dalam berkarya biar novel bagus dalam segala aspek