Turun Ranjang (Sang Pengganti)

Turun Ranjang (Sang Pengganti)

1. Bab 1

Hiasan bunga yang indah memenuhi dekorasi. Hiasan lampu menambah keindahan dekorasi pernikahan. Pernikahan yang di dambakan oleh beberapa wanita dalam acara sakral tersebut.

Seorang wanita muda ikut sibuk mengatur tempat duduk serta mengecek ulang persiapan pernikahan yang besok akan dilaksanakan. Senyuman kebahagiaan tergurat di wajahnya. "Yang merah itu ditaruh sana aja!" katanya mengatur agar tempat itu menjadi indah.

"Lun, kamu istirahat aja! Kan udah ada W.O. Jadi kamu nggak perlu repot kayak gini!" kata seorang wanita paruh baya.

"Aku udah nggak sabar lihat kakak menikah, ma." jawab Laluna Azzahra, atau kerab dipanggil Luna.

Anita tersenyum senang melihat betapa antusiasnya Luna terhadap pernikahan kakaknya. Anita, seorang wanita paruh baya. Ia merupakan janda dengan dua anak perempuan. Sejak suaminya meninggal beberapa tahun yang lalu. Hidupnya mulai susah, sehingga anak bungsunya harus rela bekerja sembari kuliah untuk membiayai dirinya sampai lulus. Sayangnya, anak pertamanya memiliki pikiran berbeda. Meskipun ia lulusan S1 dengan nilai bagus. Namun anak pertamanya yang bernama Lalita Anggraini, atau sapaan akrabnya Lita. Dia tidak mau mencari pekerjaan karena menurutnya mencari pekerjaan itu susah. Ia juga kerap mengeluh dengan keadaannya setelah papanya meninggal.

Beruntung ada sebuah keluarga kaya raya yang telah berjanji kepada mendiang ayahnya untuk menikahkan anaknya dengan Lita. Sehingga itu semakin membuat Lita menjadi pemalas. Alasan keluarga kaya tersebut menikahkan anaknya dengan Lita. Karena hutang budi terhadap Hendra, papanya Lita.

Laluna takjub dengan dekorasi pernikahan kakaknya. Rumah yang kecil dan jelek bisa di sulap menjadi tempat yang begitu indah, layaknya taman bunga yang indah.

"Tapi setelah kakak menikah, kita hanya akan tinggal berdua." ucap Luna dengan sedih. Ia sedih karena akan pisah rumah dengan kakaknya.

"Tapi kakak kamu akan bawa mama ikut sama dia. Mama juga nggak tega tinggalin ia sendiri. Kamu nggak apa kan nak tinggal sendiri?" wajah Luna nampak begitu sedih. Meskipun ia sudah terbiasa dengan perilaku seperti itu. Namun hatinya tetap saja merasa sedih.

Melihat wajah sedih Luna, Anita segera memeluknya. "Kamu tahu kakak kamu seperti apa kan? Dia tidak semandiri kamu, jadi mama harap kamu maklum." ucap Anita.

Senyum pahit tergores diwajah Luna. Terkadang, tersebit sebuah pertanyaan di dalam hati. Apakah jika ia menjadi pemalas seperti kakaknya, mamanya akan mengkhawatirkan dia juga.

"Ya udah kamu istirahat, biar besok fresh saat kakak kamu menikah!" Anita menepuk pundak Luna, kemudian ia meninggal Luna yang masih terdiam di tempat. Sampai mamanya tak terlihat, wajah Luna masih saja muram.

Sebenarnya ia kecewa dengan sikap pilih kasih mamanya. Ia selalu merasa mamanya tidak pernah mempedulikan dirinya. Yang ada dimata mamanya hanyalah kakaknya.

"Hah.." Luna mulai menghela nafas.

"Siapa suruh kamu jadi seorang yang mandiri." gumamnya seorang diri. Padahal alasan kenapa dia bekerja karena ia tak ingin menyusahkan mamanya yang seorang janda.**

Pagi harinya, matahari bersinar begitu cerah. Secerah wajah Luna yang kembali sibuk menyiapkan ini itu. Ia tak ingin acara pernikahan kakaknya ada kesalahan sedikit pun. Di hari bahagia itu, Luna ingin membuat kenangan yang indah untuk kakaknya. Apalagi kakaknya menikah dengan seorang lelaki yang sudah ia kagumi sejak kecil.

"Lun, kamu nggak harus sibuk kayak gitu!" kata Lita. Ia melihat adiknya yang begitu sangat antusias dengan pernikahannya.

"Kakak? Nggak kok kak, aku hanya nggak sabar aja pengen cepet-cepet lihat kakak nikah sama kak Ryan.

Lita tersenyum, ia memeluk adiknya dengan erat. Hubungan keduanya memang sangat baik. Mereka sangat akrab dan kompak sejak dari kecil. Hanya saja karakter keduanya sangatlah berbeda.

Lita sosok wanita yang tidak mau bersusah payah. Sedangkan Luna sosok wanita pekerja keras. Karena tidak ingin menyusahkan mamanya, Luna memilih untuk bekerja sembari kuliah.

"Besok, kakak mau bawa mama ikut kakak. Kamu nggak apa kan?" seketika wajah Luna berubah. Namun, ia masih bisa untuk tersenyum.

"Nggak apa kok kak."

"Maafin kakak. Kakak nggak bisa ajak kamu. Kakak takut Ryan nggak akan setuju. Kalau mama kan, dia nggak akan mungkin menolak mertuanya kan?" imbuh Lita. Ia menjelaskan alasan kenapa dia tidak bisa mengajak adiknya tinggal bersama.

"Iya kak. Aku paham kok." jawab Luna sembari tersenyum. Meskipun ia nampak kecewa tapi Luna bisa menutupinya dengan dengan baik. Atau mungkin Lita yang tidak peduli dengan kekecewaan adiknya.

"Makasih ya Lun. Kalau gitu, kakak lanjut dandan dulu ya!" pamit Lita. Ia ingin segera menyelesaikan riasannya. Ia tak sabar menjadi seorang pengantin. Menjadi bagian dari keluarga Dewangga. Salah satu keluarga yang cukup terpandang. Dan salah satu keluarga terkaya.

**Kamar Rias**

Senyuman terus mengembang diwajahnya. Aura kebahagiaan terus terpancar dari sorot matanya. Ia semakin tak sabar untuk melaksanakan pernikahan tersebut. Bertahun-tahun ia mengagumi sosok lelaki yang akan resmi menjadi suaminya. Tentu saja kebahagiaan itu tak bisa ia ungkapkan dengan kata.

"Mbak Lita cantik banget.." puji tukang make up yang merias Lita.

Lita tidak menjawab, ia hanya terus tersenyum sembari menatap dirinya di cermin yang ada di depannya. Lita begitu percaya diri bahwa ia akan membuat semua orang kagum dengan kecantikannya, termasuk calon suaminya. Lita yakin ia akan mendapat pujian dari semua orang yang merasa takjub dengan kecantikannya.

"Kamu nggak akan pernah menyesal menikah denganku Ryan. Walau pernikahan kita diawali dengan kejadian yang tidak mengenakan." gumam Lita pelan. Ia kembali tersenyum melihat betapa cantiknya dia saat ini.

"Duh cantiknya anak mama.." puji Anita yang juga kagum dengan kecantikan anak perempuan pertamanya.

"Kan keturunan mama.." Lita tersipu malu saat mamanya memuji kecantikannya. Ia memeluk mamanya dengan manja.

"Mama masih kayak mimpi, kamu akan menikah. Rasanya baru kemarin kamu mama gendong. Kayak baru kemarin kamu masih rebutan mainan dengan adik kamu." ucap Anita dengan mata berkaca-kaca. Ia tak menyangka jika waktu cepat sekali berlalu.

"Jika seandainya papa masih hidup.." Anita tak bisa menahan tangisannya. Ia selalu rindu dengan sosok lelaki yang telah bersama lebih dari 20 tahun tersebut.

"Ma, kepergian papa itu sudah takdir." Lita memeluk mamanya yang masih menangis.

("Dan aku nggak akan bisa menikah dengan lelaki yang aku sukai hari ini.") kata Lita dalam hati.

Luna yang baru masuk ke kamar rias itu ikutan sedih. Ia mendekati mama dan kakaknya, kemudian ikut berpelukan. Sama seperti mama dan kakaknya, Luna juga sangat merindukan sosok papanya. "Kita jangan sedih dong! Hari ini kan hari bahagia kakak. Aku yakin papa melihat kita diatas sana dengan bahagia juga." kata Luna.

Ketiganya berpelukan dengan lebih erat. Mereka saling menguatkan satu sama lain.

Terpopuler

Comments

Patrick Khan

Patrick Khan

.hai kakak

2024-03-11

0

lihat semua
Episodes
1 1. Bab 1
2 2. Bab 2
3 3. Bab 3
4 4. Bab 4
5 5. Bab 5
6 6. Bab 6
7 7. Bab 7
8 8. Bab 8
9 9. Bab 9
10 10. Bab 10
11 11. Bab 11
12 12. Bab 12
13 13. Bab 13
14 14. Bab 14
15 15. Bab 15
16 16. Bab 16
17 17. Bab 17
18 18. Bab 18
19 19. Bab 19
20 20. Bab 20
21 21. Bab 21
22 22. Bab 22
23 23. Bab 23
24 24. Bab 24
25 25. Bab 25
26 26. Bab 26
27 27. Bab 27
28 28. Bab 28
29 29. Bab 29
30 30. Bab 30
31 31. Bab 31
32 32. Bab 32
33 33. Bab 33
34 34. Bab 34
35 35. Bab 35
36 36. Bab 36
37 37. Bab 37
38 38. Bab 38
39 39. Bab 39
40 40. Bab 40
41 41. Bab 41
42 42. Bab 42
43 43. Bab 43
44 44. Bab 44
45 45. Bab 45
46 46. Bab 46
47 47. Bab 47
48 48. Bab 48
49 49. Bab 49
50 50. Bab 50
51 51. Bab 51
52 52. Bab 52
53 53. Bab 53
54 54. Bab 54
55 55. Bab 55
56 56. Bab 56
57 57. Bab 57
58 58. Bab 58
59 59. Bab 59
60 60. Bab 60
61 61. Bab 61
62 62. Bab 62
63 63. Bab 63
64 64. Bab 64
65 65. Bab 65
66 66. Bab 66
67 67. Bab 67
68 68. Bab 68
69 69. Bab 69
70 70. Bab 70
71 71. Bab 71
72 72. Bab 72
73 73. Bab 73
74 74. Bab 74
75 75. Bab 75
76 76. Bab 76
77 77. Bab 77
78 78. Bab 78
79 79. Bab 79
80 80. Bab 80
81 81. Bab 81
82 82. Bab 82
83 83. Bab 83
84 84. Bab 84
85 85. Bab 85
86 86. Bab 86
87 87. Bab 87
88 88. Bab 88
89 89. Bab 89
90 90. Bab 90
91 91. Bab 91
92 92. Bab 92
93 93. Bab 93
94 94. Bab 94
95 95. Bab 95
96 96. Bab 96
97 97. Bab 97 (Tamat)
Episodes

Updated 97 Episodes

1
1. Bab 1
2
2. Bab 2
3
3. Bab 3
4
4. Bab 4
5
5. Bab 5
6
6. Bab 6
7
7. Bab 7
8
8. Bab 8
9
9. Bab 9
10
10. Bab 10
11
11. Bab 11
12
12. Bab 12
13
13. Bab 13
14
14. Bab 14
15
15. Bab 15
16
16. Bab 16
17
17. Bab 17
18
18. Bab 18
19
19. Bab 19
20
20. Bab 20
21
21. Bab 21
22
22. Bab 22
23
23. Bab 23
24
24. Bab 24
25
25. Bab 25
26
26. Bab 26
27
27. Bab 27
28
28. Bab 28
29
29. Bab 29
30
30. Bab 30
31
31. Bab 31
32
32. Bab 32
33
33. Bab 33
34
34. Bab 34
35
35. Bab 35
36
36. Bab 36
37
37. Bab 37
38
38. Bab 38
39
39. Bab 39
40
40. Bab 40
41
41. Bab 41
42
42. Bab 42
43
43. Bab 43
44
44. Bab 44
45
45. Bab 45
46
46. Bab 46
47
47. Bab 47
48
48. Bab 48
49
49. Bab 49
50
50. Bab 50
51
51. Bab 51
52
52. Bab 52
53
53. Bab 53
54
54. Bab 54
55
55. Bab 55
56
56. Bab 56
57
57. Bab 57
58
58. Bab 58
59
59. Bab 59
60
60. Bab 60
61
61. Bab 61
62
62. Bab 62
63
63. Bab 63
64
64. Bab 64
65
65. Bab 65
66
66. Bab 66
67
67. Bab 67
68
68. Bab 68
69
69. Bab 69
70
70. Bab 70
71
71. Bab 71
72
72. Bab 72
73
73. Bab 73
74
74. Bab 74
75
75. Bab 75
76
76. Bab 76
77
77. Bab 77
78
78. Bab 78
79
79. Bab 79
80
80. Bab 80
81
81. Bab 81
82
82. Bab 82
83
83. Bab 83
84
84. Bab 84
85
85. Bab 85
86
86. Bab 86
87
87. Bab 87
88
88. Bab 88
89
89. Bab 89
90
90. Bab 90
91
91. Bab 91
92
92. Bab 92
93
93. Bab 93
94
94. Bab 94
95
95. Bab 95
96
96. Bab 96
97
97. Bab 97 (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!