NovelToon NovelToon
Selir Hati Mr. Billionaire

Selir Hati Mr. Billionaire

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / nikahkontrak / patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: alya aziz

Menjalani hubungan pernikahan, tanpa mengharap di cintai, tanpa tuntutan, dan tanpa mengharapkan sebuah pengakuan.

Tak pernah terlintas di dalam benak Arumi, bahwa ia akan menjalani sebuah hubungan pernikahan rahasia dengan seorang pria yang baru saja resmi menjadi seorang duda.

Pelariannya dari kejaran para rentenir, malah membuatnya kehilangan hal terakhir yang paling berharga baginya yaitu kesuciannya. Alfaro yang malam itu dalam kondisi mabuk telah merenggut kesuciannya di saat ia tidak sadarkan diri.

Sudah terlanjur basah, kenapa tidak sekalian menceburkan diri saja. Alfaro yang haus akan kehangatan dan belaian seorang wanita, memberikan sebuah penawaran gila kepada Arumi.

"Tugas mu hanya melayaniku selama satu tahun, aku akan melunasi semua hutang mu pada rentenir itu dan juga memberikan mu pekerjaan."


Hanya ada dua pilihan, mati secara perlahan di tangan rentenir atau menerima tawaran sang duda yang membutuhkannya sebagai penghangat ranjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.24 ( berangkat kerja bersama suami)

Pukul tiga dini hari, Arumi kembali terbangun, sendiri tanpa Alfaro di sisinya. Malam tadi mereka kembali melewati malam panas bersama, semakin hari ia semakin terbiasa dengan sentuhan Alfaro yang begitu memabukkan. Arumi memeluk bantal guling, seraya berbaring miring ke sisi kirinya, di mana malam tadi Alfaro sempat beristirahat, sebelum akhirnya keluar dan kembali ke kamarnya sendiri.

"Andai kamu bisa mengerti betapa beratnya aku harus tetap tersenyum, padahal setiap hari ku lewati dengan seribu pertanyaan, jika memang semua ini akan berakhir pada waktunya, apa semua jejak yang telah kamu berikan akan ikut hilang," gumam Arumi, menatap nanar ke sisi kirinya.

Arumi mengeratkan pelukannya pada guling yang sudah dalam dekapan. Perlahan-lahan ia kembali memejamkan matanya, masih ada cukup waktu untuk mengistirahatkan tubuh yang lelah, setelah pertempuran panas itu. Meski harus melaluinya seorang diri tanpa pundak suami yang menjadi sandaran.

Saat Arumi sudah kembali ke alam mimpi, pintu kamar itu kembali terbuka. Sehabis percintaan mereka malam tadi, Alfaro beranjak pergi ke ruang kerjanya, untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda. Setelah selesai ia hendak kembali ke kamarnya sendiri, namun saat melewati pintu kamar Arumi, entah kenapa ia ingin tidur di kamar itu, dan bukan di kamarnya sendiri, apakah rasa nyaman itu sudah mulai hadir?

Perlahan Alfaro merangkak naik keatas tempat tidur. Ia tersenyum saat melihat wajah putih polos yang saat ini sedang terlelap. Perlahan di gesernya guling yang Arumi peluk dan di gantikan dengan dirinya. Ia membawa sang istri kedalam dekapannya, terasa begitu hangat, nyaman dan sampai pada akhirnya ia mulai terlelap.

...***...

Arumi sudah tersadar, namun matanya masih setia terpejam. Ia bisa merasakan tubuhnya terbelenggu sesuatu yang begitu hangat, namun bukan selimut, perlahan ia membuka matanya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah dada bidang yang di tumbuhi bulu halus, dengan bau meskulin yang begitu familiar.

Apa ini, sampai pagi pun aku masih mengigau jika dia sedang tidur sambil memeluk ku, padahal yang aku peluk saat ini hanya guling kan, batin Arumi.

Karena mengira jika ia hanya mengigau, akhirnya Arumi semakin mengeratkan pelukannya kepada Alfaro yang ia sangka bantal guling, menempelkan wajahnya di bagian dada bidang Alfaro yang kini tak memakai baju.

"Apa kamu sedang menggoda ku," ucap Alfaro dengan suara serak khas bangun tidur.

Seketika Arumi langsung membulatkan matanya karena mendengar suara Alfaro. Ia memundurkan tubuhnya. Menatap Alfaro yang saat ini sedang melihatnya dengan tatapan sayu karena baru saja bangun dari tidurnya. Alfaro terbangun saat ia merasakan pelukan erat Arumi di tubuhnya.

"Tu-tuan kenapa bisa disini?" tanya Arumi yang terlihat bingung, saat ia tersadar jam tiga subuh tadi, ia yakin betul jika Alfaro tidak berada di sampingnya.

"Aku sejak malam tadi di sini," ucap Alfaro.

"Tidak mungkin," gumam Arumi pelan.

"Kemarilah, peluk aku lagi," ucap Alfaro merentangkan tangannya agar Arumi kembali kedalam dekapannya.

Perlahan Arumi terberingsut memeluk Alfaro. Karena ini masih di wilayah Mansion, ia tidak bisa menolak permintaan Alfaro. Suasana kembali hening, Arumi berpikir apa Alfaro kembali tidur, kenapa ia tidak lagi bersuara.

"Tuan.." panggilnya pelan.

"Hmm, apa?"

Hah ternyata dia tidak tidur, batin Arumi.

"Ini sudah pagi, anda harus pergi bekerja, begitu juga dengan saya," ujarnya pelan.

"Aku pemilik perusahaan, kenapa kamu yang mengatur? Tunggu sebentar lagi, aku masih mengantuk," ucap Alfaro dengan mata terpejam.

"Bagiamana jika Tuan tidur saja sendiri, saya harus bersiap-siap untuk pergi ke kantor," pinta Arumi.

"Bicara sekali lagi, akan ku beri kamu pelajaran," ancamnya.

Akhirnya Arumi memilih diam, ketimbang harus melanjutkan ucapannya, ia tahu betul, pelajaran apa yang di maksud Alfaro. Kejadian di kantor kemarin, masih begitu membekas dalam ingatannya.

~

Sekitar pukul setengah delapan pagi, Arumi yang sudah selesai mandi dan berpakaian, menuruni tangga dengan terburu-buru. Ia sudah terlambat bekerja karena Tuan suami yang begitu lama memeluknya pagi ini. Saat sampai di ujung tangga Bi Ranti menghampirinya.

"Nona sarapan dulu," ucap Bi Ranti.

"Tidak usah Bi, aku sudah terlambat," ucap Arumi.

"Sarapan lah sebelum pergi, aku tidak mau kamu pingsan lagi seperti beberapa hari yang lalu," ucap Alfaro sambil menuruni tangga.

Arumi berbalik melihat Alfaro yang saat ini sedang melangkah turun. Penampilan yang sempurna seperti biasanya, selalu berhasil membuat siapapun yang melihatnya terpana.

~

Kali ini, untuk pertama kalinya, Arumi sarapan bersama dengan Alfaro. Sesekali ia melirik sang suami yang sedang menikmati sarapan seraya melihat layar tabletnya, entah kenapa semuanya terasa aneh karena biasanya ia sarapan pagi sendiri. Arumi menguyah makanannya dengan cepat, karena saat melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

"Saya sudah selesai Tuan, permisi," ucap Arumi yang sudah selesai dengan sarapannya dan hendak beranjak pergi.

"Ikut di mobil ku, jangan membantah." Alfaro berdiri dan langsung melangkah pergi.

Arumi hanya bisa menurut dan mengikuti langkah Alfaro dari belakang. Setelah hampir sebulan dan akhirnya, ia bisa sarapan dan berangkat bekerja bersama sang suami yang dulu bahkan tak menganggapnya ada, setelah turun dari atas ranjang, Arumi tidak lagi di pedulikan, tapi kenapa sekarang perlahan namun pasti perhatian itu mulai Alfaro tunjukkan.

Sesampainya di teras depan, Alfaro meminta kunci mobil kepada sang supir. Karena ia akan menyetir sendiri hari ini. Sang supir nampak heran karena tidak biasanya Alfaro ingin menyetir sendiri saat pergi ke kantor.

"Masuklah," ucap Alfaro kepada Arumi yang berada di belakangnya.

Arumi melangkah masuk kedalam mobil, lalu di ikuti oleh Alfaro yang juga ikut masuk, menyalakan mesin mobil dan melaju pergi meninggalkan halaman Mansion. Bi Ranti dan pak supir memandangi kepegian kedua majikan mereka dengan senyum penuh kelegaan. Mereka senang karena perlahan dinding pertahanan Alfaro mulai rapuh, dan mereka berharap hadirnya Arumi akan mengembalikan sosok Alfaro yang sudah lama hilang.

~

Selama perjalanan, baik Alfaro dan Arumi saling melirik secara bergantian. Mereka sama-sama bingung harus memulai pembicaraan dari mana. Tiba-tiba saja Alfaro tidak sengaja melihat kaki Arumi yang masih saja memakai sepatu kesempitan yang membuat kakinya lecet.

"Kamu memang suka sekali mencelakai diri sendiri lalu setelah itu menyalahkan orang lain," ucap Alfaro.

Arumi menoleh ke arah Alfaro dengan tatapan bingung, "Maksud anda?"

Alfaro tidak menjawab pertanyaan Arumi. Ia memutar arah dan mempercepat laju mobilnya sampai ke sebuah toko sepatu yang tadi sempat ia lewati.

"Kenapa kita kemari Tuan? tanya Arumi saat Alfaro memarkirkan mobilnya di depan toko itu.

"Untuk mengganti sepatu kamu, keluarlah."

Alfaro dan Arumi keluar dari dalam mobil. Tanpa banyak bertanya Arumi mengikuti langkah Alfaro masuk ke dalam toko sepatu itu. Toko yang dari luar saja sudah nampak mewah, sudah pasti harga sepatu di tempat itu sudah bisa di bayangkan. Sesosok di dalam, seorang pegawai toko yang berseragam rapi sudah datang menghampiri mereka.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya pegawai toko itu.

"Carikan dia sepatu yang nyaman dan tidak membuat kaki lecet."

"Baik Tuan, mari Nona ikut saya."

Arumi mengikuti langkah pegawai toko itu masuk ke bagian rak-rak di mana sepatu-sepatu high heels tertata dengan apik. Arumi begitu terpana saat melihat high heels berwarna cream dengan hak yang tidak terlalu tinggi. Ia pun mendekati rak dimana sepatu itu berada.

"Kamu suka?" tanya Alfaro yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Arumi.

"Oh itu, i-iya sepatunya bagus," ucap Arumi yang kini sudah menoleh ke Alfaro.

"Kami ambil yang ini," ucap Alfaro kepada pelayan toko.

"Baik Tuan."

Arumi mengikuti langkah Alfaro menuju kasir. Ia mengeluarkan kartu dari dalam dompetnya, kartu yang dulu di berikan Alfaro padanya, tapi sangat jarang ia pakai. Saat Arumi hendak menyerahkan kartu itu kepada kasir, Alfaro langsung menghalangi dengan menarik kembali tangan Arumi.

"Kali ini biar aku yang bayar," ucap Alfaro sambil menyerahkan kartunya kepada kasir.

"Tapi kartu ini juga milik anda Tuan," ucap Arumi.

"Itu milikmu, bukan milikku."

Akhirnya Arumi memilih diam. Arumi kembali menoleh kearah kasir, tak sengaja ia melihat layar monitor yang tertera harga sepasang sepatu high heels itu menembus angka sepuluh juta. Ia terperanga sampai terpercaya.

"Sepuluh juta," ucapnya tak percaya.

"Tuan, batalkan saja, ini terlalu mahal," bisik Arumi kepada Alfaro.

"Aku membayarnya dengan uang ku, kenapa kamu yang protes," bisiknya balik.

"Tapi--"

"Ssst diamlah."

Setelah transaksi pembayaran selesai, Arumi mengikuti langkah Alfaro keluar dari toko itu. Ia melihat paper bag berisi sepatu seharga puluhan juta yang kini sudah berada di tangannya.

sepuluh juta hanya untuk di injak-injak, apa semudah itu seorang billionaire mengeluarkan uang hanya untuk sebuah sepatu mahal, padahal jika di sumbangkan ada berapa banyak orang tak mampu yang bisa di beri makan, batin Arumi.

Bersambung 💓

1
tri
ets dah ada yg cemburu, ,/Shy//Shy//Shy/
tri
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Riza Rama
Kecewa
Riza Rama
Buruk
tri
,/Facepalm//Facepalm/ dinda mmg the best kelakuannya, aril....aril, knp ga ngaku aja sik
Idha Giatno
Luar biasa
Nenie Chusniyah
luar biasa
MommaBear
Luar biasa
Anonymous
ok
Rahma Putri
Luar biasa
Alet
keren
Ririn Nursisminingsih
meleleh a thor😍😍
Ririn Nursisminingsih
thor semua karyamu udah a baca...penulisanya sangat bagus alurnya tidak berbelit2 a suka..💪💪
Ririn Nursisminingsih
hadech kok malah saling berbohong mending arumi bilang aja udah nikah
Ririn Nursisminingsih
ayoo arumi srmangat tunjukan kmu wanita cerdas,kuat,ndak mudah ditindas
Ririn Nursisminingsih
ambil aja arumi buat alvaro bucin sama kmu...biar tau rasa dia
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
Luar biasa
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
mampir di arumi
Novie Yanti
iy senyum senyum sendiri.. sweet banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!