Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Dari Rumah Fla
Ketika tak mendapat jawaban, Erina menggedor pintu.
"Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu di dalam kamar."
"Aku tidak menyembunyikan apa-apa," seru Fla.
"Oh ya, lalu kemana larinya semua makanan di kulkas, sekarang binatang apa lagi yang kau bawa masuk ke dalam rumah, buka sekarang! atau aku bilang ke ayah," teriak Erina.
Sementara Erina terus menggedor pintu kamar dan berteriak-teriak, Noil masih bingung harus bersembunyi dimana, dia tidak menemukan tempat selain kamar mandi yang cukup besar untuk bisa menyembunyikan dirinya, Lula menghampirinya dan memberinya usul.
"Mungkin terdengar konyol," kata Lula, "tapi kau bisa bersembunyi di dalam lemari baju."
Lula terbang membuka pintu bagian lemari yang tak memiliki rak.
Noil menggeleng, lemari itu jelas tidak cukup untuknya.
"Kau bercanda ya? bagaimana caranya aku bisa masuk ke sana!"
"Sudah kubilang ini sedikit konyol," kata Lula, "tapi jauh lebih baik mencobanya daripada berdiri di sana seperti singa bego. "
Noil menoleh, Fla sedang menggunakan punggungnya untuk menahan pintu, Erina menggedor pintu seolah-olah dia akan mendobraknya hingga terbuka.
Noil memutuskan untuk mencoba masuk ke dalam lemari.
"Jangan bohong!" kata Erina, "aku mendengarnya tadi, suara seperti binatang tercekik, Fla! buka!"
Fla mencoba mempertahankan wilayahnya.
"Tidak ada binatang di sini!" kata Fla, "ini kamarku, kakak tidak boleh masuk."
Lula menggeleng pasrah,
"Percuma saja, ini pasti berakhir buruk."
"Lihat saja!" kata Erina, "aku akan mengambil kunci cadangan."
Noil pada akhirnya dengan cara yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata dapat masuk ke dalam lemari. Di dalam lemari Noil dalam posisi yang tak bisa digambarkan dengan benar, jika sekilas melihatnya : Kepala Noil akan seolah-olah tampak seperti pindah ke tengah-tengah badannya. Fla harus mendorong pintu lemari kuat-kuat agar bisa tertutup.
Saat lemari tertutup, Noil hampir tak bisa melihat apa-apa, dia merasa sulit bernafas, dia hanya bisa mendengar apa yang sedang terjadi di luar, dia mendengar pintu kamar Fla akhirnya bisa terbuka.
Erina kaget melihat semua bungkus makanan dan botol-botol minuman berserakan di lantai.
"Jangan bilang kau dan si paruh bengkok itu yang memakan semuanya, minggir dari pintu kamar mandi!"seru Erina.
Seperti dugaan Lula, kamar mandi adalah tempat pertama yang Erina tuju, itu karena Fla pernah memelihara beberapa keluarga kodok di dalam bak kamar mandi.
Saat Erina tak menemukan apa-apa, Fla meledeknya.
"Sudah kubilang kan tidak ada apa-apa."
Erina mendengus, berbalik pada Lula.
"Paruh bengkok! katakan padaku di mana penyelundup itu bersembunyi, akan kuberi kau lima biscuit."
Lula, memasang tampang menghina.
"Lima biskuit! Berikan aku sepuluh biskuit atau tidak sama sekali."
"Oke, sepuluh biskuit," kata Erina, "dimana binatang itu?"
"Di dalam lubang hidungku," kata Lula, "aku takkan mengatakannya padamu, penyihir."
Erina berkacak pinggang dan berkata, "Ha!, di kamar ini memangnya mereka bisa sembunyi di mana."
Di Dalam lemari, Noil merasakan keempat kakinya akan patah karena dia melipatnya dengan cara yang aneh, tapi dia tak mau bergerak dan memang tak bisa bergerak, Noil merasa ini takkan berhasil, hanya keajaiban yang membuat Erina tidak memeriksa lemari pakaian, dia mendengar sesuatu seperti orang terjatuh, lalu bunyi benda keras yang terantuk di kayu, kemudian suara Fla mengatakan sesuatu, lalu hening.
Noil sempat berpikir keajaiban bisa saja terjadi kali ini, Erina mungkin akan melewati memeriksa lemari, dan lupa pada kolong ranjang. Tapi, ketika lemari baju terbuka Noil patah semangat, alih-alih Erina, Flint yang membukanya. Melihat wajah Flint yang putus asa membuat Noil patah hati, tapi dia masih berharap.
"Apa dia sudah pergi?" tanya Noil.
Flint menggeleng.
"Jadi kita ketahuan?"
Flint mengangguk.
Erina memekik dengan nada jijik, tak percaya dan takut
"Bagaimana bisa dia ... lihat! Lihat!" seru Erina, "kambing itu akan mengotori semua baju-bajumu, akan kuberi tahu pada ayah."
Fla menjerit, berlari keluar mengejar kakaknya.
"Jangan!"
"Ayo keluar dari situ," kata Flint lemas.
Noil berkata," Apa kau tidak melihat keadaanku di sini, aku sama sekali tak bisa bergerak."
Flint dan Lula harus menarik Noil keluar dari kamar, mereka harus menariknya dengan kuat-kuat, hingga lemari baju itu hampir terjatuh ke lantai menimpa mereka.
Saat Noil berhasil keluar, Erina sudah kembali sambil menyeret ayahnya.
Fla sering kali membawa masuk binatang ke dalam kamarnya, dari kodok, kadal, tikus yang dia anggap sebagai marmot, yang terbaru burung elang, bagi ayah Fla dan Erina, melihat kambing di dalam kamar Fla, meskipun tak bisa ada dalam pikiran mereka bagaimana caranya kambing bisa naik ke lantai dua, tetap saja Flint hanya kambing, seekor kambing di dalam kamar memang aneh, tapi tak terlalu menghebohkan, tapi melihat seekor singa di dalam kamar itu hal yang lain lagi.
Erina menjerit histeris, dia berlari ke bawah, saat dia berhenti panik dia pasti akan menelpon polisi. Ayah Fla berlari menangkap Fla yang mencoba masuk ke dalam kamar, Fla terus meronta, tapi ayahnya terus memeluknya.
Ayah Fla menyerahkan Fla yang memberontak pada Erina yang datang dan langsung memeluk Fla dengan setengah memitingnya. Ayah Fla berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan bingung tapi insting melindungi dari seorang ayah membuat punggungnya sedikit membungkuk, kedua kakinya yang gemetar tampak memasang kuda-kuda.
"Apa yang akan ayah lakukan?" tanya Erina.
"Mencoba mengusirnya," kata Ayah Fla.
Ayah Fla menendang-nendang kusen pintu. Ketika ayah Fla melakukan gerakan samar seperti akan masuk ke dalam kamar, Erina mengingatkannya bahwa ayahnya hanya pegawai yang bekerja di bagian listrik.
"Apa ayah punya karate atau semacamnya?" kata Erina.
Ayah Fla yang prestasi olahraganya hanya sampai menjadi pemain cadangan abadi sepak bola saat SMP menggeleng.
Erina memperingatkan ayahnya.
"Bahkan pemilik olimpiade karate tidak akan melakukannya."
"Kita harus mempertahankan rumah ini atau dia akan tinggal dan bersarang di sini," seru Ayah Fla.
Erina segera mengambil kendali.
"Turun ke bawah!" kata Erina, "ambil sesuatu yang berguna untuk menakutinya, cepat! sebelum dia memakan kita satu persatu."
Ayah Fla bergegas turun dan kembali lagi dengan membawa senjata berupa sapu lantai di tangan kanan, dan botol misterius yang diapit di lengan kirinya.
Erina memandangi sapu dengan kecewa lalu dia menunjuk botol penyemprot nyamuk di tangan Ayah Fla.
"Apa itu! Apa ayah ingin mengusir tikus!?" kata Erina, "dan untuk apa itu?"
Ayah Fla bergerak memberi isyarat yang artinya jika singa nyasar itu macam-macam dengan kita, dia tidak akan segan-segan untuk menyemprot matanya, biar dia tahu rasa!
Erina memasang mimik : 'Apa tidak ada barang berbahaya lain di rumah ini!'
Ayah Fla mengabaikan pisau dapur : pisau dapur yang diayun-ayunkan sembarangan bisa melukai dirimu sendiri. Tapi, Erina yang kepalanya terpengaruhi film aksi perang, menginginkan sesuatu yang lebih berbahaya dari pisau dapur.
"Apa kita tidak punya senjata laras panjang, tongkat listrik, bom, granat tangan atau semacamnya."
Ayah Fla memasang tampang bingung yang memberitahu Erina bahwa ayahnya hanyalah seorang pegawai yang bekerja di bidang listrik bukan tentara.
Erina menunjuk Noil yang sedang mengangkat satu kaki depan.
"Lihat!" kata Erina dengan suara gemetar, "dia akan buang air besar di dalam kamar."
Flint berkata, "Harus kubilang berapa kali mereka tidak akan mengerti yang kau katakan Noil."
"Aku hanya ingin bilang, kalau aku tidak akan mengganggu mereka," seru Noil.
"Ya, dan setiap kali kau melakukannya mereka hanya akan mengira kalau kau akan memakan mereka," kata Flint, "ayolah Noil kita pergi sebelum polisi datang."
Noil akhirnya menyerah dan berbalik, tapi ketika mereka sudah berada di jendela, Noil tiba-tiba berbalik menatap Lula yang sedang berada di atas kasur.
"Apa?" kata Lula.
Tiba-tiba Lula merasa hidupnya dalam bahaya.
Noil melompat ke atas kasur, meleset sepersekian detik. Lula keburu terbang menghindar, menyelamatkan diri dan bertengger di atas lemari.
Noil mengejarnya melompat sekali lagi dan menggantung diatas lemari dengan kedua kaki depannya.
Flint tidak habis pikir dengan tingkah sahabatnya.
"Apa terlalu banyak minum soda membuat kepalamu miring, apa yang kau lakukan?"
"Tutup jendelanya Flint sebelum burung ini kabur keluar," pinta Noil.
"Tapi ...."
"Sekarang Flint, jangan diam saja"
Flint menutup pintu jendela dan Lula hanya mendapatkan rasa sakit di paruhnya saat menabrak kaca jendela. Karena Lula hanya setengah meter di atas kepalanya Flint mencoba melompat menggapainya tapi burung beo itu terlalu cepat untuk seekor kambing yang pemalas.
Lula menukik turun masuk ke bawah ranjang.
Noil dan Flint duduk menempelkan pipi mereka di lantai. Lula bersembunyi jauh di ujung ranjang tak bisa Noil dan Flint jangkau hanya dengan menjulurkan kaki mereka.
"Kau masuk ke dalam sana," kata Noil.
Flint yang masih merasakan badannya ngilu karena berbaring di bawah ranjang langsung menggeleng.
"Apa kau tahu betapa susahnya menyeret badanmu agar bisa masuk ke sana."
Noil mengangkat kaki depannya dan berkata dengan serius.
"Kau mau masuk sendiri atau aku yang harus mendorongmu."
"Aku tahu kau akan mengatakan itu dan aku membencinya," kata Flint.
Melihat Flint menyelinap masuk ke bawah ranjang, Erina kehilangan akal sehatnya.
Erina memegangi kepalanya dan menjerit.
"Lihat dia masuk ke dalam ranjang, kambing itu akan bertelur di sana!"
Ayah Fla menatapnya dengan tatapan kecewa, dia bertanya-tanya apa yang sudah dipelajari anak sulungnya di kelas biologi, sejak kapan kambing bertelur!
Tersudut, Lula mencoba menyogok Flint.
"Lepaskan aku dan aku akan memberikanmu banyak makanan, aku punya sekaleng besar biskuit rasa vanila."
Flint berkata, "Akan lebih baik jika aku yang menangkap mu daripada si rambut gondrong itu."
Lula mencoba lagi.
"Bagaimana dengan dua kaleng?"
"Oh ayolah mari kita akhiri ini secepatnya punggungku mulai terasa sakit," seru Flint.
Karena tidak bisa disogok dengan makanan, Lula mencoba mengancam Flint dia mengangkat satu kaki nya menunjukan kuku kakinya yang dirawat dengan baik, dibawa ke salon dua kali dalam sebulan, dan dicat warna pink.
"Menjauh dariku atau aku akan mencakar hidungmu," gertak Lula.
"Maaf kawan, tapi si gondrong di luar sana punya kuku taring yang lebih menyeramkan daripada punyamu, dan apa yang terjadi dengan kuku mu kenapa warnanya berubah menjadi pink, dan kenapa ada tanda silang?"
Lula tidak terima kukunya dihina.
"Ini bukan tanda silang ini gambar bintang dasar kampungan!"
Flint yang terjepit di bawah ranjang mulai gerah dan ingin segera keluar dari sana. Fliny dengan cepat mengulurkan kaki depannya, Lula berkelit dan naik ke atas dahi Flint. Dalam usaha mencoba menangkap burung beo itu, Flint malah memukul dahinya sendiri, itu membuat Flint kesal. Flint berencana menggunakan kedua kaki depannya untuk membalas dendam tapi kepalanya terantuk ranjang. Flint mengerang Lula terbang rendah keluar dari sisi ranjang yang lainnya. Sebuah bayangan besar muncul di atas kepala Lula dan Hap... Noil berhasil memakannya.
Ketika Flint keluar dari bawah ranjang dan melihat mulut Noil yang menggembung, Flint berkedik ngeri.
"Apa kau memakannya?"
Noil menggeleng.
Flint memelototinya.
Saat Noil sampai ke pagar balkon kamar, Lula yang berada di dalam mulut membuat Noil tak bisa bicara. Jadi Noil hanya bersuara :
"Emm ... Emm ...."
Maksud Noil 'Nanti aku jelaskan sekarang ayo kita pergi.'
Flint menatap ke bawah, kamar Fla terlihat lebih tinggi jika dilihat dari atas daripada semalam ketika dia melihatnya dari bawah.
Flint bertanya, "Apa kau yakin akan melompat dari sini?"
Noil berkata, "Emm ... emm ...."
"Ya ... ya ... aku tahu tak ada jalan keluar lagi selain melompat," kata Flint.
Noil melompat dan sebelum Flint melompat menyusul Noil, Flint menyempatkan diri untuk mengeluh.
"Kemarin dari atas tebing sekarang dari lantai! dua besok dari atas apa lagi?"
Noil dan Flint berlari melompati tembok rendah halaman belakang, setelah melewati beberapa rumah Noil memutuskan untuk berbelok, dan itu adalah sebuah keberuntungan yang tak disengaja karena jika mereka terus berlari hingga ke ujung perumahan, mereka akan bertemu dengan jalan raya yang ramai. Ketika akhirnya sampai di ujung gang yang sepi Noil dan Flint berhenti.
Noil memuntahkan Lula dari dalam mulutnya, sedangkan Flint duduk terengah-engah kelelahan.
"Apa dia sudah mati?" kata Flint.
Flint menatap Lula yang berbaring tak bergerak di lantai. Seluruh bulu ditubuh Lula basah oleh air liur Noil.
"Dia lebih dari sekedar hidup," kata Noil, "dia terus bergerak-gerak di mulutku sepanjang waktu."
"Bagiku dia terlihat seperti sudah mati," kata Flint.
Flint menggunakan ujung kakinya menendang tubuh Lula.
"lihat dia! dia tidak bergerak," seru Flint.
Noil mengamati Lula yang tak bergerak dan mulai merasa cemas.
"Coba tendang lebih keras."
"Baiklah," sahut Flint.
Flint sudah mengangkat kakinya dan Lula segera mengeluarkan suara.
"Coba saja, kalau kau berani."
Lula berdiri, berjalan terhuyung-huyung ke sudut dinding gang, lalu dia muntah di sana. Saat kepala Lula berhenti pusing, dia mencoba menyingkirkan air liur Noil dari bulu-bulunya yang indah.
Lula mengerang jijik.
"Yach, apa ini? seluruh tubuhku penuh dengan lendir!"
"Lihat sudah ku bilangkan dia masih hidup," kata Noil.
Lula menunjuk Noil dengan paruhnya.
"Sudah cukup!" kata Lula, "jauh-jauh dariku."
"Yeah, aku tidak punya pilihan lain" kata Noil, "kalau tidak diculik! kau takkan mau ikut kami."
"Memangnya siapa yang mau ikut kalian," kata Lula, "aku punya sangkar yang indah, majikan yang baik, lima biskuit setiap harinya, aku akan pergi, selamat tinggal."
"Kalau kau mencoba kabur," kata Noil, "aku akan memasukkan mu lagi kedalam mulut, dan mungkin saja kalau tenggorokanku gatal, aku akan benar-benar menelan mu, dan aku bukan sapi yang bisa mengeluarkan makanan dari dalam perutnya lagi."
"Yah, dan dia bukan sapi," kata Flint, "kenapa kau melihatku seperti itu, bukan aku yang menyuruhnya untuk memakan mu."
"Jadi apa maumu?" kata Lula pada Noil, "kalian sudah punya alamatnya, jadi selamat jalan semoga sukses dengan misi mustahil kalian!"
"Kami tak tahu harus kemana?" kata Noil.
"Kalian pikir, aku tahu semua tempat di kota ini," bentak Lula.
Noil dan Flint mengangguk.
"Kalian pikir aku menghabiskan waktuku setiap hari untuk beterbangan ke sana kemari untuk menghafal semua alamat, tidak aku punya sangkar yang bagus dan aku lebih suka tinggal di sana daripada harus terbang tak karuan tak jelas," seru Lula.
Lula menggeleng.
"Aku tidak tahu di mana alamatnya," kata Lula, "kenapa dengan tampang kalian? Kenapa memasang tampang mengenaskan seperti itu."
Flint melirik tajam Noil.
"Kubilang apa? berhenti mencari tikus tak berguna itu."
"Kita tetap akan mencari Lopp meskipun kau merengek sambil berguling-guling di lantai," tegas Noil.
Flint mengamuk. "Lihat apa yang kita punya sekarang, kita baru saja diusir dari rumah Fla, tidak mungkin kembali ke hutan, kita tidak punya apa-apa, kita akan berakhir di tempat pembuangan sampah."
"Okh ya ampun bisakah kalian berhenti bertengkar kepalaku pusing," kata Lula, "oke, aku akan membantu kalian tapi berjanjilah jangan pernah mengganggu hidupku lagi."
Noil langsung mengangguk.
"Aku takkan melakukannya lagi."
"Aku perlu peta kota," seru Lula.
Flint bertanya pada Noil.
"Apa itu peta kota?"
"Sudah kubilang aku tidak tahu jalan Bolingtook 1326 itu di mana," kata Lula, "kita perlu peta, itu sebuah gambar yang menunjukkan semua jalan di kota ini, semacam penunjuk arah, apa kalian mengerti? Okh ya sudahlah yang penting kita harus punya peta untuk sampai ke sana."
"Kami tidak punya petanya," kata Noil, "dan kami tidak mungkin mengetuk pintu rumah dan berkata: 'Hai apa kau punya peta di rumahmu, apa boleh ku pinjam?"
Flint berkata, "Yah ... jika kita tidak punya peta, kita pasti akan berakhir di tempat pembuangan sampah."
"Ya ... ya ... aku yang akan pergi mengambilnya," kata Lula, "apa kau puas? apa kalian puas?"
Noil dan Flint berkata serempak.
"Kupikir itu ide yang bagus."
"Kalian tetaplah disini, jangan bergerak walau selangkah pun, kalau kalian nyasar aku takkan sudi mencari kalian," seru Lula.
Lula berjalan meninggalkan Noil dan Flint ketika dia akan terbang, dia berpaling ke belakang.
"Apa kalian tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Lula.
"Bilang apa?" tanya Noil.
"Apa saja, misalnya hati-hati dijalan atau kalau kau tidak kembali aku akan mencari mu seumur hidupku."
"Cepatlah kembali," kata Noil.
"Ya ... ya ... dasar binatang hutan," kata Lula.
Lalu Lula terbang rendah dan menghilang di balik tembok gang.
Fla menatap tempat Lula menghilang.
"Apa dia akan kembali?" kata Flint.
"Kalau dia kabur, paling-paling juga dia kembali ke rumah Fla, kita tinggal menculiknya lagi," kata Noil.
Ketika Noil mengatakan itu, dia teringat pada Fla.
"Dia anak yang baik."
"Ya, aku juga akan merindukannya," sahut Flint.
Noil dan Flint menunggu, tapi sampai malam Lula tak kembali, mereka mulai berpikir bahwa Lula takkan kembali, dia mungkin sudah di rumah Fla memakan lima biskuitnya. Noil dan Flint sudah berdiri untuk menculik Lula lagi ketika mereka melihat warna biru cerahnya bulu Lula yang dihiasi bulatan kuning dan merah terbang rendah melewati lampu gang yang temaram.
Lula datang dan meletakkan gulungan peta kota di paruhnya ke lantai.
"Kalian takkan tahu bagaimana susahnya aku mendapatkan ini, aku harus bertarung dengan belasan polisi," seru Lula.
Dengan kedua kakinya Noil membentangkan gulungan peta.
Noil bergumam, "Oh ini ya, yang namanya peta! Ayo kita mulai mencari."
Lula menggerutu.
"Hanya itu saja! ayo kita mulai mencari, itu saja!"
"Apa memangnya yang harus kukatakan?" kata Noil.
"Apa saja!, kalian tidak ingin mendengarkan ceritaku bagaimana aku mendapatkan petanya."
"Ya aku tahu, kau sudah mengatakannya tadi, kau mendapatkannya dari berebut dengan belasan polisi kan?" kata Noil, "ayo kita mulai mencari."
Lula turun dari tong sampah sambil menggerutu.
"Setidaknya kalian bisa mengucapkan terima kasih."
"Aku sudah mengatakannya," kata Flint, "kau saja yang tidak mendengarnya."
"Berbohong saja terus!" kata Lula, "aku harap ini cepat selesai, jadi aku bisa kembali ke sangkarku yang hangat, lima biskuitku, dan Fla yang menyayangiku,"
Lula mendongak pada Noil yang sedang menatap gambar peta seakan dia mengerti tulisan yang dia liat.
"Singkirkan kakimu dari situ" kata Lula.
"Kenapa?"
"Kau menghalangi petanya, oke!"
Lula menunduk bergerak mengikuti garis biru jalan Bolingtook di peta, sampai akhirnya berhenti pada satu titik kecil di peta bernama Palltasi 43.
Lalu Lula mulai tertawa keras-keras seperti burung gila, Noil dan Flint menebak Lula mungkin mengalami penyakit gegar otak.
"Kepalanya pasti terantuk sesuatu, saat melawan belasan polisi," kata Noil.
Flint berkata, "Kurasa dia tertembak di kepala, coba lihat di kepalanya apa ada lubangnya atau tidak?"
Lula terus tertawa memegangi perutnya.
"Kalian benar-benar akan berakhir di tempat sampah!" seru Lula.
Lula menunjuk sebuah gambar persegi berwarna hitam dengan ujung sayapnya.
Sambil tertawa Lula berkata, "PALLTASI 43 itu tempat pembuangan sampah!"