Kayena de Pexley adalah ratu termalang dalam sejarah kerajaan Robelia. Sampai akhir hayatnya, Kayena tidak mendapat sedikit pun cinta dari sang suami. Ia diperlakukan layaknya mesin pembuat anak serta simbol kerjasama antara dua belah pihak. Sedangkan Katarina adalah selir paling dicintai dalam sejarah kerajaan Robelia. Mantan pelayan Kayena yang mendapat anugrah berupa cinta tulus sang raja.
Ketika berhasil melahirkan bayi ke-4 yang kelak akan menjadi raja paling berpengaruh dalam sejarah kerajaan Robelia, Kayena memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah mengetahui rencana sang suami yang akan memisahkan dia dengan sang putra. Namun, alih-alih meregang nyawa, Kayena malah terbangun pada masa baru kehilangan bayi pertama. Lima tahun sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri karena mengalami depresi.
Mendapat kesempatan kedua, mampu kah Kayena merubah nasibnya yang malang? cari tahu selengkapnya.
🚩🚩
Cerita pertama Author dengan tema reinkarnasi 🔱
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaka Shan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0029. L’affaire des Missiles de Combat et L’incitation à la Councubine
Minal Aidin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin 🫂
Maaf baru bisa update lagi, Author pulkam & memutuskan untuk full rehat 🙏🏻
0029. L’affaire des Missiles de Combat et L’incitation à la Councubine (Perkara Rudal Tempur & Hasutan Selir)
“Keterlaluan sekali Yang Mulia Ratu!”
“Pelankan suara Anda, Duchess. Di sini, dinding saja bisa mendengar,” sergah seorang Senora pada Senora lain yang baru saja berseru dengan suara cukup nyaring.
“Maaf, Countess. Saya benar-benar merasa kesal, sampai-sampai kehilangan kendali. Lagipula saya tidak habis pikir dengan Yang Mulia Ratu. Kenapa harus melakukan low blow pada Yang Mulia Raja?” salah satu istri dari Duke paling berkuasa di pusat kota Robelia itu tampak tidak dapat menutupi raut geram yang tercipta di wajahnya.
Saat ini para Senora dari keluarga bangsawan ternama di Robelia memang tengah berkumpul. Mereka semua adalah circle Selir Agung Katarina yang datang ke istana untuk menghibur teman mereka. Semenjak berita Raja Robelia mengalami cidera di area sensitif akibat ulah istri sahnya, Selir Agung Katarina terus menerus bersedih. Kesedihan itu ia tuangkan pula pada sepucuk surat yang dikirimkan pada kediaman teman-temannya dari kalangan bangsawan.
“Lalu sekarang bagaimana kondisi Yang Mulia Raja?”
“Masih dalam proses penyembuhan,” jawab si pemilik istana. Ia tampak kuyu dengan wajah yang tersapu oleh riasan one fire seperti biasa. “Dokter kerajaan mengatakan bahwa butuh waktu cukup lama untuk proses penyembuhan. Yang Mulia juga diharuskan untuk melakukan serangkaian terapi,” lanjutnya seraya menyesap sedikit teh merah Cheonil dalam cangkir yang dapat menenangkan hati.
“Tindakan Yang Mulia Ratu kali ini sangat keterlaluan. Perilakunya sudah seperti Agrippina dari Kekaisaran Roma,” kata sang Duchess, gamblang. Ia tanpa pikir panjang menyamakan Ratu Robelia dengan Agrippina—istri kaisar Claudius, Kaisar Roma—yang tega membunuh suaminya sendiri dengan cara meracuni sang Kaisar dengan jamur beracun. “Bukan kah kita saja bisa melaporkan tindakan Ratu ke pengadilan tinggi?”
Katarina tertarik mendengar usulan tersebut. Namun, ia pandai memanipulasi ekspresi. “Memangnya bisa melaporkan Yang Mulia Ratu? Bukan kah selama ini hanya ada laporan terkait kekerasan yang dilakukan oleh seorang suami?”
“Kita bisa melaporkan Ratu dengan pasal lain. Saya pernah membaca jika melakukan kekerasan terhadap suami termasuk pelanggaran terkait kewajiban seorang istri pada suami.”
“Benar. Saya juga pernah membaca peraturan tersebut. Kita bisa menggunakannya untuk membuat laporan resmi. Siapa yang tahu kedepannya pasal tersebut akan berhasil menghukum Yang Mulia Ratu.”
Katarina tampak berpikir untuk sejenak. Ia memang geram semenjak insiden yang menimpa sang kekasih. Bisa-bisanya Ratu bertindak bar-bar, sehingga berakibat fatal dan mengancam kesehatan organ vital. Padahal penerus Robelia belum lahir ke dunia, sekarang Ratu malah membuat Raja mengalami cidera. Bisa bahaya jika area itu tidak berfungsi dengan baik, mengingat belum ada satupun pewaris yang lahir. Namun, lagi-lagi Ratu sepertinya tak peduli. Low blow sendiri merupakan teknik yang secara implisit dianggap terlarang.
Tindakan Ratu Robelia memang kontroversial, dianggap keterlaluan, namun sebagian lagi ada yang menganggap jika itu adalah bentuk dari perlindungan diri dalam kondisi terdesak. Entah apa yang terjadi malam itu, namun kemungkinan besar sang Raja telah memaksakan kehendak. Ratu adalah wanita dengan pikiran terbuka (open minded) yang tidak akan segan menunjukkan rasa keberatan jika seseorang memaksakan kehendak kepada dirinya. Sampai sekarang insiden tersebut masih menjadi perdebatan di antara banyak kalangan.
Lewat masukkan dari para Senora, Katarina langsung membuat petisi—permohonan resmi—yang diajukan pada pemerintah kerajaan. Dalam petisi tersebut dicantumkan permohonan untuk menjatuhkan hukuman setimpal bagi Ratu Robelia yang dianggap telah melakukan tindakan keji dan tidak bermoral. Petisi itu tidak langsung dikonfirmasi, namun akibat dari masuknya petisi itu, Ratu Robelia diminta untuk tetap berada dalam peraduan selama masa penyelidikan.
“Selir Katarina mengajukan petisi?” gumam Kayena yang pagi itu tengah menikmati indahnya sunrise dari balik jendela, kala Kima datang dengan sebuah informasi.
“Benar, Yang Mulia. Oleh karena itu, Anda diminta untuk hadir di pengadila utama siang ini.”
“Lucu sekali,” respon Kayena, santai. Bukannya merasa takut karena Katarina baru saja mengajukan petisi berisi permohonan untuk menjatuhi dirinya hukuman, Kayena malah merasa terhibur.
Kenapa terhibur? Karena baginya lucu, seorang wanita raja tiba-tiba membuat petisi untuk menghukum ratu. Padahal wanita itu tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi. Kayena tahu jika tindakannya melakukan low blow akan memancing pro dan kontra. Namun, di sisi lain ia punya alasan kuat untuk melakukan tindakan tersebut. kayena juga sudah menyiapkan diri dengan baik, jika menilik pada ‘hukuman’ yang akan ia terima. Kayena malah berharap jika ia akan segera diceraikan, karena sudah jelas-jelas ‘penolakan’ terhadap raja pasti akan membuat ego pria itu pangkas habis.
“Pendamping Matahari Kekaisaran, Queen Consort of Robelia, Her Majesty Kayena de Pexley akan segera memasuki ruangan.”
Kayena memenuhi panggilan pengadilan tanpa banyak drama. Ia tampil cantik menggunakan long dress laced berwarna putih dengan aksen lace pada beberapa permukaan rok. Wajah cantiknya disapu riasan naturan dengan rambut yang sengaja diurai. Penampilannya dipermanis dengan menambahkan scarf motif flora yang dikaitkan di atas rambutnya. Lagi dan lagi, Kayena menanggalkan mahkota kebanggaan yang biasa menghiasi kepalanya.
Ketika berhasil memasuki ruangan pengadilan, Kayena langsung disambut dengan kehadiran Selir Agung beserta antek-anteknya. Ia juga menemukan sang kakak beserta Pangeran Kaezar yang berada di area tunggu. Dua pria rupawan yang selalu berhasil menyedot etensi itu tampak menatapnya dengan risau. Dibalas dengan tatapan hangat oleh Kayena, supaya dua pria itu merasa tenang.
Semenjak Raja dirawat secara intensif, Kayena memang mendapatkan penjagaan ketat. Mungkin mereka takut Kayena kabur setelah membuat suaminya sendiri cidera. Kayena bahkan dilarang keluar kamar tanpa alasan yang jelas. Jadwal kunjungan ke kamranya pun dibatasi, oleh karena itu Cesare dan Kaezar tidak memiliki banyak kesempatan untuk bertemu dengannya. Sistem keamanan Robelia memang akan otomatis bekerja—membatasi pergerakan pelakukan yang telah membahayakan keselamatan pemilik tahta, jika tidak langsung dijebloskan ke penjara.
“Pihak pengadilan telah mendapatkan laporan yang diajukan oleh Yang Mulia Selir, terkait tindakan Yang Mulia Ratu terhadap Yang Mulia Raja.”
Dewan kehormatan tinggi yang bertugas sebagai konsultan hukum buka suara tanpa mengurangi rasa hormat terhadap dua wanita Raja yang saat ini menghadap panggilan pengadilan.
“Menurut isi dari laporan tersebut, Yang Mulia Ratu dianggap bersalah karena telah membahayakan keselamatan Yang Mulia Raja. Apa Yang Mulia Ratu menerima pernyataan tersebut?”
“Membahayakan keselamatan Raja?”
Bukan. Bukan Kayena yang menjawab pertanyaan konsultan hukum tersebut, melainkan Cesare. Kakak laki-laki Kayena itu tampak tidak terima tuduhan semacam itu diarahkan pada adiknya.
“Apa kalian buta? Selama ini Raja yang telah membahayakan keselamatan jiwa dan raga Ratu.”
“Duke Cesare, mohon pengertiannya. Selain pelapor dan terlapor, pihak lain dilarang buka suara pada sidang kali ini.”
Cesare yang duduk di kursi luar dari lingkaran yang memisahkan para dewan kehormatan tinggi serta pelapor dan terlapor tampak mendengus. Ia tidak akan diam saja jika sang adik dipojokkan oleh laporan gundik adik iparnya. Namun, lagi-lagi sang adik memberikan gesture menenangkan lewat senyum tipis. Kaezar yang memilih duduk diam sejak tadi juga di dalam hati memendam kerisauan.
“Saya ulangi pertanyaan yang sama. Apa Yang Mulia Ratu menerima pernyataan tersebut?”
Kayena tersenyum tenang seraya menatap Katarina. Wanita itu secara terang-terangan menunggu jawaban dari Kayena. Entah “penolakan” atau “persetujuan” yang akan Kayena lontarkan, wanita itu terlihat sangat menantikannya.
“Saya secara sadar memang telah melakukan tindakan yang dapat membahayakan Raja. Namun, tindakan tersebut murni sebuah bentuk dari gerakan refleks.” Sebuah jawaban Kayena berikan. Kendati demikian, masih ada “ketidakpuasan” yang tercipta di wajah Katarina.
“Menurut saya, tindakan refleks Yang Mulia Ratu sangat buruk dan merugikan Yang Mulia Raja,” seloroh Katarina dengan berani. “Memangnya apa yang dilakukan Yang Mulia Raja, sampai-sampai Yang Mulia Ratu refleks melakukan tindakan terlarang yang dapat membahayakan keselamatan Yang Mulia Raja.”
Bukannya gentar, Kayena tampak menyunggingkan senyum tipis seraya menganggukan kepala ringan. “Sejatinya, semut pun akan menggigit jika diinjak.”
Mungkin Katarina tidak langsung paham. Akan tetapi, orang-orang pintar sampai cerdas yang berkumpul di rungan tersebut paham maksud dari perkataan Kayena. Ada pesan tersembunyi yang coba sang Ratu sampaikan lewat kiasan tersebut.
“Semut memang akan menggigit jika diinjak, maka tidak heran jika setelahnya semut akan dibunuh,” sahut Katarina, apa adanya.
Respon tersebut tentu saja menarik senyum lagi di bibir Kayena.
“Fakta tetaplah yang utama. Yang Mulia Ratu bersalah karena telah mengancam keselamatan Yang Mulia Raja. Jadi, Yang Mulia Ratu harus mendapatkan hukuman yang setimpal!”
“Dasar pelayan tidak tahu diri!” gumam Cesare ketika Katarina dengan berapi-api mengutarakan tujuan utama dari laporannya. “Dia benar-benar menunjukkan jati dirinya.”
“Ini memang sudah berlebihan,” batin Kaezar. Duduk permasalahan ini belum dibicarakan baik-baik, sedangkan Sellir Agung Katarina telah meminta keputusan final pada pengadilan. Padahal sosok yang dianggap sebagai “korban” saja tak hadir pada persidangan hari ini.
“Yang Mulia Ratu harus dihukum dengan setimpal!” kecam Katarina lagi. Pandangannya diarahkan kepada para dewan kehormatan tinggi.
“Kita masih harus mengkaji ulang duduk dari permasalahan ini, Yang Mulia Selir.” Konsultan hukum istana kembali buka suara. “Bagaimana pun juga Yang Mulia Ratu adalah pendamping Matahari Kekaisaran. Kita tidak bisa begitu saja mengambil keputusan, tanpa sepengetahuan Matahari Kekaisaran, yaitu Yang Mulia Raja.”
“Yang Mulia Raja sedang dalam proses pemulihan,” kata Katarina kemudian. “Tanpa mengurangi rasa hormat, saya menyerahkan semua keputusan pada pengadilan tinggi.” Ia kemudian membungkukkan badan, memberi penghormatan. Padahal sebagai wanita Raja, ia seharusnya tidak menudukkan badan pada sembarang orang.
Di sisi lain, Kayena tampak terhibur melihat usaha keras Selir Katarina yang ingin menjebloskan dirinya ke dalam penjara. Atau lebih kejamnya lagi, wanita itu ingin membuat Kayena tersingkir dari singasana Ratu. Namun, semua itu tidak akan berjalan dengan mudah. Sampai detik ini, Kayena masih yakin jika keinginannya untuk segera berpisah dengan sang Raja tidak akan berjalan dengan mudah.
“Pesan dari Yang Mulia Raja telah tiba!”
Sampai datang seorang pembawa pesan yang membuat pengumumam bahwa sang Raja baru saja berpesan. Kontan, mereka semua menghentikan aktivitas guna bersiap mendengarkan pesan sang Raja. Tidak terkecuali Katarina yang diam-diam tersenyum culas. Ia sangat yakin jika sang Raja pasti akan memerintahkan pengadilan tinggi untuk menghukum Ratu dengan hukuman berat. Terlebih lagi …
“Ratuku, Kayena akan melayani serta mengurus semua kebutuhanku selama masa pemulihan di istana Utama sebagai hukuman.”
“Apa?!” kaget Katarina dengan suara tercekat di tenggorokan. Ia … shock berat mendengar vonis yang diberikan Raja bagi Ratunya.
Begitu pula dengan Kayena yang tampak tertegun hebat di tempat. “Bacakan lagi … pesan dari Yang Mulia Raja!” titahnya kemudian.
Si pembawa pesan pun mengangguk patuh, kemudian kembali membaca pesan sang Raja dari awal. Sampai tiba pada inti dari pesan sang Raja. “Ratuku, Kayena akan melayani serta mengurus semua kebutuhanku selama masa pemulihan di istana Utama sebagai hukuman. Ratu akan tinggal di istana utama sampai kondisi kesehatan ku dinyatankan sembuh secara total. Tidak ada yang bisa menganggu gugat keputusan ini, karena keputusan ini bersifat mutlak.”
💰👑👠
Note : Nulisnya berhari-hari 🤧 readers bacanya paling 2 menit 🥲
Typo masih bertebaran 🙏🏻
Semoga suka 😘 Maaf belum bisa daily update apalagi crazy up 🥲. Jangan lupa like, vote, tabur bunga tau secangkir kopi, rate bintang 5 🌟 komentar, dan follow Author Kaka Shan + IG Karisma022 🤗
Sukabumi 29-04-23
jgn bilang kslsu itu Kael