Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Hima sudah bersiap dengan seragam andalannya. Dia pikir Ganin sudah standby di depan karena semalam dia sudah berjanji akan makan kue itu bersama. Akan tetapi saat ia keluar dari kamarnya, pintu kamar Ganin tertutup rapat. Pun saat ia mandi tadi, kamar lelaki itu masih belum di buka.
Hima menunggu beberapa saat, barang kali tetangga juga rekan kerja yang mungkin di dalam pikiran Hima seumuran dengan adik lelakinya. Ya... mungkin cuma beda setahun dari Andra.
Tapi setelah menunggu, ternyata Ganin tak muncul juga. Mau mengetuk pintu kamar Ganin pun, Hima segan.
Akhirnya Hima berjalan pelan menuju ke pintu gerbang. Ternyata motor milik Ganin tidak ada di tempat biasanya.
Oh...Ganin pergi!
Hima memasukkan kembali kue tart yang semalam Ganin beri. Ia menyimpannya di dalam wadah makanan miliknya.
Gadis itu berjalan sambil menekan aplikasi ojek online. Angkot langganannya sudah lewat karena Hima tadi sempat menunggu di depan kamar Ganin.
Tapi ternyata jam sibuk membuat Hima agak kesulitan mendapatkan ojek online dari dua aplikasi hijau berlambang O & G.
Hima berdiri di pinggir jalan, tapi tiba-tiba seorang pengendara motor berhenti di depan Hima. Hima memundurkan tubuhnya agar tak terserempet pengendara motor tersebut.
Pengendara motor itu membuka helm full face nya. Hima cukup mengenali pemilik wajah di balik helm tersebut.
"Yuk!", ajak pengendara motor itu yang tak lain Ganin.
"Ganindra?", tanya Hima. Tanpa peduli keterkejutan Hima, Ganin turun dan memasang helm di kepala Hima.
"Ayok, keburu telat!", kata Ganin yang langsung duduk di jok motornya. Hima pun akhirnya menaiki motor besar itu sedikit kesulitan. Ganin pun membantu Hima untuk berpegangan di bahu Ganin lebih dulu.
"Lo ngerampok motor siapa sih pagi-pagi gini? Mana ngajak-ngajak gue ,susah lagi naiknya!", protes Hima.
"Ish...bawel deh kaya emak-emak. Di mana-mana cewek tuh seneng naik motor beginian. Berasa keren tahu!", celetuk Ganindra.
"Ya...itu cewek-ceweknya Lo kali, gue ngga!", sahut Hima ngga mau kalah.
Setelah Hima nyaman duduk, Ganin langsung tancap gas karena jam mereka masuk kerja sudah mepet.
"Pelan-pelan Ganindra!!", pekik Hima memukul pundak Ganin karena lelaki itu mengajaknya ngebut seperti terbang.
Ganin tertawa lepas di balik helm yang kacanya terbuka. Hima yang tadi takut pun mau tak mau memeluk pinggang Ganin dengan erat. Tapi di traffic light, mereka kebagian lampu merah.
Keduanya mengobrol sambil sesekali tertawa lepas karena di mata Ganin, Hima sangat menggemaskan.
Ternyata keakraban di antara mereka berdua menarik perhatian salah seorang pengemudi mobil yang berada di samping motor Ganin.
Seseorang itu membuka kaca mobilnya dan akan memanggil Ganin. Sayangnya lampu sudah keburu hijau, alhasil ia tak jadi memanggil Ganin.
Motor yang Ganin kendarai melesat cepat seperti halnya pengendara lain.
Siapa gadis yang bersama Ganindra? Mereka seakrab itu? Apa Ganin sudah benar-benar move on? Monolog orang itu.
🌾🌾🌾🌾
Ganin dan Hima tiba di tempat kerja mereka dan buru-buru memasang kartu absen mereka. Beruntung mereka tak sampai telat. Andai telat satu menit, sudah di pastikan Bayu akan mengoceh. Bukan karena telatnya Hima, akan tetapi telat bersama Ganin pasti akan jadi masalah besar untuk Hima yang akan mendengarkan ceramah Bayu.
Yang katanya cemburu! Ngga ingat kalau sudah punya istri di rumah!
Keduanya langsung masuk ke gudang di mana anak-anak sudah standby di depan. Hima membuka rolling door yang mengarah ke mejanya. Sisanya, anak lori yang membukanya. Karena di seberang jalan sudah ada mobil pabrik yang mengirim barang.
Hima menyiapkan surat jalan untuk para supir seperti biasanya. Ia tinggal mengeprint data yang di kirim oleh atasannya.
Semua bekerja sesuai tugas yang diberikan. Ari dan Ganin bertugas mengambil barang bersama-sama.
''Nin, Lo tahu ngga kalo supir kemarin kena razia polisi dan ketangkap bawa sabu!", kata Ari.
"Masa sih, Bang!?", Ganin pura-pura terkejut.
"Heum, yang lebih parah ada anak Pa yang juga teman se-tim nya."
"Pa? Apaan ya?", pura-pura tak tahu lagi si Ganin.
"Pramuniaga, anak depan !", jawab Ari. Ganin mengangguk.
Ya, Ganin tentu saja tahu. Semalam setelah memberi kue untuk Hima ia kembali ke kantor dan mendapati laporan bahwa supir itu mengakui dan menyebutkan nama rekannya tersebut. Dia tak mau mati konyol sendirian.
"Dia pengedar sabu juga bang?", tanya Ganin bisik-bisik.
"Ya mungkin! Tapi kayaknya ada bos di atas mereka deh. Tapi...ngga tahu juga sih, siapa!", Ari mengedikan bahunya.
Ganin pun masih berusaha mencari tahu. Sayangnya anak Pa tak mau mengakui siapa sosok perempuan yang di gagahi bersama supir itu.
Anak Pa di ringkus di kost nya disaat dirinya sedang kedapatan menggunakan benda haram tersebut dengan beberapa temannya. Tapi bukan berasal dari supermarket Xxx.
"Udah lah, bukan urusan kita Nin. Kerja yang lempeng-lempeng aja. Biar sedikit yang penting halal dan berkah!", kata Ari. Ganin mengangguk setuju. Tapi dia tak sepenuhnya sependapat dengan Ari. Karena memang tugas Ganindra memang sedang mencari tahu.
"Iya bang!", sahut Ganin.
Anak lori bilang, bang Ari senior yang susah di deketin. Tapi kenapa dengan ku, dia kaya welcome gitu ya?
"Udah penuh lorinya, bawa ke depan!", pinta Ari. Ganin pun mengangkat lori berisi keramik itu dan di bawah ke truk yang memuat barang yang ada di catatannya.
Setelah semua mobil berangkat, anak-anak sudah mulia beristirahat. Ganin ingat tentang kue tart yang dia berikan pada Hima.
"Hima, kue yang semalam mana? Masih ngga? Bagi dong?", kata Ganin. Anak-anak lori melongo mendengar Ganin yang seperti meminta sesuatu pada kakak atau ibunya.
"Ini, gue bawa! Lo aja yang kabur duluan!", Hima membuka kotak makanan tersebut. Meski kecil, Hima memang sudah memotong kue itu agar rata di makan bersama anak-anak yang lain.
"Wah... kita kebagian ngga nih?", anak lori maju mengintip kotak makanan Hima.
"Dapet sih, tapi dikit-dikit ngga apa-apa ya? Soal nya yang beliin juga milihnya kue nya kecil!", kata Hima tanpa beban dan melirik Ganin yang sedang mengunyah makanannya.
Anak-anak lori tak ada yang keberatan, mereka tampak menikmati meski hanya sekali suap sudah habis.
"Keren nih, pagi-pagi sudah pesta!", Helga masuk ke dalam gudang.
"Iya dong mba Helga! Namanya habis jadian wajar kalo makan-makan! Ya ngga Hima, Ganin!", celetuk salah satu anak lori.
Hima ternganga tak percaya tapi Ganin tampak santai menanggapi ucapan temannya.
"Lo berdua pacaran?", tanya Helga. Hima menggeleng cepat, tapi Ganin tak menjawab. Ganin sedang mengingat-ingat postur tubuh dan suara Helga yang ia pikir mirip dengan perempuan yang main di belakang bersama supir dan anak Pa.
Helga kesal karena Ganin tak menjawab pertanyaannya, justru lelaki tampan itu seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Ngga usah ngada-ngada deh! Mba Helga ngga usah dengerin mereka! Maaf ,mba Helga ada keperluan apa ya sampai ke sini?", tanya Ganin mencoba mengalihkan pembahasan mereka.
"Nomor kamu ngga aktif, tadi Bayu hubungi nomor kamu."
Hima baru ingat jika ia lupa mengisi daya ponselnya. Ia justru mengisi ponsel jadulnya.
"Eh...maaf lupa mba, tapi kan bisa pakai telpon!", jawab Hima.
"Ngeles aja Lo! Kebanyakkan pacaran sih, Lo!", kata Helga kesal. Lalu ia pun meninggalkan gudang tanpa mengatakan apapun.
"Lha??? Aneh tuh orang! Tujuan utamanya apa ke sini? Bilang ke gue nomor gue ngga aktif atas perintah Bayu gitu???", monolog Hima.
Anak-anak kembali meledek dan suara-suara tawa bahagia terdengar di gudang. Ganin dan Hima yang jadi bahan ledekan mereka.
Tapi Ganin yang sibuk dengan laporan di ponselnya pun hanya sesekali ikut tersenyum menanggapi mereka.
Hima memilih untuk duduk di depan komputernya lalu mengerjakan pekerjaan utama nya yaitu stok gudang yang ada di hadapannya.
"Nin!", panggil salah satu rekannya.
"Iya, bang?!"
"Di luluhin pake apa tuh nona es batu? Bisa cair gitu sama, Lo! Padahal baru kenal kemarin-kemarin!", tanya yang lain.
"Bang, kita emang ngga ada apa-apa kok. Ya ... untuk sekarang sih?", kata Ganin.
"Jadi ada kemungkinan buat jadian dong? Wiiihhh...emak kita dapat brondong glowing hahaha!"
Tawa mereka menggema membuat Hima yang sedang konsentrasi terganggu.
"Bisa diem ngga?!", teriak Hima. Sontak anak-anak terdiam. Hima kalau sedang mode serius seperti itu, anak-anak akan memilih diam dari pada di omeli oleh emak mereka. Kenapa emak? Karena Hima satu-satunya perempuan di gudang tersebut.
Ponsel Ganin berdenting, ada pesan balasan dari rekannya di kantor. Lalu Ganin tersenyum saat membaca balasan chat tersebut.
Coba kita lihat hari ini, apa dia masih bisa mengelak!! Dan semoga untuk terakhir kalinya, dia tak seenak jidatnya menyuruh-nyuruh orang lain lagi!
Obrolan Ganin dan anak lori pun berlanjut. Ganin masih menikmati perannya menjadi remaja sembilan belas tahun padahal justru ia jauh lebih tua sepuluh tahun dari umur yang mereka perkirakan untuknya.
🌾🌾🌾🌾🌾
Terimakasih 🙏🙏🙏
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖