Malam Ulang Tahun Pearly Hazel Willfred yang ke lima belas, menjadi malam yang tak akan terlupakan baginya. Seorang gadis lain datang dan mengaku sebagai putri kandung Keluarga Willfred.
Pearl pun kembali pada keluarga aslinya tapi kembali melarikan diri, hingga ia bertemu kembali dengan sosok pria yang selalu ia dekati di sekolah.
Alexander Marshall, menjadi sosok penolong bagi Pearl dan juga seorang ketua geng motor. Dengan bantuan Alex, Pearl kembali ke sekolah, tanpa mengetahui sosok sebenarnya dari seorang Alex.
* note : ini adalah novel misi dari NT. Alur cerita tiap bab berasal dari pihak NT, author hanya membantu mengembangkan melalui narasi dan percakapan, juga disesuaikan dengan latar belakang yang diambil oleh author. Terima kasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KAKAK IPAR
Keesokan harinya, Pearl terbangun karena masuknya sinar matahari ke sela sela jendela di dalam kamar tersebut. Semalam ia tidur sangat nyenyak sekali hingga tak terasa hari telah berubah pagi. Sejak kejadian yang ia alami, tak pernah sekalipun ia bisa tidur dengan nyenyak. Ia selalu terbangun setiap beberapa jam sekali dan bahkan setelahnya tak bisa tidur lagi.
Ingin rasanya Pearl berlama lama di atas tempat tidur untuk menikmati rasa itu, namun ia tahu bahwa ia harus sadar diri. Ia ingat dengan jelas bahwa saat ini ia sedang berada di tempat Alex. Pearl sebenarnya tak tahu tempat apa itu karena banyak sekali motor serta mobil yang berada di sana. Dari luar bangunan tersebut hanya seperti ruko dua lantai, tapi ketika sudah masuk, bangunan itu mungkin bisa sekitar tiga sampai empat kali lipat luasnya.
Selesai membersihkan diri, Pearl kembali mencari pakaian yang bisa ia kenakan, di dalam lemari. Pearl menghirup harum semua pakaian di dalam lemari itu bahkan menyentuhnya perlahan. Dengan seperti itu saja, ia merasa dirinya berada begitu dekat dengan Alex.
Mata Pearl menangkap sebuah paperbag yang berada di meja di dekat pintu masuk. Ia mendekat dan membukanya.
- Pakailah ini untuk hari ini. Aku akan mencarikanmu pakaian lain yang bisa kamu kenakan. Kamu akan terlihat cantik saat memakainya, Pearl. -
Jantung Pearl langsung berdegup dengan kencang saat mengeluarkan sebuah dress terusan yang terlihat begitu cantik. Dress tersebut berwarna peach dengan akses bunga bunga di bagian bawah.
"Cantik sekali," Pearl mengangkat dress tersebut lalu memutarnya perlahan. Ia tersenyum melihat dress tersebut.
Setelah itu, ia kembali membuka paperbag untuk kembali melihat isi di dalamnya. Wajah Pearl seketika memerah ketika ia menemukan satu set pakaian dallam di dalam paperbag tersebut.
"Bagaimana ia bisa tahu ukuran pakaian dallamku?" gumam Pearl yang merasa malu setengah mati. Ingin sekali rasanya ia langsung pergi dari tempat itu dan tak bertemu lagi dengan Alex.
Selesai berpakaian, Pearl menatap dirinya di cermin. Ia seperti melihat dirinya yang dulu. Pearl memang sangat suka menggunakan dress dibandingkan menggunakan celana. Ia menghela nafasnya pelan, kemudian keluar dari kamar tersebut.
Ia bisa mendengar suara Alex sedang berbicara. Pearl pun melangkah mendekat dan ternyata itu adalah sebuah ruang makan. Tampak meja makan itu diisi oleh Alex dan beberapa pria lain yang berpakaian sama dengan Pain, pria yang kemarin juga bersama dengan Alex.
"Pearl, kamu sudah bangun. Ayo duduklah di sini," ucap Alex menepuk kursi di sampingnya.
Dengan langkah pelan, Pearl berjalan menuju kursi yang berada di sebelah Alex. Ia duduk di kursi sebelah Alex dengan wajah yang masih menunduk. Ia masih merasa malu dan minder dengan keadaannya saat ini.
"Pearl, kenalkan ini Pain. Kamu pasti sudah bertemu dengannya kemarin. Lalu yang ini Aarav, ini Mars, dan yang terakhir adalah Ervin," ucap Alex memperkenalkan semua pria yang ada di meja makan itu, membuat Pearl mengangkat kepalanya.
"Perkenalkan, namaku Pearl," ucap Pearl singkat.
Keempat pria yang duduk di sana, menatap Pearl dengan intens. Gadis yang ada di hadapan mereka terlihat begitu cantik dan rasanya mereka tidak akan bosan bosan menatapnya. Semalam mereka tak bisa dengan jelas memperhatikan Pearl.
Mata keempat pria itu seakan tak ingin beralih dari Pearl, kecuali Pain yang hanya sesekali saja melihat. Ia sudah terpesona dengan kecantikan Pearl sejak semalam, tapi pagi ini Pearl terlihat lebih cantik tanpa make-up di wajahnya. Wajah imutnya yang memang terlihat masih seperti anak anak membuat tatapan siapa pun tak mudah berpaling.
Alex yang menyadari bahwa empat orang pria, selain dirinya, terus saja memperhatikan Pearl, merasa sedikit panas hati. Ia tak suka jika Pearl dilihat seperti itu.
"Ehmm ... ehmmm, uhukk ... uhukkk," Devian berdehem kemudian pura pura batuk.
Pain, Aarav, Mars, dan Ervin langsung menoleh ke arah teman mereka yang ternyata tengah menatap mereka dengan tajam. Namun, tak ada rasa takut di dalam wajah keempat pria itu. Mereka malah tersenyum kecil.
"Mereka berdua pasti ada hubungan khusus," ucap Aarav pada Ervin dengan tatapan matanya.
"Aku juga yakin begitu. Mereka pasti suka sama suka," ucap Mars masih dengan tatapan mata.
"Kalian baru lihat sekarang, aku sudah sejak semalam. Apa kalian tidak tahu bagaimana mereka saling berdekatan," ucap Pain pada ketiga rekannya dengan tatapan mata dan sedikit gerakan di wajahnya. Mereka akhirnya bersama sama memperhatikan Alex dan Pearl.
"Al, sudah berapa lama?" tanya Aarav. Mereka memang memanggil Alex langsung dengan namanya, meskipun sebenarnya mereka berempat dikirim secara khusus oleh Ayah Alex untuk menjaga putranya itu, yang tentu saja tanpa diketahui oleh Alex.
"Iya, Al. Mengapa baru dibawa ke sini sekarang?" tanya Mars tak mau kalah.
"Pearl, apa yang kamu sukai dari Alex?" tanya Ervin.
Meski bertanya, tapi tatapan Aarav, Mars, dan Ervin tetap tertuju pada Pearl, sementara Pain hanya diam tertawa kecil karena melihat perubahan raut wajah pada Alex.
"Apa yang kalian lihat?! Cepat habiskan sarapan kalian atau aku yang akan menghabiskannya," ujar Alex.
Namun bukan Aarav jika tak nyeleneh, "makan punyaku, Al. Rasanya aku sudah kenyang dengan memperhatikan wajah Pearl."
"Pearl, mutiaraku," ucap Mars.
Sontak wajah Pearl memerah bagai kepiting rebus, sementara Alex justru mengepalkan tangannya. Pearl makan dengan cepat agar sarapan di hadapannya cepat habis. Ia tak ingin terkena omelan dari Alex.
"Aku sudah selesai, aku akan membawa piring ini ke belakang," ucap Pearl yang segera bangkit dan ingin meraih piring bekas makannya.
"Tak perlu, tinggalkan saja di sana," ucap Alex.
"Baiklah," Pearl akhirnya melangkah dengan cepat dan ingin segera masuk ke dalam kamar.
"Pelan pelan, kakak ipar. Kami sungguh senang kini memiliki kakak ipar yang sangat cantik," celetuk Ervin.
Panggilan kakak ipar sontak saja membuat Pearl semakin malu. Langkahnya yang cepat membuatnya tiba tiba saja salah berpijak di salah satu anak tangga, membuat kakinya terselip dan akhirnya terpeleset.
Alex yang melihat hal itu langsung berlari dan meraih pinggang Pearl. Tatapan keduanya pun bertemu, membuat mereka terdiam sesaat seakan waktu sedang berhenti.
"Suittt ... suitt ... pemandangan yang sangat romantis sekali," ujar Mars.
Ketiga pria yang lain pun tertawa bersama saat melihat kejadian itu, yang pada akhirnya membuat keduanya tersadar.
"Aku akan ke kamar," ucap Pearl yang langsung pergi ke kamar tidur karena ingin bersembunyi. Ia berdiri bersandar pada pintu sambil memegang pipinya yang Pearl yakini telah sama warnanya dengan kepiting rebus. Ia juga memegang jantungnya yang kini berdetak dengan sangat kencang karena kedekatannya dengan Alex tadi.
Sementara itu di luar terdengar riuh tawa yang membuat Pearl semakin malu, tapi juga tak memungkiri bahwa ia merasa bahagia.
Alex yang masih berdiri di salah satu anak tangga, melihat ke arah pintu kamar yang telah ditutup oleh Pearl. Ia pun menyunggingkan senyumnya, tapi sesaat kemudian ia menoleh ke arah keempat pria yang ada di meja makan dan mencebik.
🧡 🧡 🧡