Nadira Ghautiah hanyalah seorang gadis berhijab yang kesehariannya bekerja sebagai akuntan. Ia tak menyangka hidupnya akan berubah 180 derajat saat bertemu seorang pria yang dikejar-kejar pembunuh.
Situasi itu membawanya pada posisi rumit nan mencekam. Kejadian demi kejadian yang berbahaya terus mengikutinya. Demi keselamatan hidupnya, ia terjebak dalam pernikahan paksa dengan Arsenio Harrington, Sang Pewaris tunggal kerajaan bisnis Harrington.
Mampukah Nadira menerima kenyataan pernikahan yang jauh dari bayangannya dan menerima fakta bahwa suaminya adalah seorang pewaris yang dingin dengan masa lalu kelam.
Bagaimana kisah selanjutnya? Nantikan hanya di novel Cinta Sejati Sang Pewaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CSSP Ep. 12
Setelah mendapatkan penanganan medis, Nadira diperbolehkan pulang. Arsen yang mengantarnya pulang tampak kerepotan karena harus memapah gadis itu berjalan pelan-pelan. Suster sudah mengusulkannya menggunakan kursi roda, namun ditolaknya dengan alasan tak mau seperti orang lumpuh.
Dengan sabar Arsen menuntunnya hingga ke depan pintu apartemen gadis itu. Bagaimana pun Arsen merasa berkewajiban untuk mengurus segalanya. Karena apa yang terjadi pada Nadira juga sebab menyelamatkannya. Jika gadis itu tidak menabraknya tadi, mungkin yang tertatih berjalan sekarang adalah dirinya atau bahkan bisa lebih parah.
Luka Nadira cukup parah, beberapa luka gores di kaki sebelah kiri, 5 jahitan di kaki kanan dan pergelangan kakinya terkilir. Arsen juga mengalami luka tapi tak seperti Nadira. Hanya luka yang Arsen yakini akan jadi memar saja.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Arsen setelah berhasil membantu Nadira duduk.
"Yah, cukup menyakitkan. But it's okay, selalu ada harga untuk setiap pekerjaan. Tidak apa-apa, nanti juga pasti membaik."
"Ingat kata dokter, lukamu tidak boleh terkena air, dan paling lama sembuh dalam 5 hari. Sebaiknya kamu tidak usah masuk kantor lebih dulu," ujar Arsen seraya membuka bungkus obat yang sebelumnya diresepkan dokter.
Nadira terdiam. Ia tak salah dengar, kan? Seorang Arsen sedang mengkhawatirkannya?
"Jangan salah paham! Saya hanya tak ingin karyawan saya tidak becus saat bekerja dan mengurangi performa perusahaan."
Arsen memberikan obat-obatan itu kepada Nadira beserta segelas air. Nadira menerima nya dan langsung meminum obatnya dalam sekali telan.
"Terima kasih," ucapnya entah untuk yang ke berapa kali. Arsen menatapnya lekat-lekat. Mencoba mencari kebenaran di kedalaman netra Nadira. Masih ada satu hal yang tidak dimengertinya dari gadis itu.
"Kenapa kamu melakukannya?" tanya Arsen.
Nadira balik menatapnya. "Melakukan apa, Pak? Saya diam aja loh dari tadi, cuma bilang makasih doang, memangnya gak boleh, ya?"
"Kenapa kamu menyelamatkan saya?" tanya Arsen lagi.
"Kenapa kamu menyelamatkan saya? Saya tidak selemah itu untuk dilindungi oleh seorang wanita, Nadira Ghauthiah!" ulangnya dengan nada meninggi di akhir kalimat. Tanda bahwa harga dirinya terluka.
Entah apa yang membuatnya sebegitu marahnya. Mungkin sikap Nadira yang menjadikan Arsen demikian. Sifat lelakinya mengatakan untuk tidak menerima bantuan apapun dari wanita. Seharusnya ia yang melindungi wanita, bukan dirinya!
Nadira termenung. Ia juga tak tahu mengapa ia menyelematkan Presdir angkuhnya itu. Yang ia pahami, bukankah sudah jadi kewajiban tiap manusia untuk saling menolong? Apakah salah jika Nadira mendorong lelaki dihadapannya itu sampai dirinya sendiri terluka?
"Apakah menolong seseorang memerlukan alasan terlebih dulu, Pak?" Nadira balik bertanya, menegaskan kepada Arsen bahwa Nadira hanya membantunya, tak ada niat lebih.
Kini, Arsen yang terdiam. "Tidak," jawabnya agak ragu.
"Tapi, alangkah baiknya sebelum menolong orang lain. Pastikan dirimu aman, barulah menyelamatkan seseorang. Kamu bukan pahlawan," lanjutnya lagi.
Nadira membisu, ia melupakan satu hal itu. Tapi ia bisa apa? Dia juga panik saat melihat tumpukan besi itu hendak jatuh.
Yang bilang Gue pahlawan siapa sih? Ya ampun, masih bagus Lo gak kenapa-napa, Pak! batin Nadira.
Lalu Arsen tampak melirik arlojinya. Pukul 2 siang, ia harus kembali ke tempat proyek untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Bagi seorang Arsen, hal semacam ini bukanlah sebuah kecelakaan belaka. Pasti ada sesuatu yang melatarbelakanginya!
Ia sadar bahwa dirinya selalu berada dalam bahaya. Setelah ia mengundurkan diri dari organisasi itu, ada saja orang yang membuntutinya. Bahkan tak jarang menyerang dan hendak membunuhnya! Sama seperti saat ia tak sengaja bertemu Nadira beberapa waktu lalu.
"Saya akan kirim seorang maid untuk membantumu di sini," ujar Arsen.
"Ti-" Nadira hendak menolak namun cepat dipotong Arsen.
"Saya tidak menerima penolakan apapun. Terima atau kau keluar saja dari perusahaan saya," ancam Arsen yang membuat Nadira langsung bungkam.
"Proyek akan diundur sampai kau sembuh. Kau punya waktu 1 pekan."
Setelah mengatakan hal tersebut, Arsen melenggang dari sana. Meninggalkan Nadira yang memerah menahan kesal.
"Harusnya tadi Gue biarin dia ketimpa besi! Cih! sombongnya... " gerutu Nadira setelah Arsen menghilang dari balik pintu.
"Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, Pak Arsen tuh lumayan baik, ya. Dia sampai ikut ke dalam ruang pemeriksaan tadi."
"Tapi tetap aja, dia itu angkuh! Sombong! Apa-apaan, minimal bilang terima kasih atau apa gitu."
Ah, entahlah, Nadira tak bisa menentukan sikap. Sulit menilai seseorang hanya dalam beberapa kali bertemu. Yang telah mengenal lama saja bisa salah memahami, ya kan?
Yang Nadira tahu, manusia punya dua sisi, yaitu sisi baik dan buruk. Tak semua yang tampak baik selalu baik kelihatannya, sesekali orang juga berbuat salah. Sedangkan yang buruk pun tak selamanya jadi buruk. Terlalu rumit untuk memahami isi hati manusia.
salam kenal untuk author nya