Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
lrc"Jangan bilang kalau dia simpanan Abah? Pokoknya aku gak mau punya Ambu tiri" tuduh Sang anak
"Astagfirullah, Ais. Kalau ngomong di saring dulu dong, mana mungkin Abah punya simpanan" sahut Abah dengan cepat
"Terus dia siapa, Abah? Udah pulang malam, malah bawa perempuan lagi" tanya Ambu dengan wajah kesal
"Saya Lita, Bu. Saya tadi bertemu penjahat dan di tolong oleh warga" jelas Lita dengan cepat
"Bertemu penjahat dimana? Mana mungkin di kampung ini ada penjahat?" timpal Aisyah tak percaya
Abah menjelaskan bahwa memang bukan di kampung ini bertemu penjahatnya tapi Lita kaburnya kesini, beruntungnya bertemu dengan rombongan mereka kalau tidak.
Mungkin Lita sudah tertangkap penjahat tadi, Ambu dan Aisyah menatap Lita dengan tatapan tidak percaya. Abah pun meminta Aisyah untuk mengambilkan minum dulu, buat Lita.
Aisyah mengangguk dan berjalan menuju dapur, tak berselang lama dirinya kembali dengan segelas air putih hangat dan mempersilahkan Lita minum meski dengan suara datar.
"Terima kasih" ucap Lita mengangguk dan segera meminum air hingga tinggal setengah
"Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu? Kenapa bisa bertemu penjahat? Dan kenapa juga malam-malam berkeliaran di luar sendirian?" tanya Aisyah tak sabaran
Lita menarik napas panjang kemudian menceritakan musibah yang telah di alaminya, bahkan Lita juga menjelaskan apa alasannya datang ke kota ini.
"Astagfirullah!! Malang sekali nasib kami, Neng. Ya sudah, Ambu siapkan kamar dulu buat kamu" kata Ambu iba lalu bergegas menuju kamar tamu
"Kamu bawa pakaian ganti?" tanya Aisyah
"Bawa tapi tas saya tinggal saat kabur dari penjahat tadi" jawab Lita
"Saya carikan pakaian saya dulu, kayaknya ada yang masih baru" ujar Aisyah beranjak dari tempat duduknya, Abah pun ikut pamit dan beranjak.
Kini hanya tinggal Lita sendiri di ruang tamu, Lita menatap sekeliling ruangan tersebut yang terlihat sangat rapi. Tak ada lukisan atau pun foto yang terpajang di dinding, hanya ada jam dan ayat Al-qur'an yang di pajang disana.
Keesokan paginya Lita berniat pergi ke kampung halaman Desi, Ambu yang tahu Lita akan pergi bertanya pada Lita. Apa akan pergi sendiri, sementara kampung halaman Desi lumayan jauh.
"Iya Bu, doakan ya semoga anak-anakku ada disana" sahut Lita
"Jangan panggil Bu dong, nama saya Aminah tapi biasa di panggil Ambu sama para warga jadi kamu panggil Ambu juga ya"
"Iya Bu, ehh Ambu"
"Teteh temani ya, takutnya di jalan kamu ketemu penjahat semalam lagi" ujar Aisyah menawarkan diri
Namun Lita menggeleng dan menolak secara halus, dirinya merasa baik-baik saja lagi pula ini siang. Kalau ada penjahat, banyak yang lihat dan pasti akan menolongnya.
Abah yang mendengar alasan Lita langsung menasehati meski pun siang, Lita harus tetap waspada namanya musibah gak tau dan dimana akan terjadi karena hari sial tak ada di kalender.
"Bener itu, Lit. Lebih baik Teteh temani saja, kebetulan Teteh hari ini gak ada acara penting" imbuh Aisyah
"Nanti Abah minta Kang Asep untuk mengantar kalian, Abah tak akan tenang jika kalian pergi hanya berdua saja"
Ambu pun setuju dengan saran Abah, Lita terdiam dan dirinya merasa tak enak terus-terusan merepotkan keluarga Abah Hasan tapi dirinya juga sungkan untuk menolak niat baik mereka.
"Kamu tunggu sebentar ya, Lit. Teteh siap-siap dulu" ujar Aisyah segera bergegas ke kamarnya
Ambu langsung berteriak memerintah sang anak berdandan cantik, kalau saja bertemu jodoh di jalan. Tapi Abah Hasan menegur Ambu, masa sang anak di suruh mencari jodoh di jalan.
Nanti kalau dapat dan tak sesuai kriteria bagaimana, Ambu terkekeh namanya juga usaha apalagi Ambu sudah sangat pengen menimang cucu tapi kedua anaknya belum ada yanh mau menikah.
Selang berapa menit Aisyah kembali dengan penampilan yang jauh lebih rapi, gamis panjang berwarna maroon dengan jilbab senada yang di hiasi motif bunga pada bagian pinggirnya.
"Ayo, Lit" ajak Aisyah
Lita mengangguk dan ikut bersalaman dengan Ambu sementara dengan Abah hanya menangkupkan kedua tangan di depan dada sana, Aisyah pun pamit pada kedua orang tuanya.
Sekalian meminta doa pada kedua orang tuanya, semoga Lita bisa menemukan anak-anaknya. Tentu saja doa Abah dan Ambu menyertai Aisyah dan Lita, bahkan memperingatkan untuk hati-hati di jalan serta hubungi mereka jika ada apa-apa.
"Meskipun kamu sudah bertemu anak-anakmu, kamu nanti pulang kesini ya. Dari pada kalian hidup di luaran, akan lebih aman jika sementara waktu tinggal bersama kami" ujar Ambu dengan tulus
"Iya, Ambu. Terima kasih"
Setelah mengucap salam Aisyah menggandeng lengan Lita menuju mobil, Ambu menghela napas panjang melihat mobil yang berjalan kian menjauh dari halaman rumahnya.
"Kasihan Lita ya, Abah. Menjadi janda di usianya yang masih sangat muda, sementara Teteh sama Ujang belum juga menikah padahal usia mereka sudah sangat matang' ujar Ambu
"Itulah hidup, Ambu. Kadang apa yang kita inginkan tak sesuai dengan kenyataan, tapi percayalah apapun itu pasti yang terbaik untuk hambanya. Mungkin alasan Aisyah dan Abian belum menikah, agar usia dan mentalnya lebih matang lagi" sahut Abah berpikir positif
.
.
.
"Jangan curi-curi pandang begitu, Kang. Dosa" tegur Aisyah yang membuat Asep langsung gelagapan dengan muka merona
Lita yang sejak tadi menatap keluar jendela langsung menoleh, terdengar sahutan Kang Asep tak mengaku namun Aisyah langsung mencebikkan bibirnya.
"Lita cantik ya, Kang?" tanya Aisyah tiba-tiba
Membuat Lita semakin tak paham, Kang Asep hanya mengangguk saja dengan keringat yang membasahi kedua pelipisnya. Lita memang cantik, meski tanpa polesan sedikit pun.
"Ohh ya, Teh. Kita mau kemana?" tanya Kang Asep mengalihkan topik pembicaraan
"Ke desa Mekar Jadi" sahut Lita dengan cepat
Kang Asep mengerutkan keningnya karena tak paham dengan desa yang di maksud, Aisyah yang paham kalau Kang Asep kurang tahu segera menjelaskan jika Kang Asep fokus menyetir saja.
Nanti Lita sendiri yang akan mengasih tahu arah jalan, Kang Asep pun mengangguk. Selama perjalanan tak ada lagi obrolan di antara mereka, Lita benar-benar tak mood untuk berbicara.
Hati dan pikiran Lita terus di penuhi dengan Leon dan Daniel, setelah hampir dua jam perjalanan akhirnya mereka sampai di depan rumah orang tua Desi. Rumah kecil dan sederhana, bahkan dindingnya masih mengunakan kayu.
"Assalamualaikum" ucap Lita dari teras, kepalanya sedikit melongok untuk melihat dalam rumah
"Walaikumsalam" sahut Seorang wanita keluar dari dalam, dia adalah Dina kakak pertama Desi usianya sudah mendekati 40 tahun.
Lanjut thor
Thor lanjut