Ditinggal Sang kekasih begitu saja, membuat Fajar Rahardian Lee Wijaya pergi ke sebuah kota kecil untuk menenangkan diri dari rasa kecewa,terluka dan tentunya malu pada keluarga besar yang sudah melakukan segala persiapan pernikahannya.
Tapi tak di sangka, disana ia malah bertemu dengan seorang wanita yang membuat ia lupa niatnya untuk datang. Alih alih ingin tenang, Fajar justru kembali pulang membawa seorang Janda perawan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part #12
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Cek lek
Embun RaLiana Rahardian Wijaya Lee, langsung masuk kedalam kamar putra keduanya saat ia di bertitahu jika Fajar sudah pulang. Tanpa mengetuk pintu dan beruntungnya anak itu juga lupa menguncinya, jadilah Bubun bisa langsung masuk begitu saja. Langkahnya nampak sangat ttergesa-gesa saat menuju ranjang tempat dimana Fajar masih tidur terlelap.
"Aa--, A' kamu udah pulang?"
Tak perduli Fajar masih bermimpi, yang ada di pikiran wanita paling beruntung itu adalah hanya ingin memeluk Si tengah yang sudah satu minggu tak pulang dan tak memberi kabar langsung sedang kan ia hanya di minta untuk sabar oleh Phiunya sendiri yang sebenarnya tahu semua tentang cucunya.
"Aa, bangun dulu, Nak," panggil Bubun masih berusaha menggoyang bahu Fajar yang sedang benar-benar menikmati mimpinya. Kembali tidur diatas kasur empuknya yang satu minggu ia tinggali tentu rasanya seolah sedang berada lagi di Surganya.
"Hem, iya, nanti siang ya, aku mandi dulu habis itu jemput kamu," jawabnya dengan sedikit bergumam tapi Bubun masih paham dan bisa mendengar itu semua dengan sangat jelas.
Dahi Nyonya besar Lee tentu langsung mengernyit namun ia menoleh saat Sang suami datang.
"Belum bangun?" tanya Ayah Keanu.
"Belum, Yah. Aku coba panggil juga tetep gak bangun, kayanya pules banget," jawab Bubun.
"Iya, Shena."
Deg..
Ayah dan Bubun langsung saling pandang karna ada sebuah nama perempuan yang terlontar dari mulut putra kedua mereka yang entah siapa, tapi yang jelas itu bukan nama Alina, calon istri Fajar.
"Siapa, Bun?? " tanya Ayah yang takut salah dengar.
"She--Shera atau Shena ya tadi?" jawab Bubun ragu.
"Shena," sahut Fajar masih dalam keadaan tidur pulas namun ada senyum di ujung bibirnya.
Rasa penasaran, rindu dan kesal pun bercampur jadi satu hingga Bubun lebih keras lagi memanggil nama Fajar sembari di goyang bahu juga di tepuk pelan pipinya yang begitu mulus dan pastinya masih aman dari sentuhan bibir wanita lain kecuali Orang-tua.
Dan Fajar yang baru merasa terganggu tentu perlahan mengerjap kan kedua matanya. Ia yang masih berusaha mengumpulkan kesadaran tak lekas bangun dari baringnya.
"Bun, Ayah--," panggil Fajar pelan dan serak khas bangun tidur.
Mendengar itu, tangis Bubun pun pecah ia merentang sedikit tangannya meminta Fajar bangun dan masuk kedalam dekapannya.
"Anak nakal, sudah berani kabur, hem? sudah berani ninggalin Bubun tanpa pamit dan kasih kabar selama seminggu!" omel wanita itu sambil terisak sedih dan juga senang karna buah hatinya yang paling waras sudah kembali ke rumah utama.
"Maafin Aa ya, Bun. Aa gak maksud gitu, Aa salah, Aa minta maaf dan janji gak akan ulangi itu lagi." tak hanya Bubun, karna Fajar pun menguraikan air matanya.
"Jangan buat Bubun khawatir lagi ya," mohonnya yang kini sedang di hapus air matanya oleh ibu jari Si tengah.
"Iya, Aa janji."
Ayah yang melihat anak dan istrinya tentu sangat terharu, ia tahu betul jika mantan Buaya betina itu sangat mencintai ketiga buah hasil keringat cinta mereka itu. Apapun alasannya seorang ibu tentu tak ingin di tinggalkan.
.
.
.
Di ruang makan, kini semuanya sudah berkumpul tapi tinggal menunggu Lintang yang belum turun dari kamarnya.
Resleting yang sudah bisa ia turunkan, kini sulit ia naikkan kembali jika ada kesempatan (Sampe sini paham dong? paham lah, masa enggak!! )
"Aaaaaaaa-- Aa Lilin pulang!" teriaknya saat sudah masuk ruang makan.
Ciuman di pipi Fajar tentu membuat yang lain justru meringis melihat itu sebab Si tengah menahan sakit dan geli di tengah gempuran bibir adiknya yang mencium gemas.
"Aduh, Lin. Becek nih!" protes Fajar yang kemudian mengusap pipinya dengan tisue.
"Itu hukuman untuk Aa soalnya udah bikin Bubun Lilin nangis, Enin juga, Mhiu juga, tapi ChiMa gak nangis Aa kan?"
Rinjani yang kaget namanya ikut di sebut langsung menautkan kedua alis, ada urusan apa ia menangisi kakak iparnya meski ikut sedih juga saat harus menenangkan Ibu mertuanya, Bubun.
"Kok aku?" tanya Rinjani.
"Bercanda, Sayang. Muka boleh sama, tapi cuma Lilin yang cinta ChiMa," jawab Lintang sambil mencium pipi mulus istrinya.
Hal yang paling di rindukan Fajar pun kembali ia rasakan, gelak tawa Lintang dan rayuan Angkasa adalah warna tersendiri dalam rumah utama yang untungnya tak di tinggali meski sudah memiliki pasangan, bisa di bayangkan akan Seramai apa bangunan itu saat si kembar tiga masing-masing punya anak.
"Ada yang ingin kamu bicarakan A'?" tanya Sang Tuan besar Rahardian.
Fajar yang paham dengan apa yang di ucapkan oleh Phiu langsung mengangguk pelan, namun sebelum ia menceritakan banyak hal yang terjadi di satu minggu ini, Fajar lebih dulu menarik napas dalam-dalam dan di buangnya perlahan, itu ia ulangi sebanyak tiga kali sampai ia merasa tenang dan siap, karna jika boleh jujur ini berat untuknya, bukan tentang perpisahannya tapi tentang sikap apa yang akan wanita itu ambil nanti.
"Ada apa A'? masalah apa yang sedang kamu hadapi, kenapa tak di bicarakan baik-baik?" tanya Ayah Keanu saat putranya tak kunjung buka suara.
"Alina pergi, dia memutuskan hubungan kami dan rencana pernikahan kami," jelas Fajar tanpa basa basi, dadanya sesak bukan karna membahas tentang Alina tapi ia tak kuat melihat ekspresi Bubun yang kaget dengan segala ceritanya barusan.
"Alina--, Alina kemana?" tanya Bubun dengan suara parau, matanya yang merah kini sudah tergenang cairan bening yang dalam hitungan detik pasti turun ke pipi.
"Iya, Bun."
Dalam hal ini hanya Phiunya yang tahu, bahkan ia tak menceritakannya lagi pada Sang istri jadi wajar jika Mhiu Biru pun kaget luar biasa, tatapannya tajam kearah suaminya yang hanya bisa tersenyum kecil memohon maaf.
"Kamu mencarinya, Nak?" tanya Ayah yang sama tak percayanya.
"Tidak, aku tak akan meminta kembali orang yang meninggal kan ku tanpa alasan, apalagi ini semua jelas maunya tanpa memberiku kesempatan untuk bertanya ada apa," tegas Fajar yang memang tak main main akan hal ini karna taruhannya adalah perasaan keluarganya sendiri.
"Lalu kamu kemana? apa kamu hanya menenangkan diri atas kejadian ini?"
"Hem, itu hanya niat awalku. Aku pergi pagi-pagi berniat untuk menghabiskan waktuku sampai di rasa aku cukup tenang dan aku akan kembali, tapi semua tak sesuai rencana," jelas Fajar yang langsung menarik napasnya lagi.
"Apa yang terjadi?" tanya Bubun di tengah Isak tangisnya, ia juga penasaran dengan semua yang dilewati oleh Si tengah selama satu minggu.
.
.
.
Aku--, aku malah meminta seorang istri langsung pada suaminya...