Wina perempuan muda yang sengaja berpura-pura tidak tahu akan rencana suami dan keluarganya yang ingin menguasai harta warisan keluarganya,
Dia membalas mereka dengan Elegant dan perlahan agar suami dan keluarganya bisa merasakan penderitaan yang dia alamat selama menjadi istri dan menantu di keluarga suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Reno kembali merencanakan sesuatu tanpa dia sadari, bahkan rumah kontrakan yang diambil Wina telah dijual tapi dia tidak mengetahuinya.
Telponnya berdering terus menerus membuat percakapannya dengan sang ibu terhenti, dia menatap layar handphone nya dengan kening mengkerut karena banyak sekali panggilan karena sejak tadi sering nadanya dia ganti dengan mode silent.
"Siapa coba yang menelpon seperti ini, kok banyak banget?? tanyanya dengan pelan.
Bu Surti yang berada di samping anaknya itu menatap nya dnegan heran, ekspresi anaknya itu terlihat sedang kebingungan entah apa yang terjadi.
"Kamu kenapa nak?? ". Tanyanya dengan penasaran.
"Entahlah bu, banyak banget telepon dan pesan yang baru aku lihat karena sejak tadi nomorku aku kasih mode silent".
Reno memperlihatkan handphone nya yang kembali berdering berulang kali begitupun dengan pesan yang berdatangan terus menerus.
"Coba lihat nak, apa yang terjadi, takutnya ada masalah serius". Bu Surti menatap anaknya dengan perasaan cemas.
Reno mengangguk kemudian mengangkat panggilan itu tapi baru juga terhubung suara teriakan menggema di telinganya dari si penelepon
" Bapak ini kemana saja, kembalikan uang saya". Teriak dari orang yang menelpon.
Reno mengkerutkan keningnya mendengar teriakan itu, dia melihat nomor yang terlihat ternyata orang yang menyewa kontrakannya dan sertifikat nya ada pada Wina.
Perasaannya langsung tidak enak, dia yakin ada masalah besar yang terjadi disana.
"Bapak tenang dulu, saya tidak mengerti maksud bapak apa, kenapa bapak tiba-tiba meminta uang kontrakkan bukankah anda sudah membayarnya selama setahun?? ". Tanyanya dengan bingung.
"Benar, tapi anda keterlaluan, kenapa anda menjual kontrakkan yang ada disini tanpa memberitahukan kami dan sekarang kami diusir oleh pemilik baru". Kesal sang penelepon dari seberang.
"Saya tidak menjualnya pak, siapa yang seenaknya mengklaim semua itu". Ucapnya meninggikan suaranya.
Wajahnya memucat dan ketakutan, bagaimana bisa kontrakkan itu terjual, dia bahkan tidak menandatangani apapun tentang jual beli.
"Saya tidak peduli, bapak datang sekarang, kalau tidak kami akan mencari anda dan mencoblos kan anda kepenjara karena menipu kami". Teriak dari seberang.
"Baik saya kesana sekarang pak, saya akan mengurusnya, saya janji". Jawabnya dnegan tubuh bergetar menahan amarah.
Dia yakin jika ini perbuatan istrinya tapi tidak mungkin istrinya itu bisa menjual kontrakkan itu sekalipun dia memiliki sertifikat itu karena semuanya atas namanya sendiri dan yang berhak menjualnya adalah dirinya.
Melihat wajah anaknya dan mendengar sedikit percakapan itu wajah bu Surti kini menegang, wajahnya ikut pucat seolah dirinya akan tertimpa masalah besar.
"Bu aku harus pergi jangan banyak bertanya dulu, aku tidak punya waktu menjelaskan". Reno menatap ibunya yang ingin bertanya tapi dia tak punya waktu menjelaskan.
"Iya nak, pergilah selesaikan dulu, sepertinya sangat serius". Ucapnya dnegan pelan.
"Ini lebih dari serius bu, dan aku yakin ini pasti kerjaan Wina karena dia memegang sertifikat dari kontrakkan itu, dan sekarang dia telah menjual semuanya".
Mata bu Surti melotot seakan hampir terlepas dari matanya, dia tidak percaya Wina bisa melakukan hal seperti itu pada mereka dan sekarang dia telah bergerak, bukan hanya rumah dan mobilnya sekarang usaha anaknya pun dia ambil.
"Buat perhitungan pada perempuan sialan itu Reno, bisa-bisanya dia memperlakukan kita seperti ini". Teriaknya penuh kekesalan
Reno hanya meremas kepalanya dengan kasar kemudian mengangguk dan pergi dari sana, dia betul-betul ingin melahap istrinya itu sekarang juga.
Sesampainya disana Reno dihajar oleh para penghuni yang telah membayarkan sejumlah uang dan mengontrak disana, mereka bahkan tidak memberi kesempatan pada Reno untuk menjelaskan karena mereka sangat marah dan kesal.
"Tolong hentikan, saya bisa jelaskan". Ucapnya terbata-bata,
Tubuhnya terasa mau remuk karena dihakimi seperti ini tanpa diberikan kesempatan menjelaskan.
" Mau menjelaskan apalagi pak Reno, anda menipu kami, tadi ada orang yang mengusir kami secara paksa dan bahkan membawa polisi jika kami tidak keluar dari sini, kami mau uang kami kembali sekarang juga". Teriaknya mendekati Reno yang memegang perutnya karena kesakitan.
"Tunggu pak, saya perlu tahu siapa yang mengaku seperti itu, semua ini milik saya bahkan sertifikat nya masih atas nama saya". Reno menggelengkan kepalanya tidak terima.
"Tapi dia juga membawa sertifikat asli pak Reno dan disana ada transaksi jual belinya, dan disana bukan nama anda pak Reno".
Reno mengkerut kan keningnya tidak mengerti bagaimana bisa orang itu membeli dan bukan darinya.
"Jangan mengarang cerita pak, saya tidak pernah menjualnya, saya akan perkarakan ini pada polisi".
Percakapan mereka terhenti ketika mendengar suara lantang berbicara dibelakang mereka.
"Silahkan saja pak Reno, sertifikat saya asli dan itu sudah ada transaksi jual belinya". Seorang pemuda tampan berdiri sambil memasukkan kedua tangannya dan menatap dengan tatapan mengejek.
Reno mengepalkan tangannya melihat siapa yang ada dihadapannya, dia adalah anak dari konglomerat negeri ini dan dia merupakan salah satu teman Wina selain bosnya.
"Itu tidak mungkin dalam sertifikat itu atas namaku, aku tidak pernah menjualnya, bagaimana bisa menjadi milikmu, jangan mengada-ada".
"Benar, tapi kau sudah mengalihkan semua nama sertifikat itu atas nama Wina dan Wina menjualnya padaku jadi tidak salah dong jika aku mengusir semuanya karena semua ini milikku". Ucapnya dengan mengejek.
Rahang Reno mengeras, wajahnya memerah karena emosi yang terbendung, Wina sudah membuatnya kehilangan ini, dia pikir Wina hanya mengambil sertifikat itu dan tidak benar-benar menjualnya karena semuanya atas namanya, bagaimana cara Wina melakukan nya.
"Itu tidak mungkin". Teriak Reno menggelegar.
Terdengar jelas giginya bergemelatuk penuh amarah, dia kini mendekati Ben dengan penuh emosi, bahkan mencengkram kerah bajunya.
"Kalian bekerjasama untuk mengambil usahaku ini, tidak akan kubiarkan, kalian akan terima akibatnya". Reno bersiap melayangkan pukulan tapi tangannya tertahan karena ditangkap oleh Ben.
"Jangan mencari masalah denganku Reno, kamu pasti tahu bagaimana dan siapa aku bukan??, aku bisa menyingkirkan dan melenyapkanmu tanpa menyentuhmu". Ucapnya dengan dingin dan tatapan tajam.
Reno terhempas dan terjatuh karena dorongan Ben yang keras dan penuh tenaga.
"Kamu bukan apa-apa tanpa Wina, kau sudah terlahir miskin tapi hati dan sikapmu juga sangat miskin sampai menipu dan memanfaatkan istri sendiri, sungguh sekali gembel biar disulap seperti apapun tetap saja gembel". Ben menepuk-nepuk pakaiannya seperti membersihkan kotoran.
"Jangan menghina ku sialan". Reno sangat murka dan berusaha menyerang Ben tapi dia bukan tandingan seorang atlet bela diri seperti nya.
Bugh.. Reno terjatuh memegang perutnya saat perut itu dihantam keras oleh Ben, wajahnya berubah pucat karena sakit di perutnya sebelumnya juga belum reda.
"Kau hanya manusia tidak tahu diri yang telah dipungut dari jalanan oleh Wina, bukannya tahu diri dan berterima kasih malah memanfaatkan, berselingkuh bahkan berusaha mengambil harta istrinya, kau bahkan lebih hina dari BIN*T*NG".
Ben langsung menendang wajah Reno sehingga Reno kebanting kebelakang membuat yang ada disana bergidik ngeri.
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️