Mendapatkan batu roh ungu dan bertemu dengan seorang Dewi. Wan Tian yang tidak memiliki akar spiritual pun menjalani pelatihan keras dari Yang Yue, Dewi Alkemis dari batu roh ungu.
Menjadi kuat bukanlah masalah, ketika menghadapi kejamnya dunia. Bukankah ada guru seorang Dewi membantunya? Ketika mendapatkan kekuatan dan mengalahkan musuh kuat, para wanita cantik di dunia juga datang sendiri memperebutkannya.
Menjadi kultivator maupun alkemis hebat, semua dilaluinya dengan kerja keras. Jalan menuju abadi dan menjadi dewa, menginjak orang jahat, melindungi jalan kebenaran.
Tingkatan Ranah Kultivasi Manusia : Manusia Pejuang, Manusia Sakti, Manusia Luar Biasa, Tubuh Emas, Tubuh Berlian, Manusia Suci dan Manusia Tertinggi.
Tingkatan Ranah Kultivasi Abadi/Immortal : Darah Abadi, Janin Abadi, Tulang Abadi, Tubuh Abadi, Jiwa Abadi dan Setengah Dewa.
Tingkatan Ranah Kultivasi Dewa : Kelahiran Dewa, Dewa Abadi, Dewa Suci, Dewa Agung dan Dewa Tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanto Trisno 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Pil 2
Setelah memastikan Su Menglan tertidur, Wan Tian membawa bahan-bahan yang sudah berada di atas batu. Yang Yue menyuruhnya untuk bersiap-siap membuat pil dengan cara sederhana.
"Sebenarnya ini sudah bisa digunakan secara langsung. Ada dua jenis obat yang bisa kamu buat. Yang pertama adalah obat dengan bentuk cair. Untuk yang kedua adalah obat berbentuk pil. Membuat obat cair, kamu hanya perlu merebus bahan obat dengan lebih banyak air dan dengan api yang cukup."
Ilmu yang diberikan oleh Yang Yue tidak langsung banyak. Mulai dari pengetahuan dasar yang nantinya akan berguna. Wan Tian duduk dengan tenang sambil mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang Dewi.
"Untuk membuat sebuah pil, tentu saja kamu harus menjadi seorang alkemis. Seorang yang mengerti perihal alkimia atau ahli kimia. Kamu perlu mengolah bahan-bahan sehingga menciptakan kepadatan suatu benda dengan proses kimia ...."
Menciptakan sebuah pil tidak semudah yang dikatakan. Untuk saat ini, Wan Tian hanya bisa mengunakan cara yang sudah diberitahu oleh Yang Yue. Yaitu dengan mengambil sari pati dari tanaman obat tersebut. Lalu merebus hingga tersisa gumpalan kecil. Untuk merebusnya membutuhkan waktu bisa berhari-hari lamanya jika dalam jumlah banyak.
Ada tanaman obat yang sudah direbus sebelumnya. Dan kini memiliki jumlah yang sedikit. Itu pun masih belum sempurna. Karena pil yang dibuat oleh Wan Tian adalah pil dengan kualitas bawah. Apalagi dengan kekurangannya saat ini, tidak bisa memproses dengan baik. Ia tidak tahu dasar-dasar seorang alkemis seperti pengendalian api dengan menggunakan inti api.
Wan Tian mencampur semua bahan dengan tangannya. Lalu dibentuk bulat-bulat dengan ukuran jempol kaki. Selanjutnya Yang Yue menyuruh Wan Tian untuk membungkusnya dengan tanah liat.
"Karena kamu belum menjadi seorang alkemis, bungkuslah pil dengan tanah liat. Lalu kamu bisa bakar tanah liat berisi pil-pil yang kamu buat itu. Setelah dibakar dan kamu pastikan nyala api sedang. Jangan sampai merusak khasiat dari pil yang kamu buat."
Berada di alam liar, membuat mereka menggunakan berbagai cara untuk membuat sesuatu dengan cara lain. Alih-alih membawa bahan ke seorang alkemis atau mengurus Wan Tian membuat obat cair, malah mengajari Wan Tian membuat pil. Yang dimana memerlukan waktu yang lebih lama.
Ada total tiga bulatan tanah liat yang berisi pil yang dibuat. Setelah semua siap, Wan Tian meletakan ketiga pil ke sebuah batu yang dekat dengan perapian. Setelahnya ia harus menjaga api selama semalaman.
"Kamu tidak boleh tidur malam ini. Karena kamu perlu menjaga nyala api agar tetap stabil. Sekarang kamu nyalakan api lebih panas dari ini. Dan pertahankan sampai aku menyuruhmu berhenti."
"Baik, Dewi. Uhuk-uhuk. Banyak asap di sini. Tapi tidak apa-apa." Wan Tian mengambil beberapa ranting dan menaruhnya di perapian.
"Jangan terlalu banyak. Itu setengah dari yang kamu pegang sudah cukup. Jika kebanyakan, malah bikin cepat gosong," ujar Yang Yue.
"Iya-iya. Aku menaruhnya di pinggir saja. Ini sepertinya ada yang masih basah. Biar ranting cepat kering, jadi ditaruh di sini." Wan Tian mensortir ranting yang kering dan ranting yang belum kering.
Jika ranting yang belum kering langsung dimasukan ke dalam perapian, maka akan menimbulkan banyak asap. Dengan dikeringkan terlebih dahulu, kemungkinan asap tidak akan keluar banyak seperti sebelumnya.
Sebelumnya Wan Tian tidak begitu perhatian karena gelap. Juga karena adanya Su Menglan yang menyerahkan ranting basah. Sehingga ranting basah juga dimasukkan bersama. Sehingga membuat banyak asap keluar.
"Hal yang paling penting dalam pembuatan pil adalah suhu api. Kamu harus mengontrol suhu api yang digunakan. Karena kamu tidak memiliki inti api, maka hanya bisa menggunakan cara seperti ini. Untung saja bahan-bahan yang digunakan adalah bahan obat kualitas biasa saja. Jadi jika gagal, kamu tidak akan terlalu mengecewakan. Tapi jika berhasil, itu adalah langkah awal yang baik."
"Iya, Dewi. Aku akan mendengarkanmu. Apakah segini sudah cukup besar, apinya?" tanya Wan Tian setelah memasukan dan membakar ranting kering.
"Sudah ... pertahankan seperti itu. Coba ulurkan tanganmu di depan api. Aku akan mencoba merasakan suhu api dari tanganmu."
Yang Yue dapat merasakan suhu api dengan perantara tangan Wan Tian. Sehingga ia tidak akan gagal mengajari calon muridnya itu. Ia merasa panas api merambat ke tangan Wan Tian. Tidak langsung menyentuh api tapi dari jarak satu jengkal, Yang Yue dapat memperkirakan suhu api dengan akurat.
Yang Yue terus memberi instruksi pada Wan Tian dengan sabar. Bagaimana harus memberikan tambahan ranting. Juga harus mengambil ranting berlebih karena suhunya terlalu panas. Sesekali Wan Tian menguap tapi tidak boleh tidur semalaman.
"Sekarang adalah hal yang paling menentukan. Wan Tian, pilnya hampir jadi. Sekarang kamu perlahan kecilkan api. Ingat, jangan langsung banyak. Perlahan ambil ranting itu sedikit demi sedikit!" perintah Yang Yue.
Wan Tian mengambil ranting satu persatu dengan perlahan. Dengan apa yang diinstruksikan, akan menentukan pil yang dibuat akan jadi atau tidak. Setelah semua ranting dikeluarkan, giliran beberapa bara yang tidak berguna dikubur dengan tanah agar suhu bara semakin turun.
"Karena sudah ada bara api dari ranting besar sebelumnya, biarkan saja seperti ini. Kamu harus menjaga suhu ini stabil apapun yang terjadi. Jika suhu turun lagi, kamu tambahkan ranting yang kering lagi perlahan."
"Aku mengerti, Dewi. Setelah ini aku akan memiliki pil yang bagus. Haha, aku bisa menjadi seorang alkemis, bukan?" Wan Tian sudah merasa senang karena angan-angannya.
"Tidak. Kamu bahkan belum memiliki kualifikasi sebagai seorang alkemis. Siapapun tidak akan percaya kamu bisa meracik pil itu. Sedangkan tidak memiliki akar spiritual sama sekali. Tidak ada orang yang akan percaya kamu bisa melakukannya. Jadi jangan anggap kamu sebagai alkemis terlebih dahulu. Itu hanya akan membuatmu merasa sombong dan diatas angin ...."
Petuah dari Yang didengar dengan baik oleh Wan Tian. Sebelumnya ia merasa marah pada Dewi penolongnya. Namun ucapannya adalah kebenaran. Ada sedikit rasa sombong dalam diri Wan Tian. Padahal ia belum jadi apa-apa di dunia ini.
"Jika dibandingkan dengan Su Menglan, ibarat seekor ayam yang tak bisa terbang dan Elang yang sedang mencari mangsa. Jadi, kamu tidak ada apa-apanya saat ini. Maka buanglah sifat sombongmu meski hanya sedikit."
Rasa sombong dapat melumpuhkan hati nurani. Membuat diri lebih baik dari orang lain. Sementara ia tidak melihat yang lebih tinggi darinya.
"Ingatlah petuah dariku ini. Di atas gunung ada langit. Dan di atas langit masih ada kesombonganmu. Semakin tinggi kamu akan menyombongkan diri. Tapi hatimu ini sangat kecil jika dibandingkan dengan langit yang luas. Hatimu tertanam di dalam kerak bumi. Jangan sekali-kali seperti gunung yang memperlihatkan berapa besarnya dirimu. Jangan kamu seperti langit yang merasa dirinya merasa paling tahu segala yang ada di dunia. Tapi melupakan apa yang ada di bumi paling bawah ...."
***