Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bakso, Masalah atau Pendamaikah? Part 1
Akhirnya Aira dan Niana memutuskan tidak menerima uang itu dan memberikan uang itu untuk acara amal.
"Ai, kita makan bakso di dekat kampus. Mau tidak?" tanya Niana.
Gadis bernama Aira itu mengangguk dan mereka pergi dari sana menuju tempat makan yang menjual bakso yang sangat terkenal enak di sana. Bakso langganan mereka.
"Kamu cari tempat dulu saja dan aku akan memesankan bakso seperti biasanya," terang Aira.
Niana mencari bangku yang kosong dan Aira yang berdiri untuk mengantri memesan baksonya.
Aira berdiri nomor tiga menunggu dua orang di depannya di layani. Saat sedang menunggu, Aira ingat dia belum izin mamanya untuk mengatakan dia akan pulang agak terlambat hari ini.
Mama Aira selalu berpesan pada Aira agar tidak lupa selalu memberi kabar jika pulang terlambat karena memang mamanya Aira ini sangat overprotektif terhadap putrinya.
"Awas!"
Seseorang dengan cepat menarik Aira mundur ke belakang sampai menabrak tubuh seseorang yang ada di belakangnya.
"Maaf, Mba tidak apa-apa?" tanya pelayan warung bakso yang membawa dua mangkuk bakso panas di kedua tangannya.
"Lain kali hati-hati. Bagaimana jika tadi bakso itu tumpah pada tangan gadis ini?"
"Iya, saya minta maaf. Mba saya minta maaf."
"Oh iya." Aira masih tertegun bingung. Dia kemudian melihat sosok yang secara tidak langsung barusan menolongnya agar tidak terkena tumpahan bakso panas.
"Kamu tidak apa-apa, Aira?"
"Aku tidak apa-apa," jawab Aira dingin. Dia langsung berjalan meninggalkan tempat di mana dia tadi antri.
"Na, kita pulang saja. Aku tidak jadi makan bakso di sini."
"Loh? Kenapa, Ai? Apa kita kehabisan baksonya?"
"Jangan banyak tanya, Na. Pokoknya aku tidak mau makan di sini." Aira menarik tangan Niana.
Kedua mata Niana tidak sengaja menangkap beberapa orang yang dia kenal dari baju yang mereka pakai duduk bergerombol di meja dekat pintu keluar.
"Itukan tim basketnya si devil. Apa si devil ada di sini, Ai?" Niana langsung mendelik melihat pada Aira. Aira hanya menghela napasnya pelan.
"Kita pergi sekarang saja, Na."
"Tapi aku lapar, Ai."
"Kamu makan saja sendiri kalau masih mau di sini."
"Kok begitu sih, Ai?"
Saat Aira berbalik badan hendak pergi. Dia malah berhadapan dengan orang yang ingin dia hindari.
Niana mendelik melihat Addrian tepat di depan Aira. Aira tidak berkata satu kata pun. Dia malah ingin berjalan pergi dari hadapan Addrian.
Namun, bukan Addrian namanya jika dia membiarkan Aira pergi bergitu saja.
Addrian mengikuti ke mana langkah Aira akan pergi. Aira yang kesal karena Addrian menghalangi langkahnya, memberi tatapan tajam pada pria yang memiliki paras tampan itu.
"Minggir! Aku mau lewat."
"Bisa bicara dengan nada yang baik?"
"Kamu mau apa? Aku mau pergi, jadi tolong kamu minggir." Aira mencoba berkata agak lembut. Agak.
"Bisa tidak mengucapkan terima kasih pada orang yang sudah menolong kamu?"
Aira teringat soal bakso yang hampir tumpah pada lengannya. "Huft! Terima kasih," ucap Aira dingin.
Addrian yang berdiri di sana tampak menyeringai devil. "Lebih baik tidak perlu mengucapkan terima kasih jika kamu tidak ikhlas. Tau begitu, aku biarkan saja tadi kuah bakso panas itu mengenai lengan tangan kamu, Bidadari Menyebalkan," Addrian menekankan kata-katanya.
"Kalau tidak ikhlas menolong, kamu tidak perlu menolongku, Devil," Aira juga menekankan kata-katanya.
Niana hanya bisa menelan salivanya melihat dua orang yang kelihatannya bakalan perang dingin.
"Ai, kita pergi saja dari sini kalau kamu tidak mau makan bakso di sini." Niana mencoba mengalihkan perhatian mereka.