Dijual sang paman dan di beli oleh mafia kejam.
Yura Milea seorang gadis belasan tahun harus rela mengandung benih pewaris untuk seorang mafia kejam.
Leonard Sebastian Johson, pria kejam itu membutuhkan seorang wanita untuk mengandung benih darinya sesuai permintaan Daddynya yang menderita penyakit akut.
Meski Yura bukanlah type ideal baginya pernikahan itu pun harus di laksanakan.
Bagaimana nasib Yura ketika di rahimnya tumbuh benih sang pewaris, sedangkan ia begitu membenci Leonard Sebastian yang selalu menghina dan merendahkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji
Daddy tak bisa meninggalkan tempat ini Leon. Daddy sudah berjanji pada diri daddy sendiri untuk menjaga peninggalan kakek mu satu-satunya ini,"jawab tuan Melky ketika Leon memintanya untuk tinggal bersamanya.
" Iya daddy,aku tau. Tapi setidaknya daddy bisa ikut dengan ku untuk beberapa saat, selama menjalani pengobatan. Setelah keadaan daddy membaik, Daddy boleh kembali tinggal di rumah ini."
" Benar daddy, bukannya daddy ingin melihat cucu daddy lahir ke dunia? Aku yakin daddy juga pasti ingin memberikan nama untuk cucu daddy kan?" tanya Yura.
Mendengar hal itu tuan Melky tersenyum. Ia memang sangat ingin melihat keturunan yang lain.
" Baiklah, daddy akan ikut dengan kalian, tapi daddy tak bisa berlama-lama tinggal di rumah kalian. Kau harus berjanji mengantar daddy pulang, jika daddy sudah merindukan rumah ini."
" Setuju daddy," sahut Leon.
Yura dan Leon kembali saling melempar senyum. Kini mereka berhasil membujuk tuan Melky untuk ikut dengan mereka.
"Kalau begitu, ayo Sayang kita bawa daddy berjalan-jalan sekitar Villa ini. Kau juga pasti ingin melihat pemandangan di sekitar Villa ini kan?"
" Hm, iya."
" Apa kalian tak ingin beristirahat dahulu ? Bukannya kalian baru saja tiba dari kota? " tanya tuan Melky.
Seorang asisten rumah tangga yang juga merawat tuan Melky datang menghampiri Leonard.
" Silahkan diminum tuan muda," ucap wanita paruh baya itu.
" Terimakasih," ucap Leon pada nyonya Wana.
"Sayang, kau minumlah terlebih dahulu, istirahat sebentar sambil mengobrol bersama Wana."
"Aku bawa daddy jalan-jalan terlebih dahulu," kata Leon pada Yura.
" Iya,"sahut Yura singkat.
Yura hanya tersenyum melihat akting Leon yang begitu memukau. Mereka seperti pasangan romantis yang ada di drama Korea kesayangannya.
Leon mendorong kursi roda tersebut keluar dari rumahnya.
Sementara Yura menikmati secangkir teh hangat yang disediakan oleh Wana.
" Sudah lama ibu mengurus daddy?" tanya Yura pada Wana.
" Sudah tiga tahun sejak, beliau mengalami kelumpuhan."
" Oh, jadi sudah tiga tahun daddy lumpuh."
" Iya, beliau sering sakit-sakitan ketika ditinggal pergi oleh mendiang istrinya tercinta," papar Wana.
" Ehm begitu, jadi kapan ibu mertua saya meninggal dunia ?" tanya Yura. Ia tak sedikitpun mengetahui tentang asal usul suaminya tersebut. Leon juga tak pernah cerita dimana ibunya dan apa yang terjadi pada ibunya.
Wana berpindah duduk mendekat di samping Yura. "Tuan muda Leon itu bukan anak dari Nyonya Hilda."
" Hah. Lalu, siapa ibunya ?"
"Tuan Melky, meminta seorang wanita untuk menjadi ibu pengganti yang bisa mengandung benih darinya, karena Nyonya Hilda di pastikan tidak bisa mengandung karena penyakit yang dideritanya."
" Hah," Yura sedikit kaget mendengar penuturan asisten tersebut, karena keadaan tersebut begitu mirip dengan keadaannya saat ini.
" Apakah tuan Leon tau akan hal itu ?" tanya Yura.
" Sepertinya tidak tahu. Atau dia tahu, hanya saja pura-pura tidak tahu," gumam Wana.
" Lalu, apakah ibu yang mengandung tuan Leon pernah kembali untuk bertemu dengannya ?" tanya Yura semakin penasaran.
" Gak pernah sama sekali. Karena setelah membayar wanita itu, wanita itu di suruh pergi ke tempat yang jauh dan tak lagi boleh menampakkan batang hidungnya, tuan Melky juga meminta kami semua untuk merahasiakan hal tersebut sampai saat ini," papar wanita itu.
"Hah, berarti anda sudah lama bekerja dengan keluarga daddy?"
" Aku sudah mengabdi pada tuan Melky dan Nyonya Hilda sejak remaja. Hingga saat ini."
Yura semakin kaget mendengar penuturan Wana.
" Kenapa anda bisa bertahan hidup dengan mengabdikan diri pada seseorang, jika anda bisa mendapatkan kebahagiaan lainya ?" tanya Yura.
Wana tersenyum simpul, sambil melirik ke arah Yura.
" Karena sejak dahulu saya mencintai tuan Melky. Dan baru beberapa tahun ini saya bisa tinggal berduaan saja dengannya,dan saya merasa begitu senang bisa menghabiskan waktu bersama dengannya," tutur wanita tersebut dengan senyum menyeringai.
Yura langsung membelalakkan bola matanya.
" Saya juga tau jika anda hanya dijadikan alat untuk mengandung pewaris tuan muda Leon kan ?"
" Jika anda beritahu semua tentang apa yang saya ceritakan, maka saya juga akan ceritakan pada tuan Melky jika apa yang kalian lakukan hanya sandiwara. Sudah pasti tuan Melky akan kecewa kembali," ucap Wana sambil tersenyum menyeringai, seperti ingin mengancam Yura.
Mendengar penuturan wanita itu Yura segera beranjak dari tempat duduknya, kemudian ia berjalan cepat mencari keberadaan Leon.
Yura berjalan mengelilingi Villa untuk mencari keberadaan Leon dan tuan Melky.
Ia bertemu dengan seorang pria yang sedang menyapu sekitar halaman Villa.
Pria itu heran memperhatikan Yura yang kebingungan seperti mencari keberadaan seseorang.
" Permisi Pak, apakah anda melihat tuan Leon dan tuan Melky?"tanya Yura.
" Oh ada Nona. Mereka menuju makam keluarga. Mari saya tunjukkan."
Pria berusia tiga puluh tahun tersebut menuntun Yura menuju suatu tempat.
" Bapak bekerja di sini ?" tanya Yura.
" Iya Nyonya. "
" Sudah berapa lama?"
" Sudah lima tahun. Ehm, tapi Villa ini memang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu."
Villa ini milik keluarga Robert Johnson. Seorang keturunan Portugis dan Belanda yang menikahi wanita kepala desa di sini.
" Ehm, begitu."
Sambil berjalan mereka sambil mengobrol. Pria itu menceritakan kepada Yura apa yang ia ketahui tentang Villa tersebut.
Kebetulan saat itu, dari kejauhan Leon yang baru keluar dari kompleks pemakaman keluarganya melihat istrinya sedang berjalan dengan tukang sapunya.
Melihat hal itu Leon jadi berang.
Yura dan Pria tersebut pun melihat Leon dari kejauhan.
" Itu tuan Melky dan tuan muda," tunjuk pria itu.
" Oh iya terima kasih, sudah mengantar saya," ucap Yura.
" Sama-sama Nyonya. Kalau begitu saya permisi."
" Iya Pak."
Yura menunggu Leon dan tuan Melky yang menghampirinya. Sambil menunggu ia sambil menikmati pemandangan indah di belakang Villa. Di sana banyak tumbuh pohon-pohon berdaun lebat. Ada pula pohon mangga yang tengah berbuah.
Melihat buah mangga yang masih mengkal air liur Yura kembali mengembang.
Kemudian ia menghampiri pohon tersebut.
Ia pun mencari sesuatu untuk mengambil buah mangga yang menjuntai tersebut.
Yura menemukan sebuah bambu dengan ujung runcing, kemudian ia memukul ke arah buah mangga yang menjuntai tersebut sambil melompat pelan agar tangannya bisa meraih buah mangga itu.
" Yura !"seru Leon seketika.
Yura menghentikan gerakannya. Menoleh ke arah Leon dan tuan Melky yang menghampirinya.
" Apa yang kau lakukan?"tanya Leon.
" Aku ingin makan buah mangga itu !"tunjuk Yira
" Kenapa tak menunggu ku. Kau berbuat sesuatu yang bisa mencelakai mu ! Apa kau lupa kau sedang hamil ?! "
Yura tersenyum, ia memang lupa jika dirinya tengah mengandung.
" Ia aku lupa," cetusnya dengan santai.
Leon menghempaskan napas panjang. Jika saja tidak ada tuan Melky mungkin ia sudah mengomeli Yura habis-habisan.
" Sudah kau bawa daddy menepi. Biar aku yang ambil."
" Ehm."
Yura membawa tuan Melky menepi dari tempat tersebut.
Leon mulai meninting buah mangga yang menjuntai tersebut.
Dengan cepat ,satu kali tebasan ia langsung bisa merontokkan beberapa buah mangga yang menjuntai tersebut.
" Yey !" Seru Yura kegirangan melihat keberhasilan Leon.
Leon kemudian mungutin buah mangga tersebut.
Ia membuka blazer yang dikenakan saat itu untuk menampung buah-buahan tersebut.
" Ini buah mangganya. Lain kali jika ingin sesuatu tinggal bilang saja padaku," ucap Leon sambil menyodorkan gulungan blazernya yang berisi mangga muda.
" Wah terima kasih," ucap Yura dengan bola mata yang berbinar.
Leon kembali mendorong kursi roda tuan Melky.
" Kau tadi bersama siapa?"tanya Leon bernada cemburu.
" Oh tadi itu bukannya dia tukang kebun disini. "
" Iya, tapi kau tak boleh pergi bersama orang asing. Lain kali jangan di ulangi lagi."
" Iya Sayang, " cetus Yura sambil tersenyum mengedipkan mata ke arah Leon.
Leon memutar bola matanya.
Mereka kembali berjalan menyusuri sekitaran Villa,sambil mengobrol. Ia pun menceritakan kepada Yura tentang kebiasaan yang di lakukan selama di Villa.
Yura dan tuan Melky tampak begitu cocok, bahkan tuan Melky yang biasanya diam dan tak banyak bicara, kini mulai membuka dirinya dengan membicarakan banyak hal kepada Yura.
Mereka pun kembali ke Villa dan duduk di beranda depan dari Villa tersebut.
Dari atas bukit mereka bisa melihat pemandangan sekeliling yang di kelilingi perkebunan teh.
Suasana di Villa meskipun siang hari tetap terasa sejuk dan segar. Mungkin karena itulah tuan Melky lebih betah tinggal di rumahnya tersebut.
Setelah meletakkan buah mangga hasil pungutannya. Leon menghampiri dapur untuk mengambil pisau yang akan di gunakan untuk memotong buah tersebut.
Ia kembali dengan membawa pisau dan sebuah baskom kecil untuk meletakkan buah yang sudah di kupas.
" Sini buah mangganya, biar aku kupas." Ia pun mengambil buah mangga tersebut dan mengupasnya.
Setelah memotong buah mangga Leon menyuapi Yura potong buah tersebut.
" Ini makannya jangan terlalu banyak. Nanti perut mu sakit," ucap Leon sambil memasukkan potong buah mangga ke mulut Yura.
Yura dengan senang hati memakan potong buah tersebut. Melihat kedua pasangan itu tuan Melky kembali tersenyum.
" Daddy harap kalian selalu bersama selamanya, saling menjaga, dan saling mengerti. Karena hidup berumah tangga itu tidak mudah," cetus tuan Melky.
Keduanya langsung menoleh ke arah tuan Melky.
" Maksud daddy?" tanya Leon.
"Leon, tanggung jawab mu akan semakin besar setelah menikah dan memiliki anak. Daddy harap kamu berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruk mu selama ini. Belajar hidup sehat dan teratur. Jangan jadi seperti daddy. Setelah tua baru menyesal!"
" Daddy ingin kau menjadi kepala rumah tangga yang baik untuk anak dan istrimu. Jangan lagi kau keluyuran ke club malam, jika daddy tau, daddy tak akan mau bertemu dengan mu lagi!" Ancam tuan Melky.
Leon kaget mendengar penuturan dari tuan Melky yang tiba-tiba saja itu.
'Kenapa daddy tiba-tiba mengancam ku,' batin Leon.
" Eh, iya daddy. Aku gak akan ke club malam itu lagi. Itukan dulu, waktu belum punya istri. Sekarang sudah punya istri aku gak pernah lagi keluyuran," tutur Leon berbohong.
" Kau harus janji pada daddy dan istri mu, jika kau tak akan pernah keluyuran lagi !" Tuan Melky kembali menekan Leon.
Leon menggaruk kepalanya yang tak gatal.
" Iya daddy, janji!" ucapnya dengan terpaksa.
" Baiklah, daddy pegang janji mu. Jika sampai ada yang memberi tahu daddy kau masih keluyuran ke club malam itu , jangan harap kau bisa bertemu daddy lagi! "Ancam Tuan Melky.
Glek ..Leon menelan salivanya.
'Itu berarti aku tak bisa lagi senang-senang di luaran,' batin Leon menggerutu.
Sementara tuan Melky masih menatap ke arah putranya. Sudah lama ia ingin mengatakan hal tersebut pada Leon. Jika dulu Leon beralasan masih single dan ia tak bisa berbuat apa-apa. Sekarang putranya tersebut tak punya alasan lagi untuk keluyuran karena ia telah menikah apalagi sudah memiliki calon anak.
" Iya daddy, aku janji," cetus Leon.
" Bagus, seperti itu memang seharusnya,"sahut tuan Melky. Ia pun kembali tersenyum.
Bersambung dulu gengs. mohon maaf kalau ada typo 🙏🙏😁