Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#12
“Kita pindah ke kamar tidur di bawah dulu ya. Aku tidak ingin terjadi apa-apa padamu,” kata Rhys dengan lembut pada Eve.
Eve tersenyum. Ia sangat senang karena perhatian Rhys padanya semakin besar. Berbeda dengan Aunty Anna yang semakin kesal. Ia kembali memikirkan rencana lain untuk menyingkirkan Eve.
“Aku tidak mau wanita itu menjadi pelayanku lagi, honey,” pinta Eve. Ia tak ingin Celine kembali mendorongnya dan ia kehilangan anak yang akan mengikatnya pada Rhys.
“Baiklah.”
Aunty Anna yang mendengar itu tersenyum, ia memiliki cara untuk menjatuhkan Eve.
“Biar Aunty saja yang menjaganya, Rhys. Aunty juga tak ingin terjadi apapun pada keponakan Aunty,” Aunty Anna menawarkan diri untuk merawat Eve.
“Benarkah Aunty mau melakukannya?” tanya Rhys seakan tak percaya.
“Tentu saja. Apa kamu meragukan Aunty?”
“Tidak, bukan begitu. Aku hanya tak ingin Aunty kerepotan,” jawab Rhys.
“Aunty tak akan repot. Lagipula Eve kan sudah dewasa. Ia tentu tahu mana yang perlu pertolongan, mana yang bisa ia kerjakan sendiri.”
Eve melihat Aunty Anna dengan tatapan sinis. Ia sangat tahu apa maksud Aunty Anna yang hanya ingin mencari muka di depan Rhys. Lihat saja nanti, ia tak akan membiarkan hal itu.
“Baiklah, kamu istirahat dulu di sini. Jangan terlalu banyak berdiri, dokter sudah banyak berpesan,” kata Rhys.
**
Rhys keluar dari dalam kamar tamu yang ada di lantai bawah. Ia melihat Celine yang baru saja keluar dari dapur dan menuju ke arah belakang.
Tiba-tiba saja ia merasakan miliknya mulai menegang. Pikirannya mulai membayangkan malam panasnya bersama dengan Celine.
Tidak! Apa yang terjadi denganku? Aku bahkan memikirkan hal liar hanya dengan melihatnya saja. - batin Rhys.
Ia mengikuti ke mana Celine pergi. Bahkan di balik pakaian longgar yang dikenakan Celine, Rhys masih bisa membayangkan lekuk tubuhnya. Ia memegang kepalanya karena saat ini ia harus menuntaskan sesuatu.
Ia harus bertanggung jawab atas semuanya! - begitulah batin Rhys.
Ia langsung membekap mulut Celine dari belakang dan membawa wanita itu ke dalam kamar tidurnya. Celine berusaha berteriak namun tak bisa karena Rhys begitu erat menutup mulutnya.
Nafas Celine terengah-engah saat mereka tiba di kamar tidur milik Rhys dan ia membuka tangannya.
“Apa yang kamu lakukan? Awas, aku mau keluar!” teriak Celine.
“Kamu tak akan ke mana-mana.”
“Aku mau keluar … atau aku akan berteriak!” ancam Celine.
“Berteriaklah kalau kamu merasa akan ada yang mendengarmu. Tapi saat ini aku membutuhkanmu untuk menuntaskan sesuatu,” Rhys langsung menggendong Celine dan menghempaskannya ke atas tempat tidur.
Ia membuka pakaiannya hingga polos dan juga membuka pakaian Celine dengan cara merobeknya.
“Jangan lagi!” teriak Celine.
“Diam!”teriak Rhys.
Celine langsung terdiam dan hanya buliran air mata yang menemaninya saat Rhys terus menghentakkan tubuhnya. Pergulatan panas itu kembali terjadi dan Rhys seakan tak pernah puas dengan tubuh Celine. Tubuh istrinya itu seakan sudah menjadi candu baginya.
Celine benar-benar merapatkan bibirnya. Bahkan saat Rhys mencium dan memberikan lummatan, ia sama sekali diam dan tak membalas. Hatinya terasa sakit karena Rhys terus berbuat kasar padanya.
Sahabatnya sejak kecil, cinta pertamanya, seseorang yang berjanji padanya, kini telah sangat menyakitinya. Ia menahan semua rasa itu di dalam hatinya yang terdalam.
Setelah pergulatan mereka, Celine kembali menggunakan bathrobe dan kembali ke kamar tidurnya. Ia segera membersihkan diri agar tak ada siapapun yang menyadarinya.
Rhys terbangun dan meraba samping tempat tidurnya. Kosong, seperti sebelumnya. Ia menghela nafasnya pelan. Padahal ia ingin sekali mengulangi apa yang tadi ia lakukan. Gairrah dan hassratnya benar-benar timbul saat melihat Celine. Bahkan melihat Eve saja, Rhys akan bersikap biasa.
“Ahhh, mengapa ini terjadi lagi?! Bahkan kali ini aku tak memerlukan alkohol untuk melakukannya,” gumam Rhys.
**
“Ini minumlah,” Aunty Anna memberikan segelas susu pada Eve.
“Aku tidak mau.”
“Ini susu hamilmu. Apa kamu tak mau anakmu tumbuh sehat? Apa aku perlu bicara pada Rhys kalau kamu tak mau meminum susunya?” ancam Aunty Anna.
Eve mendelik kesal. Ia sebenarnya tak ingin membuat Aunty Anna semakin mendapatkan kepercayaan Rhys. Tapi jika wanita itu nanti melapor pada Rhys, ia takut Rhys yang akan memarahinya.
Akhirnya, Eve meminum susu hamilnya hingga tandas. Aunty Anna yang melihatnya tersenyum penuh arti. Satu langkah sudah bisa ia lakukan dan ini adalah jalan pembuka baginya.
1 minggu berlalu, kesehatan Eve sudah kembali pulih. Ia tak terlalu bergantung pada siapapun lagi, tetapi Aunty Anna selalu mengingatkan dirinya untuk minum susu, bahkan membuatkan dan membawakannya ke dalam kamar. Aunty Anna selalu membawakan susu itu di saat Rhys ada di dalam kamar, hingga Eve terpaksa meminumnya tanpa perlawanan.
Ponsel Eve berbunyi, tertera nama managernya Lila di sana, “Halo.”
“Eve!”
“Kamu mendapatkannya!” teriak Lila dari seberang telepon.
“Apa? Apa maksudmu?”
“Proyek NewMount! Kamu mendapatkannya!!” Lila berteriak gembira.
“Benarkah?! Ahhhh!!!” Eve juga ikut berteriak karena merasakan kebahagiaan. NewMount adalah perusahaan besar di Amerika. Jika bisa menjadi salah satu model produknya, bukankah nama Eve akan semakin terkenal?
“Kamu harus berangkat minggu depan ke Amerika, Eve,” kata Lila.
“Minggu depan? Cepat sekali.”
“Mereka ingin segera melakukan pemotretan agar bisa melakukan launching produk juga dengan cepat. Kita tak bisa menunda, Eve.”
“Baiklah, aku ikut! Kamu datanglah ke rumah Rhys, bantu aku mempersiapkan koperku,” kata Eve.
“Oiya aku baru ingat kalau kamu ada di rumah Rhys. Apa kamu akan mendapat izinnya? Bukankah kamu sedang hamil? Aku tidak mengatakan pada NewMount kalau kamu sedang hamil.”
“Tenang saja, aku akan mengatasi Rhys. Kalau masalah NewMount, mereka tak akan tahu. Usia kandunganku masih kecil dan tak akan terlihat. Aku bisa menutupinya juga dengan menggunakan korset,” kata Eve.
“Baiklah, aku serahkan padamu. Besok aku akan datang ke sana dan membantumu menyiapkan koper,” kata Lila.
**
“Izinkan aku, honey,” pinta Eve dengan wajah memelas dan sikap manja yang selalu ia tampilkan.
“Bagaimana aku biaa mengijinkan? Kamu sedang hamil. Itu akan berpengaruh pada kondisimu yang lemah. Aku tak ingin terjadi apa-apa dengan anakku.”
“Tak akan terjadi apa-apa.”
“Tapi mengapa mereka memintamu menjadi model? Apa mereka tidak tahu kamu sedang hamil?” tanya Rhys.
“Tentu saja mereka tidak tahu. Kamu belum menikahiku, masa aku mau mengumbar kehamilanku. Apa kata orang-orang nanti tentang diriku?” Eve memasang wajah sedihnya untuk menarik simpati Rhys.
“Baiklah. Aku mengijinkanmu, tapi dengan syarat. Kamu harus menjaga anak kita. Kalau lelah, istirahatlah.”
“Aku berjanji! Terima kasih!” Eve langsung memeluk Rhys. Ia tahu ia akan meluluhkan hati Rhys dengan mudah.
🌹🌹🌹