"Zivanna aku menikahimu karena ingin balas dendam kepada ibu mu. Bukan karena aku mencintaimu," Devan mencengkeram kuat dagu gadis itu, lalu dihempaskan kelantai kamar dengan kasar.
"Aa--aa--apa! Bukanya selama ini kakak mencintai ku?" tanya Zizi tergagap di sertai air matanya.
"Cih, cinta kata mu! Aku tidak pernah mencintaimu. Selama ini aku melakukannya agar bisa menjalankan misi balas dendam ku. Apa kamu sudah mengerti sekarang,"
Namun, ketika dia hamil mampukah Zizi mempertahankan anaknya? Sementara dia harus berjuang untuk hidupnya sendiri. Sedangkan Devan sudah mengancamnya. Apabila dia hamil, maka anak itu akan lelaki itu lenyap kan. Kira-kira Zizi akan tetap tinggal di rumah mewah Devan atau mengugurkan kandungan nya? Atau dia memilih pergi bersama bayi dan penyakit yang di deritanya?
Penasaran sama ceritanya? Yuk langsung ke bab selanjutnya.🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpamitan.
🌷🌷🌷🌷🌷
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Zizi sedang membersihkan dirinya di dalam kamar mandi. Sedangkan Devan sendiri masih tidur di atas ranjang Zizi. Karna setelah mengobrol bersama Ayahnya tadi. Devan memilih masuk ke kamar Zizi. Daripada kembali ke kamarnya sendiri.
Kleeeek....
Suara pintu, yang Zizi buka dengan pelan. Karna Zizi takut Devan terbangun sebelum dirinya memakai baju ganti.
Zizi berjalan kearah lemari pakaiannya, lalu memakainya dengan cepat. Setelah selesai, Zizi pun langsung berjalan ke meja rias, untuk memoleskan sedikit bedak bayi dan memberikan liblem di bibir seksinya.
Zizi memang hanya memakai bedak bayi yang botolan ya! karna tanpa memakai riasan saja. Wajah Zizi sudah sangat cantik.
Setelah selesai dirinya bersiap-siap. Zizi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata waktu sudah menunjukkan hampir setengah tiga sore. Itu berarti Zizi harus membangunkan Devan sekarang.
Tidak banyak berpikir lagi, Zizi langsung berjalan kearah ranjang, lalu duduk di sisi ranjang itu. Agar dia lebih mudah membangunkan Devan yang berada di tengah-tengah ranjang.
"Kak..! Kakak, Ayo bangun! nanti kita terlambat." suara merdu Zizi yang membangunkan Devan.
Merasa ada suara dan goyangan pada lengannya. Devan pun membuka matanya dengan pelan. Dan begitu matanya terbuka, Devan langsung di suguhkan wajah cantik dan imut Zizi. Istri kecilnya, yang setelah tiba di kota Y nanti, akan dia siksa.
Deg....
Jantung Devan berdebar kencang begitu pandangan mata mereka bertemu.
"Kak! kakak kenapa melihat Zizi seperti itu? Apa dandanan Zizi jelek." Zizi malah mengira jika dia berpenampilan tidak pantas. karna sebelumnya Zizi jarang memberikan warna pada bibirnya.
"Agh.., tidak! kamu cantik seperti ini. Tidak terlalu mirip anak kecil." ucap Devan mengelak jika Zizi sangat cantik dengan rambut yang di gerai, di tambah pita kupu-kupu kecil di samping telinganya.
"Kamu sudah siap! jam berapa ini?" Devan duduk sambil menguap.
"Iya, Zizi sudah siap! kakak mandi sana. Ini sudah hampir setengah tiga." kata Zizi mendorong tubuh Devan agar segera pergi membersihkan dirinya.
Cup...
"Jangan banyak bergerak, bagaimana jika kakak memakan dirimu lagi." ujar Devan melirik kebawah. Karna si tabung lelenya suda berdiri tegak. Siap menabur para bibit lele lagi. Padahal hanya terkena pergerakan tangan Zizi sebelum mendorong tubuh nya tadi.
"Aaapa? Zizi minta maaf! Zizi tidak sengaja menyentuhnya. Jika begitu kakak cepat pergi mandi, sebelum dia berubah menjadi burung. Lalu dia terbang." setelah mengatakan itu, Zizi berlari keluar kamar dan menutup pintunya dengan cepat.
Karna dia takut bila Devan kembali menerkamnya. Sedangkan sakit bekas tadi pagi saja belum hilang.
"Hampir saja!" Zizi memegang dadanya, sambil bersandar pada pintu.
Sudah merasa tidak gemetar pada dadanya. Barulah Zizi pergi ke lantai bawah untuk menemui ibunya. Karna tadi setelah membangunkan Devan. Dia memang sudah berniat ingin kesana.
Sementara itu, Devan di dalam kamar tertawa sendiri. Karna melihat kelakuan Zizi yang memang masih mengemaskan seperti anak remaja lainnya.
"Kenapa dia mengemaskan sekali. Awas saja nanti, akan aku buat dia tidak bisa berjalan. Berani sekali dia mengejek tabung leleku menjadi burung, lalu terbang." ucap Devan masih tertawa. Tanpa Devan sadari, dia sudah bahagia melihat tingkah Zizi yang mengemaskan seperti itu. Dan melupakan dendamnya.
Dua menit setelah itu, barulah Devan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Karna dia juga takut, bila mereka terlambat.
Sebab sudah masuk lima hari, dia pulang ke kota X. Untuk melakukan pernikahan kilat, namun sangat mewah.
"Sayang! kamu sudah siap-siap? bukanya kalian akan berangkat jam tiga nanti!" ibu Ellena menyapa kedatangan Zizi.
"Iya, Bu! Zizi takut telat, jadi Zizi bersiap-siap saja dulu. Kalau kak Devan baru saja bangun tidur." terang Zizi ikut duduk disamping ibunya.
"Lalu ada apa ini? Apa kamu benar-benar sudah siap ikut bersama suamimu, Nak?" Ibu Ellena yang tau jika Zizi pasti ingin mengatakan sesuatu. Makanya datang mencari ke taman belakang. Tempat kebiasaan ibu Ellena apabila dia tidak istirahat.
"Ibu sangat hebat! selalu bisa menebak kedatangan Zizi. Padahal Zizi belum mengatakan apapun." puji Zizi memeluk ibunya dari samping.
"Tentu saja ibu tau! kamu kan putri ibu. Sekarang ayo katakan, kamu mau mengatakan apa?"
"Bu...! Zizi mau bilang, tabungan yang ada di ATM akan Zizi bawa ya! Zizi takut, tiba disana terlalu banyak merepotkan kakak." ucap Zizi menunduk takut.
Meskipun itu tabungan dia sendiri yang dia sisihkan dari uang jajan setiap diberi oleh Ayah Dion dan ada juga uang tambahan, ketika ibunya masih bekerja dulu. Zizi tetap takut menyinggung perasaan ibunya.
Mendengar ucapan putri nya itu, membuat ibu Ellena tersenyum lalu memeluk Zizi dengan sayang.
"Tanpa kamu bertanya kepada ibu. Ibu akan menyuruhmu membawanya sayang! Apa kamu pikir ibu akan melepaskan putri ibu begitu saja. Ibu juga memiliki sedikit tabungan. Bisa kita satukan, dan kamu simpan itu baik-baik. Agar bila kamu membutuhkannya, kamu punya uang sendiri." ibu Ellena melepaskan pelukan mereka.
"Ibu...! terimakasih! Zizi berjanji tidak akan mengecewakan ibu. Zizi akan belajar dengan sungguh-sungguh selama disana. Zizi tidak akan pernah membuat ibu malu, memiliki putri seperti Zizi!" kata Zizi menangis dan memeluk ibunya lagi.
"Sudah! jangan menangis lagi. Nanti cantiknya hilang. Sekarang kembalilah keatas. Nanti Devan mencari mu!" ibu Ellena ikut menangis, karna Entah mengapa. Dia merasa berat melepaskan putrinya. Meskipun dia sudah melihat sendiri, betapa Devan mencintai Zizi.
Dan akhirnya Zizi pun kembali lagi kelantai atas, untuk menemui Devan.
"Kakak sudah mandi ternyata!" Zizi berjalan masuk dan duduk di atas sofa melihat Devan yang sedang memakai jam tangan di sebelah sofa yang dia duduki itu.
"Iya, kita berangkat sekarang! soalnya kakak ada pertemuan mendadak jam delapan nanti. Tiba di sana nanti, kamu ikut saja kakak menghadiri pertemuan itu. Tapi jangan bilang jika kamu istri kakak ya! jika mereka bertanya, jawab saja kamu adik kakak. Kamu paham kan!" Devan sedikit tersenyum saat mengatakan itu.
Deg...
"Iya, baiklah! Zizi tidak akan bilang, jika Zizi adalah istri kakak." jawab Zizi ikut tersenyum getir. Mendengar ucapan Devan tadi. Tiba-tiba ada desiran aneh di hatinya.
Namun dengan cepat, Zizi menampik perasaan itu.
"Anak pintar!" Devan mengelus kepala Zizi sebelum dia berdiri.
"Sudah, Ayo kita berangkat sekarang.!" kata Devan yang sudah menarik koper pakaian Zizi. Sebab Devan sendiri tidak membawa pakainya. Karna di kota Y adalah rumah keduanya.
Zizi pun mengangguk dan mengikuti Devan dari belakang.
Tiba di lantai bawah, tepatnya di ruang keluarga. Ayah Dion dan ibu Ellena sedang duduk disana. Karna mereka tau, jika Devan dan Zizi sebentar lagi akan berangkat.
"Loh, kalian akan berangkat sekarang!" Ayah Dion langsung berdiri melihat Devan sudah menarik koper.
"Iya, Yah! soalnya Devan ada pertemuan malam ini. Takut di jalanya nanti terkena macet."
"Nak..! ibu titip Zizi ya! tolong jaga dia dengan baik." ibu Ellena menagis di saat Devan menyalimi tangannya.
"Tentu Bu! Devan akan menjaganya dengan baik." jawab Devan menyakinkan.
"Sayang! kamu hati-hati selama disana. Jangan telat makan, dan istirahat. Ibu pasti sangat merindukanmu.!" Ibu Ellena memeluk Zizi yang ikut memeluknya juga.
Setelah berpamitan kepada Ayah Dion dan ibu Ellena. Devan dan Zizi pun langsung saja pergi menaiki mobil bersama Jimi. Karna ada sopir kepercayaan Ayah Dion yang akan mengantar mereka ke bandara.
BERSAMBUNG......
.
.
.
.
Perjalanan balas dendam Devan, baru akan di mulai ya...!!!
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya.
LIKE.
VOTE.
KOMEN.
Hadiah kopi maupun bunganya.😍
Terimakasih.🤗🙏🙏