NovelToon NovelToon
Mendadak Jadi Ratu

Mendadak Jadi Ratu

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Time Travel / Anak Genius / Anak Kembar
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

seorang gadis yang terbangun dari tidur dan mendapatkan dirinya berada di tubuh wanita lain.

Geishana Deborah, tujuh belas tahun terkejut ketika bangun dan mendapatkan dirinya di tempat yang asing. Sosok gadis bar-bar hidup sebagai ratu yang dikucilkan karena kebodohannya. Terlebih ia sudah memiliki suami yang tidak mencintainya.

Geisha yang pintar, cekatan dan jago bela diri merubah tubuh kurus dan lemah. Hingga ia sadar jika sang ratu ternyata terlalu baik hati, makanya dimanfaatkan orang banyak.

"Aku bukan ratu kalian yang dulu. Bersiaplah!" gumamnya menyeringai dalam hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RENCANA YANG TERKUAK

Raisa berlatih kuda, entah berapa kali gadis itu nyaris jatuh dari kuda jika saja Henry tak bersamanya.

"Aku tak bakat berkuda," keluh Raisa.

"Tak masalah sayang," sahut Henry.

Pria itu memeluk erat tubuh istrinya, kuda berjalan sedikit lambat. Raisa menyandarkan punggungnya di dada bidang sang suami. Henry meletakkan dagunya di bahu Raisa. Jiwa Geisha begitu menghangat, ia menyukai cara pria itu menyentuhnya.

"Besok mulai musim dingin Yang Mulia, apa semua kau sudah persiapkan?" tanya Henry.

Sang raja menyusuri leher jenjang Raisa dengan bibirnya, hingga membuat gadis itu meninggikan bahu karena kegelian.

"Yang Mulia," rengek Raisa manja.

"Oh ... sayang. Kau harum sekali," puji Henry dengan suara berat.

Tatapan penuh cinta. Dua bibir pun bertemu lalu saling memagut pelan dan penuh perasaan. Karena tak ada hentakan kuda pun berhenti berjalan. Sedang dua penunggangnya saling memilin bibir dan lidah.

"Yang Mulia!" panggil seseorang.

Henry melepas tautannya. Ia menoleh pada asal suara yang memanggilnya tadi. Ia menatap tajam panglima sekaligus ajudan kepercayaannya itu.

"Ada apa Marquez?" tanyanya kesal.

"Maaf Yang Mulia, hamba melapor jika semuanya sudah disiapkan untuk melawan Raja Namont," lapor pria itu.

"Baiklah," ujar Henry lalu menarik kekang kuda agar berbelok.

Kuda berlari sedang hingga depan pintu istana. Henry turun lebih dulu lalu ia menjulurkan tangannya ke pinggang sang ratu.

Raisa meletakan dua tangannya di bahu kanan dan kiri raja. Ia pun turun dengan bantuan pegangan itu dan raja membopongnya.

"Yang Mulia!' pekik Raisa.

Gadis itu merangkul erat leher sang suami agar tak terjatuh. Mereka langsung pergi ke kamar. sudah lebih satu minggu masa siklus sang ratu. Henry sudah tak tahan.

"Ratu!" panggilnya dengan suara serak.

Mereka sudah ada di kamar. Ciuman sang raja mulai menuntut Raisa. Gadis itu pun pasrah sampai ketikan pintu mengganggu mereka.

"Yang Mulia. Ada Baroness Imelda dan juga putrinya Baroness Hilda!" sahut kepala pelayan Audrey.

"Katakan mereka untuk menunggu. Jika mereka tak mau, suruh mereka pulang!" teriak Henry kesal.

"Maaf Yang Mulia, tetapi menurut protokoler Yang Mulia harus menemui tamu penting di banding kesenangan pribadi," sahut Audrey berani.

Henry marah luar biasa. Pria itu membuka kamar, Audrey membungkuk hormat menyembunyikan senyum liciknya.

"Rupanya hukuman cambuk kemarin tidak membuatmu kapok Audrey!" desis Henry menahan amarah.

"Yang Mulia Hamba tidak seberani itu!" pekik wanita itu.

"Sir Betrand!" pekik Henry.

"Yang Mulia!" sahut kepala penjaga.

"Pancung semua pelayan yang kemarin melayani Miss Sonya!" titahnya.

"Yang Mulia!" pekik Audrey menjatuhkan dirinya ke lantai.

Raisa mengelus lengan suaminya agar tak bertindak berlebihan. Tapi, sepertinya pria itu sudah melewati batas sabarnya.

"Mereka masih menggosip tentang Ratuku dengan perkataan hina!" ujar pria itu.

"Bahkan hukuman kemarin mestinya membuat mereka jera!" tekannya kecewa.

Audrey dan sepuluh mantan pelayan Sonya digeret keluar oleh para pengawal. Semua menangis menyesali keberanian mereka.

Waktu itu, tak sengaja Henry tengah ingin memeriksa gudang penyimpanan makanan istana. Ia heran dengan ruangan memasak yang kosong tidak ada pelayan.

"Aku makin membenci perempuan itu!" umpat salah seorang pelayan.

"Pelankan suaramu Elna!' peringat Eve berbisik.

"Oh ... gara-gara hukuman kemarin punggungku sakit!' keluh Laura.

"Ini semua gara-gara perempuan yang berlaga jadi Ratu itu!" gerutunya lagi.

"Aku heran, apa Yang Mulia Raja tak bisa melihat, betapa Miss Sonya sangat mencintainya?" ujar Regina.

"Aku rasa Yang Mulia Raja diguna-guna oleh perempuan itu!' tuduhnya tanpa bukti.

"Aku rasa ucapanmu benar Regina," ujar Audrey.

"Selama nyaris satu tahun perempuan itu ada di istana, ia selalu menuruti kita atas perintah Miss Sonya," lanjutnya berasumsi.

"Tetapi hanya hitungan satu malam. Yang Mulia Raja berubah total ketika perempuan itu mendatang wilayah utama istana dengan mengacungkan pedangnya!"

"Benar, dari sana semua berubah!" sahut Eve.

"Yang Mulia Raja enggan mendatangi Miss Audrey yang begitu mencintainya bahkan mengusirnya dengan kejam!" lanjutnya berapi-api.

"Aku yakin perempuan itu menghasut Yang Mulia Raja dengan tubuh kurusnya itu!" sambar Elna berang.

"Sayang sekali ia Ratu, jadi kita tak bisa berbuat apa-apa," sahut Regina.

"Kata siapa?" sahut Audrey dengan senyum licik.

"Aku pastikan Yang Mulia Raja tersadar dari kesalahannya mencintai perempuan yang salah!" lanjutnya.

"Bagaimana caranya?" tanya yang lain penasaran.

"Aku akan membongkar kedok Raisa yang bodoh itu!" ujar Audrey penuh keyakinan.

"Kau benar, hanya membuka kedok perempuan yang berlaga jadi Ratu itu satu-satunya cara agar Raja keluar dari guna-guna!" sahut Renita ditanggapi anggukan semua rekannya.

"Pertama kali yang aku lakukan adalah. Tidak membiarkan Raja tidur bersama perempuan itu. Aku gunakan hakku sebagai kepala pelayan untuk menegur keras jika mereka melanggar protokoler istana!"

"Tapi yang kau lawan Raja, Madam!" peringat Elna.

"Jangan khawatir, yang aku tekan adalah Raisa, ratu bodoh itu!" sahut Audrey.

Henry mendengar semua umpatan dan rencana busuk untuk istrinya. Sungguh ia menyesal membawa Sonya ke istananya dulu.

"Aku pastikan menghukum pancung siapa saja yang menghina Ratu!" gumamnya dalam hati.

"Yang Mulia tolong jangan lakukan itu," pinta Raisa merasa iba pada semua pelayan yang kini diseret keluar menuju algojo.

Teriakan sebelas pelayan memekakkan telinga. Tak ada satupun yang bisa mencegah hukuman itu bahkan Raisa sendiri.

"Yang Mulia!" Raisa memohon.

"Maaf Yang Mulia Ratu, hukuman yang sudah keluar dari mulut Raja tak boleh ada yang melanggarnya!" sahut Sir Arnold kepala disiplin istana.

Akibat teriakan sepuluh pelayan. Baroness Imelda penasaran dengan apa yang terjadi. Ia melihat para pelayan yang akan diberi hukum pancung.

"Ibu, apa yang terjadi?" tanya putrinya.

"Ibu tidak tau Nak," jawab Imelda berbisik.

"Tapi sepertinya para pelayan itu melakukan pelanggaran berat hingga Raja menghukum pancung mereka,' lanjutnya.

"Apa? Kasihan sekali pelayan-pelayan itu?!' sahut Hilda iba.

"Apa tak ada pembelaan dari sepuluh pelayan malang itu?" lanjutnya.

"Diamlah! Kita dengar apa kata kepala disipliner!" tukas Imelda menyuruh putrinya diam.

"Atas nama Kerajaan Henry. Memutuskan menghukum pancung pada sepuluh pelayan dan satu kepala pelayan karena berani secara terang-terangan menghina Yang Mulia Ratu!"

"Bahkan berani mengatur Yang Mulia Raja!" lanjut Sir Arnold.

"Karena berani menghina dan bersuara keras di depan Yang Mulia Raja maka sebelas pelayan ini akan dihukum pancung sesuai dengan hukum yang berlaku!" pekik Sir Arnold. "Hukuman akan dilakukan tengah malam nanti!"

Sebelas pelayan dibungkus kepalanya dengan kain hitam. Mereka digiring ke penjara bawah tanah.

"Yang Mulia, Baroness Imelda dan putrinya Baroness Hilda dari kerajaan Harly datang!" lapor Viscount Lorry.

"Suruh mereka menunggu di ruang utama!" perintah Henry.

"Baik Yang Mulia!"

Imelda menarik putrinya dan berjalan cepat ke lobi istana. Imelda takut jika jalan-jalan mereka yang terlalu ingin tahu kemewahan istana yang mereka kunjungi.

"Yang Mulia Raja Henry dan Yang Mulia Ratu Raisa tiba!" pekik Kasim.

Semua berlaku siap dan menekuk kaki. Hilda terpesona melihat sang Raja Henry. Namun netranya sinis ketika menatap sosok cantik yang digandeng pria penguasa itu.

'Ck ... siapa perempuan itu!' decaknya dalam hati tak suka.

bersambung.

duh ... kamu spasa?

next?

1
Amy Lestari
eh eh maen kecup az
Sity Herfa
Suka suka pokoknya dgn ratu
fitriani
ternyata di kehidupan masa depan pun mereka tetap berjodoh
fitriani
adem bacanya cerita yg gini gak ada perebutan tahta
fitriani
kirain tadinya rossa jodohnya albert eh tawnya bukan🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤭🤭🤭
fitriani
semoga doa geisha yg dikabulkan kl dy gak akan kembali k tubuhnya krn gak akan ada keadilan bwt dy disana.... skr orang tuanya lebih sayang k laura yg notabene ponakan tapi jahat
fitriani
untung lea pelayan yg baik
fitriani
istri raja namont udah gila.... gila bgt sama tahta
fitriani
no way bwt bibit pelakor..... good job ratu👍👍👍👍👍
Siti Hadijah
Luar biasa
Yuli Yanti
suka thor sma cerita nya
fitriani
dahlah belle mundur aja udah.... gak akan mampu lu bersaing sama ratu yg jenius
fitriani
kmrn pas masih jadi org gila kaisar henry yg kasih perintah k org2 bwt obatin dy eh skr udah sembuh malah jadi pelakor🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
fitriani
makanya jgn sombong pas taw org lebih maju dr dy eh malah ngamooookkkk
fitriani
hadeh si jones lagi nyoba2 gali kuburan dy sendiri😏😏😏😏
fitriani
modar kowe hilda😏😏😏😏
fitriani
si hilda itu bibit pelakor oneng masa dy gak yaw wajah ratu malah tetap mengira ratu itu selir😏😏😏😏emang dy gak taw plakat turun temurun kl raja hanya boleh punya 1 iatri dan gak boleh punya selir
fitriani
ada y laki modelan si henry ini... istri diabaikan eh malah perhatian amat k pelakor😏😏😏😏😏
fitriani
pelakor lagi ngamooookkkkkk
fitriani
good job raisa jgn biarin henry semana2 sama kamu....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!