Janda Kembang Pilihan CEO Duda

Nama itu semakin membuat Edgar tidak tenang, sejak kemarin kunjungannya dirumah Dira.

Hal yang sangat mustahil untuk seorang Edgar Raymond, menaiki sepeda motor bersama orang lain demi tiba dirumah Dira dan menikmati hidangan dirumah sederhana itu dengan lahapnya.

''Ada yang bisa saya bantu, Tuan?'' tanya Jimmy setelah mendapat panggilan dari bosnya.

''Ada, dapatkan informasi tentang Ghadira Mentari, tim pemasaran, jangan ada yang tertinggal satu pun.'' perintah Edgar tanpa basa-basi.

''Baik Tuan, saya pastikan besok informasi itu sudah berada di tangan anda.'' balas Jimmy yakin.

''Oke, jadwal meeting hari ini jam berapa?'' tanya Edgar.

''Jam 2, Tuan.''

''Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu..'' suruh Edgar.

Jimmy meninggalkan ruangan bosnya dan kembali ke ruangannya sendiri

--

Edgar menerima data-data yang telah dikumpulkan oleh Jimmy untuknya.

''Kerja bagus, aku akan memahami data-data ini, kau lanjutkan pekerjaanmu, nanti ku hubungi jika memerlukan hal lain.'' ujar Edgar.

''Baik Tuan.''

Jimmy keluar dari ruangan Edgar setelah menyerahkan data-data yang ia dapatkan tentang Dira.

Menurut data-data tentang Dira yang Edgar baca, Dira hidup di kota ini hanya bersama dengan ibunya. Dira merupakan anak tunggal, sang ayah tidak tau ntah dimana keberadaannya, sejak lahir hingga saat ini belum pernah merasakan kasih sayang dari sosok ayah.

Jika selama ini teman-temannya selalu membanggakan sosok superhero di kehidupan mereka yaitu ayah dan ibu, Dira hanya bisa tersenyum kecut membayangkan takdirnya sendiri yang sangat menyedihkan.

Ia hanya dibesarkan oleh seorang ibu.

Tentang keluarga besarnya, Dira tidak banyak tau, ia hanya mengetahui jika dirinya memiliki kakek dan nenek yang hidup di kampung, pernah mengunjungi saat sang ibu masih ada.

Sejak kecil, sang ibu sudah membawanya merantau jauh dan meninggalkan kampung halaman.

Diperjalanan hidupnya, Dira si gadis kecil beranjak remaja, ia duduk di bangku SMA dan bertemu dengan seorang pria yang tidak lain adalah salah satu guru di sekolahnya.

Pendekatan itu terus terjalin sangat baik, Dira yang merindukan sosok ayah merasakan hadirnya pria itu bisa mengobati rindu karena kelembutannya.

Pria itu memperlakukan Dira dengan sangat manis, menjaganya dengan kasih sayang, hingga hubungan mereka terjalin tanpa hambatan.

Pada berjalannya waktu, pria bernama Nando tersebut berhenti menjadi seorang guru dan memilih bekerja pada perusahaan Raymond group.

Ibunya Dira sangat merestui hubungan mereka karena Nando selalu menunjukkan sikap peduli kepadanya dan juga Dira.

Waktu terus berlalu, Nando melamar Dira, tanpa ragu Dira pun menerimanya.

Dan beberapa bulan setelah acara lamaran, keduanya melangsungkan pernikahan.

Dan beberapa bulan setelah menikah, Dira ikut masuk ke salah satu cabang Raymond group.

Singkat cerita, baru beberapa bulan bekerja, Dira mendapatkan kabar buruk.

Kabar duka datang dari suaminya yang mengalami kecelakaan parah saat sebelumnya mengatakan akan kunjungan kerja ke luar kota.

Tanpa di duga, di dalam mobil suaminya ternyata ada seorang perempuan cantik, dan setelah mendapatkan informasi ternyata bukan dari Raymond group.

Dan lebih menyakitkan lagi adalah Dira baru mengetahui ternyata tidak adanya jadwal kunjungan untuk Nando pada hari itu.

Belum 40 hari paska meninggalnya Nando, Dira kembali harus dihadapkan dengan kenyataan yang pahit.

Orangtua Nando beserta keluarganya memutuskan persaudaraan dan mengambil seluruh aset milik Nando, termasuk mobil dan juga santunan kematian yang didapatkan.

Dira sempat memohon untuk tidak putus persaudaraan, ia tidak melarang jika mertuanya mengambil seluruh harta milik Nando.

Nyatanya, penolakan disertai makian yang ia dapatkan.

Selain kenyataan pahit atas pemutusan hubungan keluarga antara orangtua Nando dan Dira.

Seseorang bertubuh tinggi besar dengan perut buncit mendatangi kediaman Dira.

Ia menagih hutang atas nama Nando, pria itu juga menyertakan bukti-bukti yang kuat.

Jika Dira tidak mau membayar, ancamannya adalah Dira harus bersedia menjadi pemuas nafsunya.

Kalang kabut Dira yang masih berduka harus dihadapkan berbagai macam masalah, kenapa selama ini tidak ada yang mencurigakan dari sosok Nando dan juga keluarganya?

Kenapa semuanya baru nampak sekarang?

Apakah dirinya yang selama ini terlalu dibutakan oleh cinta?

Pada akhirnya, Dira memberanikan diri mengajukan peminjaman dana.

Namun, diluar dugaan, tuan besar Erick memanggilnya dan mempertanyakan secara langsung.

Tak ada yang Dira tutupi, ia menceritakan semuanya hingga akhirnya tuan Erick memberikan pinjaman dengan menyertakan surat pernyataan dari Dira.

Disaat ia sudah memastikan akan mendapatkan uang untuk membayar hutang suaminya kepada pria buncit itu.

Dira kembali seperti disambar petir di siang bolong.

Ia mendapati ibunya sudah terbujur kaku dilantai, ibunya ikut meninggalkannya sendiri karena memiliki riwayat sakit jantung.

''Kuat sekali dia menjalani kehidupannya, maaf aku sempat salah menilai.'' gumam Edgar.

Edgar tersenyum tipis setelah mengetahui informasi tentang Dira.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu.

''Hallo Pi..''

''Iya ada apa, Edgar?'' tanya papi yang masih berada dirumah.

''Apa motorku masih bisa digunakan Pi?''

''Bisa, selalu dirawat dengan baik.. ada apa?'' tanya papi.

''Tidak Pi, yaudah aku mau meeting.'' ujar Edgar lalu memutuskan sambungan telepon.

Sebelum ditunjuk untuk menggantikan tuan Erick, Edgar memang sudah diberitahu bahwa ada salah satu karyawan yang selama ini berinteraksi langsung dengannya terkait dengan hutang.

Namun, tuan Erick yang sebenarnya sudah mengetahui cerita keseluruhan tidak langsung memberitahukan kepada putranya.

--

''Besok Mami sama Papi mau kembali ke luar negeri, jadi kamu akan sendirian sayang, tidak ada yang menemani kamu di meja makan.'' ujar mami serasa belum rela.

''Tidak apa-apa Mi.'' jawab Edgar.

''Ayolah sayang, jangan terjebak dengan hati yang tidak tulus mencintaimu. Banyak sekali diluaran sana yang siap menjadi pendamping hidupmu.''

''Lebih baik Mami cepetan balik ke luar negeri deh.'' sungut Edgar kesal.

''EDGAR!''

''Mi, memang benar banyak yang mau sama Edgar, tapi, apa Mami yakin perempuan itu tulus bukan karena harta?''

Mami terdiam, seperti balik terjebak oleh perkataannya sendiri.

''Seandainya Edgar ketemu dengan perempuan, dan dia dari kalangan rakyat biasa, apakah Mami setuju?''

Edgar langsung terdiam, kenapa dengan mudahnya ia menanyakan hal itu. Dan dibenaknya pun muncul wajah Dira.

''Papi setuju.'' sahut papi yang baru keluar dari kamarnya, mendengar percakapan antara istri dan juga putranya.

Mendengar sebuah sahutan, mami dan Edgar menoleh.

''Masalalu untuk dijadikan pelajaran, Papi tidak akan pernah membeda-bedakan status sosial.'' papi mendekat kearah istri dan putranya.

''Kalau Mami gimana?'' tanya papi meminta pendapat.

''Kenapa harus minta pendapat sama Mami? sejak kapan Mami memilih-milih menantu? mau dia dari orang kaya, orang miskin.. asalkan dia benar-benar tulus sama putraku ini, Mami selalu mendukung.''

''Eh bentar-bentar, jangan-jangan kau lagi dekat sama seseorang ya?'' selidik mami dengan tatapan intens kepada Edgar.

Mendapatkan penyelidikan, Edgar langsung gelagapan sendiri.

''Ah enggak Mi, ngawur aja.. Edgar hanya tanya aja, kan kita tidak tau akan bertemu dengan siapa kedepannya.'' jawab Edgar.

Mami manggut-manggut setuju membuat Edgar bernafas lega. Sedangkan papi terlihat sedikit tersenyum disudut bibirnya.

''Sepertinya rencanaku berhasil..'' gumam papi dalam hati.