Citra adalah seorang gadis culun yang dijodohkan oleh kakeknya pada pria tampan dan kaya raya.
Dan dia juga sengaja menyembunyikan identitasnya pada semua keluarganya, tidak terkecuali pada suaminya sendiri.
Karena dia ingin melihat, apakah suaminya benar-benar mencintainya atau tidak.
Apakah Citra dan Rifki bisa bersama lagi? setelah Citra mengetahui kalau Rifki dan Syasi sudah punya anak.
Sedangkan Syasi adalah adik tirinya Citra sendiri.
Bagaimana kisahnya? yuk intip terus perjalanan kisah cinta antara Rifki dan Citra di Rahasia Menantu Culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riski iki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Menantu Culun Bab 12
Usai memberitahukan Robin bahwa dirinya tidak bisa ikut melihat proyek pembangunan Hotel yang berada di kota B, kemudian Citra kembali memasukkan ponselnya kedalam tas.
Lalu dia kembali bercermin untuk melihat penampilannya.
"Aku rasa sudah oke," ucap Citra pada dirinya sendiri.
Kemudian dia membalikkan badan, sambil memutar knop Pintu kamar mandi.
Namun belum sempat Pintu kamar mandi itu terbuka lebar, tiba-tiba seseorang datang dan memaksa untuk masuk.
Citra panik dan hendak berteriak minta tolong.
Namun usahanya itu hanya sia-sia belaka, karena Rifki tiba-tiba membekap mulutnya dengan sapu tangan yang sudah di campur obat bius.
Citra berontak, bahkan dirinya sampai memukul-mukul dada bidang Rifki, namun tenaganya tidak terlalu kuat karena tubuhnya terasa lemas bagaikan tak bertulang, dan seper sekian detik kemudian Citra pun akhirnya pingsan.
Setelah Citra pingsan, kemudian Rifki membopong tubuh Citra. Lalu dia membawa Citra keluar dari dalam Mall itu melalui pintu belakang.
****
Sedangkan Angga yang menunggu Citra di dalam Restoran Ia mulai merasa cemas, pasalnya sudah hampir Lima puluh lima menit Citra belum juga ada tanda-tanda menampakkan diri, dan makanan yang mereka pesan tadi juga sudah terasa dingin.
"Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan? apakah aku harus menyusulnya ke toilet," batin Angga sambil mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di atas meja.
Cukup lama Angga berkutat dengan pikirannya yang berkecamuk, hingga akhirnya dia memutuskan pergi ke toilet untuk menyusul Citra.
Sesampainya di toilet, Angga langsung masuk ke dalam toilet wanita yang kebetulan saat ini sedang tidak ada penghuninya satupun, lalu dia memeriksa satu persatu ruangan. Namun dia tidak menemukan Citra sama sekali.
Dengan perasaan tak menentu kemudian Angga merogoh kantong Jasnya dan mengeluarkan benda berbentuk pipih. Lalu dia men-dial nomor telepon Citra.
"Berdering, tapi tidak di angkat," batin Angga.
Kemudian dia kembali menghubungi Citra. Namun sama seperti tadi, ponsel Citra berdering tapi tidak di angkat.
"Apa mungkin Citra ada pekerjaan yang mendesak, hingga dia tega meninggalkan aku tanpa memberi kabar sama sekali?" ujar Angga merasa sedih lalu dia berjalan perlahan meninggalkan toilet wanita itu.
****
Sedangkan Syasi saat ini dirinya cukup kesal, karena Rifki sejak tadi tidak menampakkan batang hidungnya.
"Kemana sih dia, tadi katanya hanya sebentar. Tapi sudah hampir satu jam dia tidak datang menemui ku," ucap Syasi merasa dongkol, lalu dia merogoh tasnya. Lalu dia men-dial nomor telepon Rifki.
Tanpa butuh waktu lama, sambungan Ponselnya pun terhubung pada Suaminya Rifki.
"Hallo," ucap Rifki dari sebrang sana.
Syasi yang mendengar suara suaminya, kemudian dia langsung menghujaninya dengan begitu banyak pertanyaan.
Hingga membuat Rifki berdecak kesal, lalu dia mematikan sambungan Ponselnya.
"Hallo... Hallo...! Rifki... kamu dimana?" teriak Syasi. Tapi tidak ada sahutan sama sekali.
Hingga membuat Syasi merasa kesal, marah dan sedih bercampur aduk menjadi satu. Sebab, Rifki telah mematikan sambungan Ponselnya dan mungkin suaminya itu telah meninggalkan dirinya sendiri di Mall.
Namun tidak berselang beberapa menit, ponsel Syasi tiba-tiba berdering, yang ternyata itu adalah pesan dari Rifki.
"Maaf sayang, aku telah meninggalkanmu sendiri di Mall, sebab tadi Tomy menghubungi ku, karena ada urusan penting di kantor yang sangat mendesak. Sekali lagi maafkan aku sayang," jelas Rifki.
Syasi yang tadinya merasa kesal dan marah, seketika tersenyum kembali, saat mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan kalau saat ini dia berada di kantor.
"Baiklah, tidak masalah kamu meninggalkan ku sendiri di Mall ini mas, tapi jangan salahkan aku jika hari ini aku akan menghabiskan se...mu...a uangmu," batin Syasi kemudian dia kembali melanjutkan Shopping nya yang tertunda.
****
Sedangkan Rifki yang sudah berhasil membawa Citra ke mobil, kemudian dia membawanya ke apartemen miliknya.
Di Dalam Apartemen
Rifki pun membaringkan tubuh Citra di atas ranjang king size miliknya dengan lembut, lalu dia mengikat kedua tangan Citra ke sisi ranjang. Berharap kali ini Citra tidak bisa kabur lagi darinya
Usai mengikat Citra, kemudian Rifki masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sedangkan Citra yang berada di atas ranjang, perlahan ia mengerjap-erjapkan matanya sambil melihat ke sekeliling ruangan itu.
"Aku dimana," ucapnya yang hendak berdiri.
Namun alangkah terkejutnya Citra saat mendapati tangannya saat ini sedang di ikat di sisi ranjang.
Citra pun beberapa kali menghentakkan tangannya, berharap tali itu segera lepas. Namun sayang ikatan tali itu terlalu kuat hingga membuat tangan Citra memerah.
"Aduh sakit," pekik Citra karena terlalu kuat menghentakkan tangannya. Bahkan pergelangan tangannya sudah memar dan kulitnya sedikit mengelupas.
Dalam waktu yang bersamaan, Rifki pun keluar dari dalam kamar mandi, kemudian dia melirik ke atas ranjang yang ternyata saat ini Citra sudah sadar.
Dengan senyum mengembang, Rifki pun mendekat kearah Citra, lalu dia duduk di sisi ranjang.
Sedangkan Citra yang melihat Rifki, bola matanya langsung melotot, bahkan hampir keluar dari sarangnya.
"Kau," tunjuk Citra pada Rifki.
"Ya, aku. Apa kau sudah lupa padaku istriku," jawab Rifki dengan penuh tekanan di akhir kalimatnya.
Citra gelagapan kala mendengar Rifki menyebutnya sebagai istri. Namun dia berusaha terlihat tenang.
"Aku bukan istrimu, dan aku juga tidak mengenalmu sama sekali, jadi aku minta lepaskan aku se..ka..rang," ucap Citra dengan penuh tekanan.
Rifki melotot menyeramkan, kala mendengar pengakuan Citra yang tidak mengenalnya. Lalu dia mendekat ke arah Citra, kemudian Rifki menekan dagu Citra dengan sangat kencang.
Dengan penuh amarah, Rifki pun hendak melayangkan lima jarinya pada pipi mulus Citra. Namun hal itu dia urungkan karena menyadari satu hal, bahwa Citra yang sekarang bukanlah seperti Citra yang dulu dia kenal.
"Ah...!"
Rifki berteriak dengan sangat kencang, karena menahan amarah yang bergemuruh di dalam benaknya, lalu dia meninggalkan Citra sendiri di dalam kamar itu.
Gubrak....
Rifki membanting pintu kamar itu dengan sangat kencang. Lalu dia berjalan menuju kulkas dan mengambil sebotol minuman dingin, kemudian dia meneguknya sampai habis. Berharap setelah ini pikirannya kembali tenang.
Sedangkan di dalam kamar
Citra menangis sejadi-jadinya, meratapi kebodohannya sendiri. Namun sepersekian detik kemudian Citra mengusap air matanya dengan kasar.
"Aku tidak boleh menangis, aku harus kuat. Karena kalau sampai aku terlihat lemah di hadapan Rifki, dia akan kembali menginjak harga diriku seperti dulu," ucap Citra pada dirinya sendiri.
Rifki yang marasa sudah tenang, kemudian dia kembali masuk ke dalam kamar. Lalu dia mendekat ke arah Citra dan membuka tali yang melingkar di pergelangan tangan Citra.
"Maafkan aku, yang telah menyakiti hati dan perasaan mu," ucapnya kemudian.
Hai...hai.
Apakah Citra akan memaafkan Rifki?
Yuk...ikuti terus kelanjutan ceritanya. Dan jangan lupa like, komen. Jika kalian berkenan boleh kok memberikan Vote pada Author 😂😂😂
Sampai jumpa di bab selanjutnya 🖐️🖐️
aneh
hnya dlm novel perempuan itu bego dlm cinta.tp dlm nyata perempuan itu rooaarrr