Ini novel keduaku, sekuel dari aku bukan pembawa sial
Gilang, seorang pemuda masih duduk di bangku SMA menyukai seorang janda beranak tiga.
Ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Pertama kali mereka bertemu iwaktu yang tidak tepat.
Mampukah Gilang, meluluhkan hati seorang janda yang baru berpisah dengan suaminya? Mampukah ia meluluhkan tiga orang satpam janda itu??
Ataukah Gilang akan mundur??
Inilah kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abang kerumah gilang
Saat melihat ada seorang ibu-ibu yang sedang menjemur pakaian, Bik Inah datang menghampiri nya dan bertanya.
''Assalamualaikum Bu.. Permisi! Saya mau tanya dimana ya rumah Mbak Alisa ?''
Alisa yang mendengar ada seseorang yang sedang mencari dirinya pun berbalik.
''Ya.. dengan saya sendiri! Ada apa ya?''
Deg!
Bik Inah mengenal suara itu. Suara yang begitu familiar ditelinga nya dan saat melihat Alisa, Bik Inah pun sama kaget bahwa benar seperti dugaannya.
''Ya Allah Nak, Alisa...''
''Bik Inah...''
Alisa dan Bik Inah saling berpelukan melepas rindu. Mereka saling kenal dan bahkan sangat kenal.
Bik Inah menangis terharu ternyata Alisa yang dimaksud Gilang adalah Alisa anaknya Pak Yoga tetangganya Pak Oman.
''Udah lama banget ya kita nggak ketemu? Nak Alisa apa kabar? Kok bisa tinggal disini? Dan dimana Nak, Emil ? Apakah sedang bekerja?''
Deg!
Lagi dan lagi!
Alisa tergugu dia tidak bisa berbicara. Ia terdiam memikirkan kata kata apa yang tepat untuk disampaikan kepada Bik Inah karena sampai sekarang pun kedua orang tua Alisa belum ada yang tau tentang perpisahan mereka.
''Masuk aja dulu yuk Bik.. emm nanti Alisa ceritakan ya..'' sambil tersenyum Alisa mengajak Bik Inah masuk kedalam.
Bik Inah adalah adik kandung dari Pak Oman yang merantau ke kota Medan. Sampai sekarang beliau masih betah bekerja sebagai pembantu disana.
Alisa mengenalnya karena pada saat itu Bik Inah pernah pulang kerumah Pak Oman dan dari sanalah ia mengenal bik Inah.
Yang Alisa tau kalau Bik Inah bekerja sebagai pembantu dirumahnya orang terpandang. Alisa tak tau kalau sebenarnya Bik Inah bekerja dirumah Gilang.
''Ayo cerita! Mengapa kamu bisa ada di perumahan ini? Bukankah kamu tinggal ditempat Emil?''
Bik inah melihat keadaan rumah Alisa dan matanya tertuju pada ayunan bayi. Bik Inah mendatanginya dan ia sangat terkejut melihat ada bayi didalamnya.
''Anak siapa ini Lis? Jangan bilang?''
''Nggak seperti yang Bibik pikirkan. Itu anak Alisa dan Bang Emil...'' lirih Alisa pelan di ujung kalimatnya.
'' Hoo.. terus sekarang Emil nya mana? Kerja kah ?'' cecar bik Inah.
Alisa yang mendengar nya tak sanggup untuk menjawab. Ia hanya terdiam dengan pandangan mata sendu.
Ia berpikir jika ia bercerita sama saja dengan membuka luka lama walaupun belum sembuh tapi masih terasa. Dan jika tidak ia ceritakan akan menjadi masalah besar bagi nya. Alisa jadi serba salah.
Dengan berat hati ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Emil hingga mereka berpisah dan anak anak ikut dengan nya hanya garis besarnya saja tidak semuanya.
''Sekarang Bibik udah taukan?? Alisa mohon sama Bibik, tolong jangan katakan apapun pada Pak Oman ya?? Alisa nggak sanggup melihat Papa dan Mama menangis, itu akan menjadi sebuah musibah untuk Alisa, Bik..'' Ucapnya dengan airata yang sudah bercucuran.
Bik Inah termenung sesaat.
Begitu beratkah kehidupan Alisa disini hingga ia tak berniat sedikitpun memberitahukan kepada kedua orang tuanya?
''Apa yang kamu sembunyikan Alisa sampai Sampai Mama dan Papamu tak boleh tau tentang keadaan mu?''
Alisa terdiam mendengar pertanyaan Bik Inah. Ia bingung harus menjawab apa. Tak mungkin kan, ia bilang jika pernikahan mereka tak direstui oleh Papanya??
Alisa menghela nafasnya.
''Untuk sekarang nggak bisa Bik.. Nanti setelah Alisa sukses disini barulah Alisa kasi tau semuanya tanpa terkecuali..''
''Baiklah jika kamu tidak mau menceritakan nya tak apa. Tak masalah! Bibik maklum kok.''
Untuk sesaat hening. Mereka diam tanpa kata. Masing-masing larut dalam lamunannya.
Alisa yang tersadar ia mengingat kalau tadi sedang mencari dirinya ada apa? Apakah karena orang tuanya?
''Sebenarnya ada apa Bibik mencari Alisa?''
Bik Inah yang sedang melamun terkejut mendengar pertanyaan Alisa.
''Astagfirullah! hampir saja lupa! Gini loh.. majikan Bibik kan lagi sakit, ia sangat ingin makan masakan kamu Lis .. telur balado katanya. Buatan Mbak Alisa enak banget nggak ada tandingannya!''
Alisa terkejut, kapan ia memberikan majikan Bik Inah telur balado? Ada sih, hanya satu orang yaitu Gilang. Apa mungkin ?
''Maksud Bibik apa nih? Alisa nggak pernah lo memberikan majikan Bibik telur balado?''
''Ada.. katanya baru saja kemarin.. inI lagi demam makanya nggak bisa kemari-,''
''Tunggu dulu! apa yang Bibik maksud itu adalah Gilang??''
Mata Bik Inah membola dengan mulut yang menganga. la tak percaya jika Alisa yang dimaksud Gilang adalah Alisa yang duduk didepannya sekarang ini.
Bik Inah seakan tak percaya ia mengambil handphone Android punya Gilang dan membukanya menunjukkan kepada Alisa apakah benar Gilang itu yang dimaksud olehnya.
''Apakah ini orangnya Lis..?'' tunjuknya pada foto Gilang.
''Iya bener Bik! ini orangnya!''
''Jadi... Mbak Alisa yang dimaksud den Gilang itu kamu? Kok bisa sih ?! Dimana kamu berjumpa dengan Gilang? Sudah sejauh mana hubungan kalian selama ini ?'' cecar Bik Inah lagi.
Alisa yang mendengar pun jadi bingung bagaimana cara menjelaskan nya.
''Kalau begitu Bibik kerja dirumah orang tua Gilang?''
'' Ck! ayolah Lis..''
''Beneran Bik.. Alisa baru tau nya aja sekarang! Berarti anak kecil yang dulu pernah Bibik ceritakan itu adalah...''
Alisa membulatkan matanya seiring ingatannya pada saat bik Inah pulang kampung.
''Gilang! Gilang Bhaskara! Anak kecil yang minta ikut saat Bibik pulang kampung sekarang sudah tumbuh menjadi seorang pemuda yang sangat tampan! Tapi dibalik itu semua ia hanyalah anak kecil yang kekurangan kasih sayang.. hah!'' Buk Inah membuang nafasnya yang terasa berat.
Alisa tertegun ia mengingat bagaimana Gilang menangis saat dirumahnya.
''Terus mengapa Bibik datang kemari mencari Alisa. Apakah ini permintaan Gilang?''
''Bener Lis! Gilang menginginkan kamu memasak untuknya telur balado, karena itu yang sekarang diinginkannya.''
''Kalau sakit kan makan bubur Bik! bukan telur balado!'' ucapnya sembari terkekeh kecil.
''Untuk kali ini tolong Bibik ya Lis?
Bibik mohon.. Alisa mau memasakkan nya jika tidak Gilang tidak akan sembuh.. Bibik mohon Nak..'' pintanya dengan memelas.
Alisa yang melihat mata Bibik berkaca kaca menjadi tidak tega.
''Baiklah Bik ayo kita masak. Nggak hanya telur balado, tapi juga bubur serta ayam semur yang akan Alisa buatkan! Bibik bantu Alisa ya?''
Bibik hanya bengong saja hingga Alisa menepuk bahunya, ia tersadar.
''Tapi Bik.. Alisa nggak punya bahan-bahannya dirumah. Untuk sekarang, Alisa belum belanja karena sedang menunggu Lana pulang sekolah dulu.''
''Oh kalau begitu kamu saja yang belanja ke pasar, Bibik yang akan menjaga anakmu.''
''Tapi....''
''Udah sana! Nih uangnya! Jangan ditolak! ini permintaan den Gilang! Jadi kamu harus menuruti permintaan nya.''
Alisa menerima uang pemberian Gilang. Ia terkejut melihat uang yang ada ditangan nya itu sangat banyak hanya untuk belanja ke pasar.
''Bik.. Ini banyak sekali!'
''Udah, jngan dibantah! itu permintaan den Gilang.'
Alisa pasrah ia menyerah melawan pun tak bisa, semua ini karena Bibik. Ia melihat Bibik begitu menyayangi Gilang.
Alisa bergegas kepasar karena waktu sudah menunjukkan tengah hari ia harus cepat kasihan Gilang lama menunggu.
Setelah Alisa pergi, Lana yang baru saja pulang dari sekolah kaget melihat ada seorang nenek-nenek sedang memegangi ayunan adiknya.
''Assalamualaikum.. Mak...'' walaupun ia takut tetap melangkah masuk karena rasa penasaran nya.
''Waalaikum salam..'' Bik Inah menoleh dan tersenyum.
Lana terbengong, kira kira nenek ini siapa ya? pikirnya.
''Kamu pasti Lana! kenalkan! nenek ini adiknya Pak Oman yang tinggal dekat dengan rumah kakekmu.''
''Hoo.. Mak mana Nek ??''
''Mak mu sedang belanja ke pasar membeli bahan untuk memasak telur balado.'
Matanya berbinar mendengar telur balado namun tiba-tiba saja mata itu meredup karena mengingat Gilang yang tak kunjung datang padahal janjinya pagi ini ia akan datang kerumahnya sebelum ia berangkat ke sekolah.
Lana melamun.
Bibik memperhatikan setiap tingkah Lana. Ia heran, kenapa dengan anak ini?
''Ya sudah, Lana masuk dulu ya Nek..'' Lana masuk kedalam kamar dengan wajah tak bersemangat.
Sesaat kemudian Alisa pulang bersamaan dengan Ira juga baru pulang dari sekolah.
Mereka masuk dan memulai memasak untuk Gilang. Ira heran siapa nenek ini??
Sebelum memasak mereka terlebih dahulu melaksanakan sholat dhuhur. Setelah nya barulah mereka mengeksekusi bahan bahan masakan dibantu Bik Inah dan juga Ira. Sedang Lana menjaga adiknya yang masih bayi.
Mereka memasak bersama sambil tertawa tawa. Ira heran, untuk siapa makanan sebanyak itu.
''Terimakasih ya Lis, kamu sudah mau memasakkan makanan keinginan Gilang. Gilang pasti sangat senang!'' imbuh nya, dengan wajah berbinar.
''Sama sama Bik.. Oh iya, makanan ini Bibik simpan di lemari es ya, biar awet jadi kapanpun Gilang menginginkan nya Bibik hanya tinggal memanaskan saja.''
''Oke! Bibik pulang dulu ya.. makasih atas semuanya!''
''Sama sama Bik! kayak yang sama siapa aja!''
Lana jadi penasaran dengan Bibik yang menyebut nama Gilang. Ketika Buk Inah keluar, ia mencegatnya.
''Tunggu Nek! Apakah Om Gilang yang Nenek maksud, Om Gilang Bhaskara?''
Bik Inah terkejut dan melihat Alisa.
'' Ya, Gilang Bhaskara adalah majikan Nenek ditempat Nenek bekerja dan juga ia orang yang sama datang kesini kemarin siang!''
Lana jadi berbinar saat mendengar nama Gilang.
''Terus, Om Gilangnya mana Nek?? Apakah ia takut ketemu Abang ya.. Karena dia kan ada janji dengan Abang?''
''Abang!'' seru Alisa.
Bibik tersenyum.
''Iya, den Gilang sedang demam sekarang. Makanya Nenek kemari untuk meminta Mak mu memasakkan telur balado keinginan den Gilang!''
Matanya tambah berbinar tatkala mendengar Gilang ingin makan telur balado membuat ide cemerlang nya timbul.
''Boleh nggak kalau Abang ikut?''
Alisa diam.
''Bolehkan Mak, Abang ikut? Abang hanya ingin menjenguk nya.. boleh ya Mak?''
''Nggak boleh Bang! nanti Sama siapa Abang pulang? Om Gilang nya kan lagi sakit? siapa nanti yang akan mengantarkan Abang ?''
Lana yang tadinya ceria tiba tiba menjadi sedih. Bik Inah terus melihat. ia terus memperhatikan tingkah Lana yang menurut nya sangat ingin bertemu Gilang.
''Ya sudah, Bibik pulang dulu ya? Sekali lagi terimakasih ya Lis?''
''Sama sama Bik??''
Bibik keluar dari rumah Alisa. Alisa yang melihat Lana wajahnya berubah menjadi suram menjadi tidak tega.
Ia bergegas keluar memanggil Bik Inah. Untung saja taksi pesanannya masih berdiri disana dengan Bik Inah baru saja ingin membuka pintu.
Alisa berbicara sebentar, kemudian ia berlari kedalam rumah memanggil Lana untuk segera bersiap.
Lana pun heran ada apa dengan Mak nya? Tapi semua itu terjawab saat Alisa mengatakan kalau ia di izinkan kerumah Gilang dengan Ira yang akan bersamanya.
''Ayo Bang bersiap! Kakak juga Bik Inah sudah menunggu diluar!''
''Kemana Mak?''
''Kerumah Om Gilang!''
''Yeeeee asiiiik ketemu Om Gilang! uhuyyyyy...'' Alisa yang melihatnya jadi tertawa begitu juga dengan Ira.
Mereka bersiap akan naik taksi untuk menuju rumah Gilang.
''Bik, titip anak-anakku ya? Bilang sama Gilang, dia harus tanggung jawab jika sesuatu terjadi kepada mereka berdua. Ini uang untuk bayar taksi ketika pulang nanti,'' ucapnya seraya memberikan uang kepada Ira uang lebih dari Gilang tadi.
''Iya Lis.. kamu tenang aja ya!''
''Mak, Abang mau kerumah Om Gilang kan?Apa Mak nggak ikut kita?''
Alisa tersenyum.
''Nggak Nak, kalian saja ya? jangan nakal ya? nurut sama perintah Nenek! Ira jaga adikmu!''
''Iya Mak..''
Mereka pun pergi meninggalkan Alisa yang berdiri termangu disana sendirian.
Satu jam kemudian sampailah mereka dirumah Gilang. Lana yang melihat rumah Gilang hanya terbengong bengong , Ira pun sama mereka sangat takjub melihat rumah Gilang, itu baru depan nya saja.
Bik Inah menyuruh mereka berdua tunggu diruang tamu karena Bibik akan menyiapkan piring dan juga sendok untuk Gilang.
Sesaat kemudian Bik Inah memanggil mereka untuk naik keatas dimana kamar Gilang berada.
Lana yang tak pernah melihat ruang yang begitu mewah dengan pilar dimana mana membuat ia bergumam.
'' Jadi Om Gilang anaknya raja ya? pantas saja motor balabnya kereeeeennnn..'' celutuk ya dengan bibir tersenyum. Ira yang mendengar juga ikut tersenyum.
Mereka tiba di pintu kamar Gilang Bik Inah mengetuknya.
''Den Gilang bibik masuk ya?''
''Iya Bik.. masuk aja! pintunya nggak dikunci kok..'' sahut Gilang dengan suara pelan.
Lana yang mendengar jadi ikut sedih ia membuka pintu dan mengucapkan salam.
''Assalamualaikum, Om Gilang!!''
Deg
Deg
''A-abang?!''
💕
Noh Abang udah datang tuh..
TBC