Birgitta, nama gadis yang kerap disapa dengan Bita. Gadis ceria yang tidak pernah bergantung pada siapapun, dan selalu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan baik. Hidupnya hanya sebatang kara, tanpa memiliki sanak keluarga di mana pun.
Kehidupannya yang dulu warna-warni kini terjebak dalam kehidupan hitam-putih seorang pria yang mengikatnya dalam pernikahan yang disengaja.
Alhambra Zeroun, pria itu menarik Bita untuk duduk di pelaminan, dan memaksa gadis itu menjadi istrinya hanya untuk menghindari pernikahannya yang hampir saja terjadi dengan gadis lain pilihan orang tuanya.
Tidak memperdulikan tatapan tajam dari semua orang disana karena kelakuan gilanya, yang penting ia terbebas dari desakan orang tuanya yang terus memintanya untuk menikah.
Akankah Bita bisa menerima Alze menjadi suami dadakannya? Lalu bagaimana pernikahan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WaterBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nikah?
Bita berjalan tergesa-gesa sambil berkomat-kamit menyebutkan satu persatu nama hewan . Entah karena efek datang bulannya atau memang hormonnya lagi jelek membuat semua didepan matanya selalu salah termasuk Alze,Pria menyebalkan itu.
Bita melewati lorong kampus menuju perpustakaan. Tetapi,ia menangkap ada suara yang menggosip namanya sepanjang lorong sambil melirik sinis kearahnya.
"hei!" sorak seseorang dari belakang sambil mencengkram bahu Bita. Dengan segera Bita langsung memelintir tangan gadis itu hingga ia meringis kesakitan. "apa mau Lo hah? kalau mau ngomongin gue. Sekarang didepan mata gue! jangan berani dibelakang,dasar pengecut!" cercanya kesal. Karena aksinya itu,banyak pasang mata yang menyaksikan mereka berdebat.
"sialan Lo." kesal gadis itu meninggalkan Bita yang masih menatapnya tajam. Tetapi,langkah gadis itu berhenti dan menoleh kearahnya. "Lo nggak sadar diri yaa,jauhi Alze. Jangan mentang-mentang Lo dekat dengan Alze bisa memakai seenaknya barang miliknya." sentaknya.
Bita menyerngit bingung mencerna maksud gadis itu. Namun,ia menyadari sesuatu jaket yang dikenakannya saat ini. Pantas saja,dari tadi banyak pasang mata yang menatapnya tidak suka disebabkan karena jaket yang dikenakannya saat ini.
Sial,kenapa Alze nggak ngomong sih?!. Batinnya kesal,ia sendiri merutuki kebodohannya memakai barang milik orang lain. Entah kenapa jaket milik Alze itu terasa nyaman,makanya tanpa sadar ia terus memakainya.
Bita tertawa pelan,lalu menghampiri gadis sombong didepannya itu. "maaf yaa,ini jaket pemiliknya sendiri yang memberikannya ini ke gue. Jadi Lo semua nggak berhak nuduh gue sembarangan." ucapnya penuh tekanan.
"alah, bohong. Gue yakin,Lo ngasih pelet sama future husband kami." seru yang lain. Bita tersenyum sinis,segitu fanatiknya mereka terhadap Alze. Apa mereka sudah gila?
ckckckck,Al Lo kayaknya cocok deh jadi tukang cuci otak. Masalahnya nih yaa,semuanya pada nggak benar nih logikanya kalau bersangkutan dengan Lo. gumamnya pelan.
"terserah kalian,percaya atau tidak. Itu bukan urusan gue. Dengarin yaa,gue sama Alze nggak ada hubungan apa-apa. Tanya sama dia kalau nggak percaya,kalau memang nggak suka gue silahkan bilang! punya mulut kan? untuk apa tuhan menciptakan mulut kalau kalian nggak makai tuh mulut dengan baik?!" seru Bita menatap satu persatu mahasiswa yang mengelilingi mereka saat ini.
"Lo udah gede,masih juga demen sama pembulian. Sadar guys...sadar. Kalian nggak anak-anak lagi doo yang suka buli sana sini. Kalian pikir hebat kayak gitu??"
"gue ingatin sekali lagi,gue nggak ada hubungannya dengan Alze kesayangan kalian tuh dan jangan sesekali kalian menjelekkan nama gue sebagai batang kara. Kalian pikir enak julukan itu hah?"
"kalian enak,pulang ada yang nyambut kedatangan kalian. Lah gue? mau pulang aja harus kerja dulu untuk ngisi perut gue,tinggal sendiri,nggak ada yang nyambut."
"kalian tuh egois,pandai menghakimi orang tapi diri sendiri nggak sadar. Sial,kan jadi curhat pula gue. Dahlah,malas ngomong sama kalian." gerutunya kesal pergi keluar dari kerumunan yang habis ia ceramahi mendadak.
Bita menghentak-hentakkan kakinya menuju halte bus. Lebih baik ia pulang daripada harus meladeni orang-orang di kampusnya. "yok,bisa Bit...bisaa. Jangan dimasukkan kedalam hati,kasian hatinya nanggung beban semua." lirihnya sambil mengelus dadanya.
"Bitaaa!!"
"uh,sial siapa lagi tuh?? nggak bisa kah gue tenang sehari??" gerutunya kesal menoleh kearah sumber suara yang meneriaki namanya itu. Mata Bita memandang malas kearah Anggi yang berlari kecil kearahnya. "Lo mau kemana Bit?" tanya Anggi saat sudah didepan Bita.
"nggak nampak Lo gue duduk dihalte nih ngapain? ya mau pulanglah." ketusnya.
"ya santailah woi hehehe,Bit boleh tolongin gue nggak?"
"nggak." jawab Bita langsung. Anggi merengek lalu menatap Bita dengan memohon. "pliis Bit,bantuin gue."
Bita menghela napas kasar, "kenapa Lo minta bantuan gue? kenapa nggak cari yang lain sih?"
"ya karna hanya lo yang bisa bantu gue." seru Anggi tersenyum lebar.
***
Sam mengikuti sang kakak pergi ke suatu tempat setelah membeli rokok diwarung. "ya ampun kak,Lo masih ngerokok yaa?? nggak ada berubah tuh anak." gerutunya pelan melanjutkan kegiatan paparazinya.
Alze sadar ada seseorang yang mengikutinya,tetapi ia tidak peduli dan membiarkan adiknya mengikuti kemanapun ia ingin pergi. Sampai motornya berhenti di tempat yang bisa melihat seluruh kota tempat tinggalnya dan duduk disalah satu kayu disana.
"keluar Lo Sam!" serunya membuat orang yang bersembunyi dibalik semak terkejut. Seperti sudah tertangkap basah oleh sang kakak. Dengan perlahan Sam keluar dan berjalan mendekati Alze.
"Lo udah nyadar yaa?"
"Hm."
"ngapain Lo kesini kak?"
"mau berak,ya mau duduklah!" ketus Alze menatap kesal kearah Sam. Sam tergelak pelan lalu duduk disamping Alze.
"kali ini siapa lagi ceweknya kak?"
"entah,gue nggak mau nemuin."
"emang nggak cantik tuh cewek?"
Alze menatap sekilas kearah Sam,lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto gadis yang baru saja dikirim Haura. Sam tercengang melihat foto gadis itu,sangat cantik menurutnya.
"njiir cantik kak,ngapa nggak buat gue aja?" serunya terus menatap foto gadis itu. Alze memutar bola matanya jengah sambil mengisap rokoknya.
"ternyata kalian disini yaa." seru seseorang berlari kecil kearah mereka. Alze terkejut langsung menginjak puntung rokoknya dan membuangnya asal. Sam tersenyum tipis memandang komplotan ghibahnya datang membawa kantong kresek ditangannya.
"Lo kok bisa disini??" tanya Alze menatap heran kearah adiknya. Azza tersenyum senang sambil menunjukkan ponsel ditangannya. "ada deh." serunya lalu melempar kantong kresek kearah Sam.
"thanks." seru Sam merogoh kantong kresek itu,sedangkan Alze menatap curiga kearah kedua adiknya. "gue mencium bau-bau mencurigakan disini."
"perasaan Lo aja kali kak,nah minum ini." seru Azza sambil menyodorkan minuman kaleng pada Alze. "jangan merokok trus kak,tercium aroma asap dari mulut Lo." ucap Azza menepuk pelan pundak Alze.
"gue curiga Lo datang kesini,mata-matain gue ya?" tanya Alze menatap kearah mereka berdua.
"idih,kepedean amat Lo kak. Nggak yaa,gue disini mau menghirup udara segar. Cantik juga pemandangan kota dari sini,keliatan semua." elak Azza menikmati udara sore yang menerpa wajahnya. Semua ini memang disengaja oleh Sam dan Azza untuk menemani kakak pertama mereka yang malang.
"Lo nggak pulang tadi Za? ntar mama khawatir." oceh Alze melihat baju seragam adiknya masih dikenakan oleh gadis itu,sedangkan Sam hanya diam mendengarkan mereka.
"nih biar mama nggak khawatir dengan gue,sini dulu." ajak Azza menarik tangan Alze mendekat,begitu juga dengan Sam. Ia mengeluarkan ponselnya dan memotret selfie.
Cekrek.
"dah kirim ke mama, selesai deh."
"eh bocah,nggak ada sopan santun banget Lo jadi anak. Masa cuma ngirim foto doang tanpa penjelasan??" seru Sam.
"mama pasti tau kok maksud dari fotonya,aku kan udah ada pawang disini."
"terserah Lo lah." ucap Sam pasrah,lalu melirik kearah Alze. "kak,berarti gadis itu nggak jadi dong ketemu sama Lo kan sekarang? berarti gagal lagi perjodohan Lo."
"nggak." jawab Alze menghela napas kasar membuat kedua adiknya saling menatap bingung.
"kenapa?"
"ish,bukannya batal tapi langsung dinikahin. Dan kalian tau pernikahannya dua Minggu lagi!"
Byuuur.
"uhuk...uhuk..." Sam dan Azza tersedak mendengar pengakuan sang kakak, sebenarnya mereka juga bingung mengapa kakaknya terus dipaksa menikah tetapi mereka juga tidak ingin ikut campur terlalu dalam permasalahan Alze,biasalah cari aman.
"anjiir mending lo kabur aja lagi kak,biar batal tuh nikah."
kalo bahasa Indonesia yg saya tahu itu mengernyit