Suamiku Arogan

Beberapa hari pun berlalu, namun sikap Bryan kepada istrinya semakin menjadi. Ia terus saja membuat Aya merasakan kekesalan terhadap dirinya. Bukan hanya di kantor,di rumah utama pun saat berada di kamarnya Ia selalu saja mengerjai istrinya itu.

Seperti saat ini misalnya,

Sepulang dari kantornya, Bryan langsung menuju kamarnya. Ia menatap ke sekeliling kamarnya apakah istri jeleknya itu ada di sana.

Bryan menghela nafasnya lega karena tidak mendapati Aya. Seharian ini di kantornya Bryan terus saja bersikap dingin dan acuh terhadap Aya.

Bahkan di depan karyawan lain, Bryan telah memarahinya dengan membentaknya hanya karena terlambat beberapa menit dari jam makan siangnya.

Bisa di bayangkan bagaimana perasaan Aya saat itu. Pasti Aya merasa malu di marahi di depan karyawan lain.

Tapi tunggu, Aya tidak selemah dulu, karena saat ini ia telah menyusun rencana untuk membalas Bryan.

Kali ini Aya tidak ingin dirinya terus diinjak-injak oleh pria yang sangat di bencinya itu. Dan sayangnya pria itu kini adalah suaminya.

Aya tengah sibuk di dapur membuat pizza yang begitu enak. Dengan senyum jahatnya Aya memasukkan sesuatu ke dalam adonan pizza nya.

Setelah beberapa saat pizza buatannya pun sudah jadi. Lalu Ia meletakkannya di atas piring dan tidak lupa membuat satu gelas susu coklat hangat.

"Aku yakin ini pasti akan berhasil," ucap Aya yakin. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini.

Aya pun membawa pizza buatannya dan satu gelas susu coklat hangat itu ke kamar.

Sampai di kamar Aya tidak melihat Bryan di sana. Tapi Ia melihat sepatu kerja Bryan yang sudah berada di tempatnya. Iapun yakin bahwa suaminya itu sudah pulang.

"Mungkin Ia sedang berada di bathroom. Lebih baik Aku meletakkannya saja di sini," ucapnya tersenyum penuh arti. Lalu Aya pun segera keluar dari kamarnya.

Beberapa saat kemudian, Bryan keluar dari bathroom setelah membersihkan dirinya. Lalu Ia mengambil pakaiannya dan memakaikannya.

Namun Bryan merasa hidungnya mencium bau yang membuat perutnya meronta ingin segera di isi. Pandangan matanya teralihkan pada makanan yang terletak di atas nakas.

Dengan cepat iapun mendekat ke arah makanan tersebut.

"Ada pizza dan susu coklat hangat?. Apa ini milik gadis jelek itu?." Ucap Bryan seraya mengelus dagunya.

Lalu senyum seringai pun terbit dari bibirnya.

Bryan segera menyambar pizza itu dan memakannya.

"Pizza ini enak sekali," gumamnya di sela makanya. Lalu Ia kembali melahap potongan lainnya hingga tandas.

Satu gelas susu coklat hangat pun mengaliri tenggorokannya yang hampir penuh dengan kunyahan pizza dari mulutnya dan kembali meletakkan gelas kosong itu kembali ke atas nakas.

Sungguh Bryan merasa perutnya sangat kenyang saat ini. Dengan senyumnya Bryan pun duduk di atas ranjang dengan menyelonjorkan kakinya dan membayangkan Aya akan marah padanya karena sudah menghabiskan makanannya.

Saat itu juga Aya pun memasuki kamar tersebut. Matanya mengarah pada pizza dan satu gelas susu coklat hangat yang hanya tinggal tempatnya saja.

Dalam hatinya Ia bersorak kegirangan, namun berbeda dengan ekspresi wajahnya.

Aya berpura-pura marah saat melihat makanannya menghilang.

"Kemana pizza milikku?!," Ucapnya berpura-pura marah.

Lalu pandangannya beralih pada suaminya yang kini tengah tersenyum menatapnya.

"Kenapa Kau menatap ku?!," Tanya Bryan penuh seringai.

"Kau kan yang memakan makanan milikku?!."

"Kalau iya kenapa?!, Kau mau Apa huh?!," Ucap Bryan menantang.

"Kau sungguh keterlaluan Bryan!. Aku akan menyumpahi mu!. Semalaman penuh Kau akan terus buang air karena sudah mengambil makanan orang lain tanpa izin!," Ucapnya ketus.

Lalu Aya pun segera membaringkan tubuhnya di sofa dan membelakangi Bryan yang terlihat tersenyum menyeringai saat ini.

Bryan tidak tahu saat ini Aya tengah tertawa kecil dan sangat senang bisa mengerjai suami arogannya itu.

Waktu terus berjalan, Aya menunggu obat itu bekerja. Namun dari tadi Ia menunggu, Bryan masih terlihat asyik dengan ponselnya.

Hingga tanpa sadar pun matanya mulai terpejam dan menuju ke alam mimpinya.

Sementara itu Bryan yang tengah asik bermain ponsel, tiba-tiba saja merasakan perutnya sakit dan ingin buang air.

Dengan cepat Bryan berlari menuju bathroom dan segera menuntaskan hajatnya.

Bryan keluar setelah perutnya terasa begitu lega. Namun baru beberapa langkah saja, perutnya kembali sakit. Alhasil iapun kembali ke dalam bathroom. Dan begitulah semalam yang Bryan lakukan. Ia benar-benar bolak-balik ke toilet seperti yang Aya katakan tadi.

"Sialan!, kenapa ucapan gadis jelek itu benar-benar terjadi?!. Atau jangan-jangan dia memang sengaja ingin membalas ku?!." Ucapnya dengan lemas. Karena Bryan sudah lebih dari 10 kali bolak-balik ke toilet.

***

Keesokan harinya

Aya terbangun dari tidur malamnya. Lalu Ia menoleh ke arah ranjang Bryan.

Ia melihat Bryan yang masih tertidur pulas di sana.

"Apakah obatnya semalam benar-benar bekerja?," Tanyanya pada dirinya sendiri. Lalu Ia segera beranjak untuk mempersiapkan bajunya dan Bryan untuk ke kantor nanti.

Setelah Aya sudah bersiap dengan baju kerja, Ia kembali menoleh ke arah Bryan.

"Bukankah pagi ini seharusnya ada meeting pagi?. Tapi kenapa dia malah belum bangun?!." Ucapnya seraya melihat jam tangannya.

Aya pun akhirnya menoel-noel kaki Bryan untuk membangunkannya.

"Bryan...,Bry... Apakah kau tidak ingin ke kantor?, Sekarang sudah jam tujuh lebih. Bukankah pagi ini kau ada meeting penting?." Ucapnya kembali.

"Kau handle semuanya, Aku sangat mengantuk sekali. Gadis jelek itu sudah mengerjai ku semalaman," ucap Bryan antara sadar dan tidak sadar.

Aya terkejut mendengar penuturan Bryan, sebuah senyum kemenangan tersungging di bibirnya.

Namun senyum itu luntur seketika saat mengingat meeting penting pagi ini. Ini pasti akan berdampak terhadap perusahaan. Karena CEO nya masih tidur akibat ulahnya semalam.

"Bagaimana ini?," Ucap Aya bingung.

Lalu Ia segera menelepon sekertaris Bryan untuk membatalkan meeting pagi ini. Tapi Aya kembali mengurungkan niatnya.

Mana mungkin sekretaris Bryan akan menuruti perintah darinya?. Secara tidak ada yang tahu bahwa dirinya adalah istri Bryan.

Kalaupun Aya mengatakan bahwa dia mendapat perintah langsung dari Bryan. Pasti juga tidak akan ada yang percaya.

Aya bingung harus bagaimana, seandainya sahabatnya Adrian tidak menghilang tiba-tiba, pasti Ia akan meminta sebuah solusi kepadanya. Namun sudah satu Minggu Adrian tidak terlihat batang hidungnya.

Aya terus berpikir, dan sebuah ide pun muncul dalam otaknya.

Aya segera mencari keberadaan ponsel Bryan. Dan akhirnya Aya dapat menemukannya. Aya pun mencoba membuka sandi ponsel Bryan. Namun sudah beberapa kali Ia gagal.

Lalu Aya tiba-tiba terfikir kan oleh seseorang. Aya mencoba mengetikkan angka kelahiran dan bulan seseorang itu. Dan alhasil ponsel Bryan dapat terbuka.

Aya mulai mencari nama sekertaris Bryan.

Aya pun mengetikkan perintah untuk membatalkan meeting pagi ini kepada sekertaris Bryan.

Aya menghembuskan nafasnya lega saat sudah mengirimkan pesan tersebut.

***