Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAAF, AKU SALAH
"Hari ini adalah hari terakhir kalian mengikuti MPLK. Besok kita akan pergi berkemah. Ingat, persiapkan diri kalian. Barang barang yang perlu dibawa sudah diberi tahu tadi. Aku harap kalian semua mendengarkan dengan jelas," ucap Anthony di depan semua peserta.
Setelah pengumuman itu, suasana aula menjadi sedikit riuh karena mereka membicarakan tentang perkemahan.
"Wil, aku takut. Apa sebaiknya aku tidak ikut saja ya?" tanya Viera.
"Apa yang kamu takutkan?"
"Aku tidak pernah menginap seperti itu dan aku juga sepertinya tidak bisa meninggalkan mamaku sendiri."
"Aku akan menjagamu, tenang saja," William mengusap lengan Viera, "dan mengenai mamamu, Aku akan meminta Bi Lia untuk menemani Mamamu di rumah, bagaimana?"
"Benarkah?"
"Tenanglah, aku tidak akan meninggalkanmu," ucap William.
"Baiklah, aku akan ikut asal kamu berjanji."
"Aku berjanji. Besok pagi, aku jemput kamu ya. Sekalian aku mengantar Bi Lia ke rumahmu," Viera menganggukkan kepalanya.
Kimberly sendiri sedang mencatat barang barang yang harus ia bawa besok. Tadi saat pengumuman, ia sedang pergi ke toilet, jadi sedikit ketinggalan.
"Wil, thanks ya! Ini catatanmu," Kimberly menyerahkan buku milik William.
"Kamu besok ikut denganku saja, Kim. Jadi kamu tidak perlu membangunkan Om Alan untuk mengantarmu," ajak William.
"Aku boleh ikut?" ucap Kimberly dengan wajah senang.
"Tentu saja, biasa bukannya emang suka nebeng," goda William.
Kimberly tertawa, "Tapi aku jangan ditinggal lagi ya. Nanti aku telepon Uncle sama Aunty, supaya kamu dibeliin kacamata yang setebal kaca pembesar."
"Berani kamu, huh?!" William memiting kepala Kimberly, dan menjitaknya.
Viera yang melihat William bercanda dengan Kimberly dan mengacuhkannya, akhirnya akan pergi meninggalkan mereka. Tapi tangan William meraih tangan Viera dan menahannya.
*****
Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Kimberly sudah siap dengan tas ransel miliknya. Ia juga memakai jaket, karena seperti yang ia ketahui, tempat yang mereka tuju memiliki suhu yang cukup rendah.
Ponselnya berbunyi, terlihat nama William tertera di sana.
"Iya, aku turun," jawab Kimberly, setelah itu ia mematikan ponselnya.
Sampai di lantai bawah, Megan telah menyiapkan makan pagi untuknya dalam sebuah kotak makan.
"Sayang, kamu bawa ini ya. Mami membuatnya dengan penuh cinta loh," ucap Megan.
"Ahhh, hatiku jadi berdetak tak karuan," ucap Kimberly sambil tertawa.
Megan memberikan kotak makan tersebut, kemudian Kimberly memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya. Ia berpikir akan berbagi makanan tersebut dengan William. William pasti belum makan, pikirnya.
"Aku pergi dulu ya, Mi," Kimberly mengecup pipi Megan, "Titip cium untuk Papi."
"Baiklah, hati hati, sayang."
Kimberly segera melangkahkan kakinya keluar. Di dalam mobil sudah ada Bi Lia yang duduk di kursi belakang. Kimberly pun segera duduk di kursi depan sebelah kemudi.
"Bi Lia ikut?" tanya Kimberly heran.
"Tentu saja tidak! Aku mengajak Bi Lia karena aku memintanya untuk menjaga Mama Viera, Tante Sarah. Viera tidak mau ikut jika harus meninggalkan Mamanya sendirian."
"Sebegitu khawatirnya kah dirimu?" batin Kimberly.
Kimberly menatap ke luar jendela selama perjalanan. Suasana pagi membuat jalanan terasa begitu lengang dan kosong. Tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Viera.
William turun bersama Bi Lia. William berbicara sebentar dengan Bi Lia, kemudian ia mengetuk pintu. Tak lama terlihat Viera keluar. Ia menggunakan sweater rajutan yang dipadukan dengan celana jeans, juga rambut terurai yang ditutupi kupluk rajutan. Sangat cantik.
Ketika Viera ingin naik di kursi depan, ia bisa melihat ada Kimberly yang duduk di sana. Akhirnya dengan berat hati ia membuka pintu belakang dan duduk di sana. Sementara Kimberly tak ingin beranjak dari kursinya.
"Kalian sudah siap? Ayo kita berangkat!" ucap William.
Sesekali William menoleh ke spion tengah, memperhatikan Viera yang sangat cantik dan menawan. Ketika mata mereka beradu, William tersenyum padanya.
William memarkirkan mobilnya di lokasi biasanya. Ia belum berani memarkirkan mobilnya di area universitas karena memang belum diperbolehkan. William membukakan pintu untuk Viera, sementara Kimberly membuka pintunya sendiri. Tak hanya itu, William bahkan membawakan tas ransel milik Viera.
Mereka berjalan perlahan menuju ke kampus. Seperti biasanya, Kimberly hanya bisa berjalan di belakang William dan Viera, dan melihat mereka tersenyum dan tertawa satu sama lain.
*****
Para peserta masuk ke dalam bus yang telah disiapkan oleh panitia. Viera dengan cepat langsung meraih lengan William dan duduk bersebelahan dengannya.
Kimberly pergi ke toilet terlebih dahulu karena ia tak mau harus buang air kecil di perjalanan. Ia langsung buru buru menuju bus setelah selesai. Untung saja masih ada bus terakhir yang belum berangkat.
Dengan nafas terengah-engah, Kimberly mendekati bus kemudian masuk ke dalamnya.
"Ya Tuhan, sepertinya aku salah," Kimberly langsung menundukkan wajahnya.
Bus kecil tersebut ternyata diisi oleh para panitia yang tidak ikut dengan 4 bus besar lainnya. Mereka yang ada di bus kecil membawa beberapa peralatan kemah dan juga makanan.
"Maaf, aku salah," ucap Kimberly yang ingin melangkah turun.
"Ayo masuk, apa kamu tidak ingin ikut?" tanya Hanna.
"Kak Hanna ..."
"Kamu duduk di paling depan sana, karena di sini penuh dengan barang barang," ucap Hanna.
Kursi paling depan ternyata masih kosong, ia langsung duduk di dekat jendela, agar ia bisa melihat pemandangan selama perjalanan nanti.
Pintu bus bagian depan terbuka, seseorang masuk, kemudian duduk di sebelahnya.
"Kak Lee," ucap Kimberly sambil tersenyum.