Stella ditalak sang Suami, usai mereka melakukan malam pertama. Ketidakpercayaan sang suami membuat sang ayah murka dan mengusirnya dari rumah.
Stella terpuruk. Lalu, datanglah seorang pria penolong yang rela menerima kelebihan dan kekurangannya. Namun sang pria ternyata juga pemaksa.
Mungkinkah Stella mau kembali bersama sang mantan? Ataukah dia akan memilih hidup bersama pria yang selama ini menunggu cintanya?
Simak kisah rumit kehidupan Stella dalam PENJARA CINTA untuk STELLA, Happy reading😍😍😍 jangan lupa like, share n komennya ya.... semoga suka😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MIMPI MENGINGATKAN SESUATU
Di sini bukan hanya Stella yang gila akan perasaannya. Di sudut hati yang lain, ada hati yang kini sedang diserang rasa gelisah. Pikirannya melayang-layang akibat kedatangan Stella dalam alam mimpinya.
Pria ini masih termenung di atas ranjang. Ia terlihat sangat-sangat gelisah. Semalam, ia bermimpi bertemu Stella. Wanita yang sangat ia benci. Wanita yang telah coba ia lupakan. Namun, entah mengapa dalam mimpi itu, ia sama sekali tidak membenci Stella. Ia malah tersenyum bahagia bisa bertemu dengan wanita itu. Di dalam mimpi itu, Stella tersenyum padanya, tetapi sayang ... ada yang aneh dengan tingkah Stella dalam mimpi itu. Wanita ini memang tersenyum, tetapi matanya berkaca-kaca. Tangannya saling meremas, seperti orang kebingungan. Seperti ingin menyentuhnya tapi tak berani.
Stella hanya tersenyum dan tersenyum. Namun, senyuman itu mengandung luka yang tak bisa ia ungkapkan. Sebab, ia hanya diam. Zein, ingat betul ... Stella memang tidak mengucapkan sepatah kata padanya, hanya menatapnya ... seperti tatapan itu seperti tatapan seseorang yang ingin mengubgkapkan sesuatu, tapi tak berani. Akhirnya mimpi itu berakhir ketika suara benda jatuh membuyarkan mimpinya dan wanita itu hilang dari hadapannya.
"Ste," panggil Zein lirih. Pria ini terlihat menatap kosong pada pintu kamarnya. Entah mengapa, ia berharap Stella akan datang melewati pintu itu.
"Apa kamu baik-baik saja, Ste? Apa kamu sudah mendapatkan penggantiku? Aku tak bisa meluoakanmu Ste. Pada kenyataannya aku merindukanmu " gumam Zein sambil mengusap kasar air mukanya.
Ingatan Zein kembali lagi ke belakang. Mengingat saat pertama kali ia dan Stella bertemu di sebuah acara amal yang di selenggarakan oleh perusahaan di mana Stella bekerja dan perusahaan itu adalah milik sahabatnya. Kala itu Zein di undang karena dia adalah donatur di acara amal tersebut.
Zein langsung jatuh cinta kala melihat senyuman Stella untuk pertama kalinya. Wanita itu tampak begitu anggun meski tidak memakai pakaian terbuka. Ia terlihat sangat istimewa dibanding yang lain. Entahlah, itu adalah penilaian hati Zein ketika pertama kali bertemu dengan wanita ayu itu.
Tidak ingin kehilangan wanita itu, Zein langsung meminta Rehan, sang asisten untuk menyelidiki apakah Stella masih sendiri, dan hasilnya sungguh membuat Zein suka. Karena harapannya untuk memiliki Stella terbuka lebar, wanita itu masih sendiri. Itu sebabnya, beberapa hari setelah pertemuan pertama itu Zein berani mendekati Stella dan meminta wanita itu menjadi kekasihnya. Bak gayung bersambut, Stella pun menyambut baik permintaan Zein. Dan sejak saat itu mereka pun berikrar untuk menjadi sepasang kekasih.
Kelembutan dan sikap Stella yang apa adanya membuat Zein semakin cinta dan memutuskan untuk meikahinya. Namun sayang, serasa dihianati ... di malam pertama Zein memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Apa yang Zein inginkan tidak ada di malam itu. Sebuah bukti kesucian sebuah hubungan dan Zein sangat-sangat kecewa.
Lagi-lagi, bayangan mata berkaca-kaca Stella terlintas di mata pria ini. Kali ini bukan bayangan dalam mimpi, tapi di alam nyata. Bayangan ketika ia menjatuhkan talak itu. Zein melihat sang wanita tertegun, diam. Ya saat itu, Stella terlihat shock ... ya saat itu, Stella terlihat ngeblang. Seperti seseorang yang kehilangan separo jiwannya. Bahkan ketika Zein mendorongnya wanita ini masih bengong.
Kali ini Zein baru menyadari jika kedatangannya pagi itu, ketika ia berniat mengembalikan Stella pada orang tuanya, wanita itu juga masih diam, tak mengucapkan sepatah kata pun.
Yang Zein ingat, Stella hanya merapikan barang-barangnya. Hendak melepaskan cincin kawin yang ia berikan dan meletakkan buku nikah miliknya. Selebihnya wanita itu mengunci rapat mulutnya.
Zein diam terpaku, pikirannya melayang penuh pertanyaan. " Kenapa dia diam? harusnya kalau dia merasa tak bersalah, tunjukin dong. Ah, mungkin ia memang pernah melakukannya!" gumam Zein berudaha menepis kebenaran tentang kekhawatirannya. Lalu, ingatannya terpaut ketika ia menyatukan tubuh mereka, Zein ingat dengan jelas jika Stella mengucapkan kata 'sakit' meskipun lirih, tapi Zein bisa mendengarnya dengan jelas.
"Alasan saja bilang sakit, nyatanya kamu sudah pernah melakukannya!" ucap Zein kesal. Kali ini ia menolak ingatan itu bahkan ia berusahan menghilangkan adegan itu dari dalam ingatannya. Zein sungguh munafik.
Zein pun beranjak dari pembaringan dan memutuskan membersihkan dirinya di kamar mandi.
Percikan air shower kembali mempermainkan Zein. Ia dan si dia pernah melewati masa yang sangat indah di bawah guyuran shower. Cumbuan mesra di bawah guyuran shower itu membuat Zein seperti tertampar. Jika Stella pernah melakukannya, ia tak mungkin sekaku itu berciuman. "Ahhh, mungkin ia hanya pura-pura," gumam Zein kesal.
"Aaahhhh, Stella!!! brengsek kamu. Aku sudah mengusirmu dari hidupku wanita sampah, tapi kenapa kamu malah datang dalan mimpiku, dan berani beraninya kamu mengobrak-abrik ingatanku. Brengsek kamu Stella!" teriak Zein, beberapa kali pria ini memukul dinding kamar mandi, sebagai ungkapan bahwa ia membenci keadaannya.
Zein menatap dirinya sendiri di cermin. Bayangan Stella ketika menarik koper tampak jelas. Ia tahu jika wanita itu menjatuhkan air matanya. Meskipun ia berusaha menutupi dengan rambut panjangnya. Zein juga ingat, langkah Stella sedikit tertatih. Pertanyaan pun muncul di benaknya, "Dia tertatih, mungkinkah ia merasakan sakit di *********** atau kakinya sakit karena kudorong, ha?"
Kali ini Zein tak bisa mengelak lagi dari kenyataan yang baru saja terlintas di matanya. Sekuat apapun ia menepis kenyataan itu, nyatanya ia masih menghawatirkan wanita yang pernah mengisi hatinya.
Bersambung ....
Hay geng, jangan jadi silent readers ya ... krisan kalian sangat berarti bagiku... terima kasih buat semuanya yang sudah sukak ...
halooo Thor. ini yg pertama kali aq mampir di novelmu.