Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LARAS KEMBALI
Nana menerima takdirnya dengan ikhlas, meski dia istri dari seorang dosen namun tetap saja dia harus naik angkot atau berjalan kaki menuju kampus yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.
Hari ini tidak ada satu angkot pun yang lewat, Nana terpaksa harus menguatkan kaki pendeknya untuk sampai ke kampus. Matahari juga mulai terik membuat tenaga Nana serasa terkuras, keringatnya pun bercucuran, Nana duduk dipinggir jalan sembari menenangkan kaki-kakinya yang penat itu.
Seorang pria yang tak lain adalah Andrean, menghentikan sepeda motornya di depan Nana. Andrean membuka helmnya dan turun dari motor menghampiri Nana.
"Ada apa denganmu? kenapa tidak naik angkot?"
"Hari ini tidak ada angkot."
"Mari ikut denganku."
Andrean mengulurkan tangannya, sedangkan Nana ragu-ragu untuk menerima tawarannya.
"Ayolah, nanti kamu telat."
Andrean meraih tangan Nana dengan lembut agar Nana bangkit, tidak ada pilihan lain selain nebeng dengan Andrean dari pada telat masuk kampus Nana pun terpaksa menerimanya.
*****
Sesampainya di kampus, Andrean memarkir sepeda motornya bersama Nana yang masih duduk dengan aman diatas motornya.
"Kita sampai..."
"Ah iya."
"Kamu kenapa?"
Andrean sedari tadi mengamati Nana yang memalun di sepanjang perjalanan mereka.
"Emmm... terima kasih ya."
Nana hendak beranjak dari parkiran dan melupakan helm yang masih menempel di kepalanya.
"Nana, kamu melupakan sesuatu."
"Apa?" ujar Nana menoleh kebelakang.
"Itu." Andrean menunjuk helm di kepala Nana.
"Ah, iya." Pipi Nana memerah merasa malu karna kebanyak melamun dia sampai melupakan helm milik Andrean.
Nana bersusah payah melepas gasper helmnya, Andrean yang melihatnya langsung membantu Nana melepasnya.
Sambil melepas gasper, Andrean memandang wajah Nana lebih dalam, gadis lugu ini selalu membuat Andrean jatuh cinta lagi dan lagi, meski sering menerima penolakan tapi cinta Andrean tidak pernah luntur.
"Emmm..." Nana salah tingkah saat Andrean menatapnya.
"Ah, maaf ya Na..." ujar Andrean setelah menyadarinya.
Nana berbalik badan untuk berjalan menuju kelasnya, namun saat melangkah tiba-tiba kakinya kram membuat Nana terjatuh dan melukai lutut kanannya.
Andrean yang berjalan dibelakang Nana langsung mengejarnya dan melihat kondisinya.
Andrean bisa dengan jelas melihat luka dilutut Nana karna Nana hanya memakai dress yang panjangnya diatas lutut.
"Lututmu berdarah." ujar Andrean sembari mengambil plaster dan tissue dari dalam tasnya.
"Tidak apa-apa kok, ini hanya luka kecil." Nana menarik kakinya sedikit menjauh dari Andrean.
Tanpa permisi Andrean mengelap darah yang menyelimuti luka di lutut Nana lalu memasangkan plaster pada lukanya.
"Lain kali kalau sedang jalan harus fokus, jangan banyak ngelamun." ujar Andrean setelah selesai.
"Terima kasih banyak."
Andrean kemudian membantu Nana berdiri.
"Apa perlu aku mengantarmu sampai di kelas?"
"Tidak perlu, aku bisa sendiri."
"Why?"
"Kau kembalilah ke kelasmu, jangan khawatirkan aku." ketus Nana.
"Menjauhlah dariku, atau kau akan kecewa nantinya." lanjut Nana menambah rasa bingung di dalam benak dan pikiran Andrean.
Karna ini pertama kalinya Nana memintanya untuk menjauh, sebelumnya Nana tidak pernah merasa terganggu dengan kehadiran Andrean meskipun Andrean tau Nana kesal karna pria yang tiga kali cintanya di tolak ini terus mengejarnya, namun sebelumnya Nana tidak pernah sampai meminta Andrean untuk menjauhinya.
Di lobby kampus terlihat seorang pria dengan kemeja putih yang lengannya di gulung, pandangannya hanya berpusat pada tempat parkir melihat gadis yang sedang terluka bersama seorang pria yang mengobati lukanya. Hessel mengerutkan keningnya sembari menghela nafas panjang.
Hessel sedikit jengkel melihat Nana semakin dekat bersama salah satu anak didiknya yang terkenal pintar itu.
Hessel berpikir dari pada terus menyaksikan sang istri yang tidak dia cintai sedang bersama pria lain yang hanya akan membuatnya panas, Hessel punmemutuskan untuk kembali ke ruangannya mungkin dengan begitu rasa jengkelnya akan hilang begitu saja.
*****
Lagi-lagi kampus di hebohkan dengan kedatangan seorang dosen baru, dosen perempuan yang cantik juga sexy.
Namun dilihat dari gaya berjalannya, dosen baru itu nampak sombong, tak ada sedikit pun senyum yang terbesit di bibirnya saat para murid menatapnya.
"Laras." batin Hessel yang berdiri di depan pintu ruangannya melihat dosen baru itu dari kejauhan yang tak lain ternyata adalah mantan pacarnya si Anjani Larasati.
Tak menyangka, sungguh bukan kepayang Hessel tak pernah membayangkan siapa dosen baru yang akan menggantikan posisi bu Lastri yang hendak pensiun, tapi hari ini Hessel merasa semuanya berubah setelah melihat Laras benar-benar kembali ke Indonesia dan akan bekerja di tempat yang sama dengannya.
Hessel tidak bisa memahami perasaannya, dia harus senang bertemu Laras, atau benci bertemu dengannya mengingat Laras adalah wanita yang telah mengkhianatinya.
"Hai, lama tidak bertemu." Sapa Laras. Laras tidak pernah berubah dia tetap cantik dan sexy di mata Hessel.
"Ha-halooo..."
Hessel gugup dan canggung saat tiba-tiba wanita dari masalalunya berada tepat di hadapannya.
"Kau masih mengingatku?" tanya Laras.
"Ya, tentu." Hessel menjawabnya singkat.
"Apa kabar?"
"Baik."
"Kau sudah menikah atau punya pacar?"
Tiba-tiba kalimat yang membuat Hessel bingung itu terlontar dari mulut Laras.
"Tidak baik membahas masalah pribadi di sini." jawab Hessel.
"Baiklah, lain kali apa kita bisa mengobrol di luar?"
"Ya, saya akan usahakan."
"Hessel, sedari tadi kita bicara tapi kamu sama sekali tidak melihat mataku, dulu saat kita pacaran kamu paling suka memandang mataku, ada apa denganmu?"
"Tidak ada apapun, bisakah kita bicara hal lain saja?"
"Apa kamu takut? kau tau aku sudah berpisah dengan suamiku itu karna aku ingin bersamamu lagi."
"Apa kau tidak waras, Laras?"
"Kenapa, apakah aku salah?"
"Aku tidak bisa."
"Kenapa tidak bisa, kau belum menikah dan sekarang aku sudah berpisah dengan suamiku, kita tidak punya pasangan, apakah aku salah?"
"Yang jelas aku tidak bisa Laras."
"Baiklah, mungkin kamu masih kecewa karna aku meninggalkanmu, tidak masalah aku akan berusaha untuk mendapatkanmu kembali."
"Lepasin tangan saya, tidak enak dilihat para murid dan dosen yang lain." tegas Hessel karna Laras sedari tadi nempel dengannya.
"Oh, maaf ya Hes aku jadi teringat masalalu kita."
*****
"Perhatian semuanya."
Jessi and the gang datang mengalihkan perhatian mereka semua, Nana dan Arin sudah menduga pasti ada gosip baru yang akan mereka bicarakan.
"Kita kedatangan dosen baru, dia perempuan dan sangat cantik." Jessi melirik Nana.
"Kalian tau guys, sepertinya pak Hessel sangat dekat dengan dosen baru itu saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri, dosen itu menggandeng tangan pak Hessel."
"Uhhh, kasian deh si stupid." ledek teman-teman sekelas Nana.
"Diam kalian semua." tegas Arin menatap tajam wajah-wajah yang berani mengganggu Nana.
Jessi and the gang menghampiri Nana.
Brukkk
"Heh stupid." Jessi menggentar meja dihadapan Nana, tapi Nana hanya diam tidak mau ambil pusing, sedangkan Arin dia ingin sekali rasanya menonjok bibir Jessi yang lemes itu.
"Eh, jangan kebanyakan mimpi kamu bisa dapetin pak Hessel."
"Saya sudah tunangan, kamu tidak lihat ini cincin berlian melingkar di jari saya, kamu tidak perlu khawatir lagi saya tidak akan mengejar pak Hessel."
Pertama kali Nana berani melawan Jessi, Jessi pun terhenyak dia tidak menyangka Nana berani melawan.
"Kalian semua lihatkan saya sudah tunang, sudah tunangan catat itu."
"Oh, sombong kau sekarang ya."
"Ayo Arin, kita keluar tidak ada faedahnya bicara dengannya."
*****
"Kenalin tunangan kamu ke aku donk Na." bujuk Arin.
"Nanti kamu tau sendiri."
"Ah Nana, sama teman sendiri kok gak mau jujur sih."
"Rahasia Arin."
"Ngomong-ngomong dosen baru itu siapa sih, kenapa dia bisa akrab dengan pak Hessel."
"Tolong jangan bicarakan tentang pak Hessel di depanku."
"Ah apa kamu berusaha melupakan pak Hessel?"
"Tidak."
"Nana, semakin kamu berusaha melupakannya semakin kamu jatuh cinta, jangan bohongi perasaanmu, aku yakin kamu pasti terpaksakan menerima pertunanganmu itu, dihatimu hanya ada pak Hessel kan?"
Nana hanya diam, sebenarnya Nana penasaran dengan dosen baru yang Jessi bilang sangat akrab dengan suaminya itu. Hati Nana sangat sakit mendengar wanita lain bersama suaminya, mendengar saja rasanya sakit apa lagi melihatnya secara langsung.
"Sadarlah Nana, percuma saja cemburu, Hessel juga tidak akan peduli, dia tidak mencintaimu untuk apa kamu peduli tentangnya." batin Nana menyadarkan dirinya sendiri.