Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Restoran
Ayah dan Salma telah berada diruang tunggu,mereka tampak duduk dan berbicara dengan dokter Arya.
Insha tiba-tiba teringat akan tangan mereka yang masih saling tertaut, dengan segera ia melepaskannya.
"Kenapa kau melepaskannya.."
pungkas Hanafi yang menyadari tangan yang memegangnya erat tadi menghilang.
"Kau malu..?"
padahal baru saja aku ingin pamer pada si dokter jomblo itu..
"Hehe..maaf mas gak enak di lihat sama ayah.."
meskipun ntah kenapa aku merasa nyaman menggandeng tangan mas han saat berjalan..
hmm..benar juga ya..lagian aku juga kasian sama Arya..apa tidak ada wanita yang mau dengannya..
Hanafi berperang dengan fikirannya sendiri ia membayangkan betapa banyak wanita yang di dekati oleh Arya, tapi tak satupun yang menyimpan perasaan untuknya.Ntah karna apa Arya slalu bilang kalau dia belum tertarik pada seorang gadis pun, jangankan berfikir untuk menikah kencan saja dia tak pernah.
Setelah terjadi berbincangan singkat antara Hanafi dan dokter Arya mereka pun keluar dari gedung rumah sakit.
Dokter Arya mengantar mereka sampai di depan rumah sakit,disana sudah ada sebuah mobil berwarna putih bersih dengan seorang supir di dalamnya yang samar-samar terlihat menganggukkan kepalanya pada Hanafi saat seorang berseragam hitam membukakan pintu untuknya.
Ayah yang lebih dulu masuk di bantu oleh seorang lagi penjaga,lalu Salma di susul Insha yang duduk di kursi tengah. Sementara Hanafi berada di kursi depan dekat dengan seorang supir, mereka tampak berbincang lirih Insha pun tak bisa mendengarnya.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang,menyibak jalanan yang tampak ramai di akhir pekan. Insha melihat jalanan yang sudah berubah total sejak ia terakhir kali berjalan-jalan dengan ayah dan Salma untuk sekedar melihat ramainya perkotaan. Membeli makanan di pinggir jalan dan berjalan di taman tengah kota membaur dengan banyak orang disana.Tentu saja dulu saat ayahnya masih sehat.
Kini makanan jalanan yang dulu sering mereka temui telah berganti menjadi ruko-ruko kecil yang menjajakan berbagai macam kebutuhan,juga gedung-gedung besar telah banyak berdiri disana.
hmm...sudah berapa lama aku tidak mengunjungi jalanan ini..sekarang semua nampak berbeda..perkotaan ini sudah berkembang dengan pesat..
Fikiran Insha masih sibuk sendiri ia menatap kaca mobil di sampingnya dan mengaggumi jalanan perkotaan juga gedung-gedung pencakar langit yang bejajar rapi.
Sementara ayah ia memilih duduk bersandar dan memejamkan matanya, merasakan sesak di dadanya sudah jauh berkurang dari biasanya setelah menyelesaikan prosedur pengambilan cairan paru-parunya yang berlebih, tanpa sadar ia pun terlelap dan tenggelam dalam mimpinya.
Salma sendiri tak begitu memperdulikan keadaan sekitar, di dalam hatinya ia ingin segera pulang. Salma memang tak menyukai jalan-jalan, ketika akhir pekan pun ia lebih memilih untuk tidur di rumah. Ia menoleh ke arah ayahnya yang tampak nyaman dan terlelap,di lihatnya kaca pemandangan di luar mobil,semua tampak asing.
Ini bukan jalan menuju ke rumah,mau kemana lagi ini..sungguh aku tak sabar, aku ingin segera pulang..Salma
Salma sudah tampak gusar, ia ingin segera di rumah karna seharian ini dia berada di rumah sakit menemani ayahnya. Sinar mentari pun sudah tampak menguning menandakan hari akan mulai gelap sebentar lagi.
Disentuhnya Insha dengan jari telunjuk,sambil berbisik ia bertanya
"Insha kita akan pergi kemana.."
Lamunan Insha pun buyar,ia melihat kakaknya dan tampak heran menjawab.
"Mau kemana lagi kak,kita akan pulang.."
"Tapi ini bukan jalan menuju rumah kita"
Insha pun melihat keluar mobil dan baru menyadari dia semakin jauh dari rumahnya.
Mereka pun terdiam dengan fikiran masing-masing menebak akan dibawa kemana mereka,Insha atau pun salma enggan bertanya kepada Hanafi. Mereka lebih memilih diam.
Benar saja mobil memasuki area taman kecil di depannya terdapat sebuah gedung megah yang nampak asing untuk mereka.
Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk, disana sudah ada 4 orang lelaki memakai seragam merah dan hitam, ya sepertinya mereka pegawai disana, mereka semua bertubuh tinggi tampan dan rapi. Para lelaki itu menunduk sopan saat mobil berhenti, dan berjalan untuk membukakan pintu.
Hanafi turun terlebih dulu, dan berbincang pelan pada seorang disana, tak lama orang tersebut berlari kecil kedalam gedung.
Di ikuti oleh Insha yang turun, mendengar suara pintu mobil terbuka ayah pun bangun, ia bertanya dalam hati berada dimana lagi ini.Ingin rasanya bertanya pada Hanafi, tapi ia sudah ada di luar, hanya tersisa Salma di sampingnya yang membantunya untuk keluar dari mobil.
Tak lama seorang lelaki yang memasuki gedung tadi keluar membawa kursi roda dan menghampiri ayah yang sudah berdiri tertatih di samping mobil.
"Mari tuan silahkan, saya akan mengantar tuan"
Ayah yang masih pusing karna baru saja terbangun,menurut dan duduk di kursi roda yang kemudian di dorong oleh lelaki itu.
"Ini dimana mas han.."
berjalan mendekati Hanafi yang tengah melambaikan tangan padanya.
"Kita makan dulu ya"
"Makan.."jawaban Insha spontan.
apa ini restoran...besar sekali..apa setiap hari mas han makan disini..dan apa itu sepertinya aku pernah melihat logo itu..tapi dimana ya..
Hanafi membisikkan sesuatu pada Insha
" Apa kau tak mau menggandengku lagi.."di iringi dengan tangan Han yang sudah sedikit membuka memberikan ruang untuk tangan Insha.
Insha pun menunduk tersenyum malu sambil menggelengkan kepala, tanpa menjawab sepatah kata pun.
Hanafi tergelak dan berjalan mensejajari kursi roda ayah. Ia menunduk dan menepuk pundak ayah.
"Ayah...mari kita masuk"
"Ini dimana nak..apa kita akan melakukan pemeriksaan lagi.." menatap penuh tanya pada Hanafi.
"Tidak ayah..mari masuk dulu..kita makan dulu.."
"kenapa harus makan di tempat seperti ini nak,kita kan bisa makan di rumah..apa semua ini tidak berlebihan"
"Tak apa ayah..aku ingin mengajak ayah kesini..mari masuk"
Hanafi menyuruh lelaki yang mendorong ayah untuk berjalan lebih dulu.
"Mari masuk kak Salma.." Han menoleh pada Insha
"Insha temani kak Salma masuk duluan ya, nanti aku menyusul..ikuti saja pelayan itu dia akan menuntunmu.."
Insha mengangguk faham dan berjalan memeluk kakaknya.
Hanafi berjalan agak jauh dari mobilnya memastikan Insha atau siapapun tak mendengar pembicaraannya. Ia menghubungi seseorang.
"Halo..apa semua sudah selesai.."
lawan bicaranya samar-samar terdengar menjawab dengan kalimat panjang,Hanafi hanya mendengarkan tanda faham.
"Baiklah segera selesaikan aku akan pulang setelah ini.."
memutus telfon sepihak tanpa mendengarkan kalimat jawaban lawan bicaranya terlebih dulu.
Lalu ia pun berlari kecil dan dalam sekejab hilang di telan pintu.
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.