Aku Bukan Wanita Malam

Bola mata berwarna coklat tersebut masih mengitari ornamen mewah yang berada di dalam rumah besar Brasetyo, setelah puas memandangi isi kamarnya.

Aneska melangkah keluar kamar dengan hati terkagum-kagum. Sampai saat ini dirinya masih belum percaya bisa menginjakkan kaki di rumah Brasetyo yang layaknya seperti sebuah istana.

Mata bulat itu berbinar-binar, melihat pajangan mewah, guci besar, kursi-kursi mewah. Semuanya berkilauan dan terlihat begitu mahal. Entah keberuntungan apa yang berpihak kepada dirinya saat ini?

Langkahnya semakin cepat melihat birunya air kolam renang yang luas, ingin rasanya dirinya loncat dan merasakan segarnya air jernih itu. Namun, apa daya dirinya tidak bisa berenang. Aneska hanya memainkan tangannya ke dalam air sambil tertawa lepas. Sudah lama dia tidak sebahagia itu, seakan bebas dari tempat yang mengungkungnya selama ini.

" Tuhan, apakah ini yang namanya surga dunia? aku termasuk orang yang rugi, karena sampai saat ini aku tidak bisa berenang. Mam, aku akan membawamu kesini, pasti dia lebih terkejut melihat rumah kakek Brasetyo. " Batin Aneska.

Ternyata tuhan tidak setega itu, dimana awalnya Aneska telah berburuk sangka kepadanya. Ternyata dirinya seberuntung itu bisa melihat semua keindahan rumah Brasetyo dan juga tinggal disini, bukankah itu yang namanya anugrah indah.

Ia menari-nari sambil bermain air kolam, hingga tidak menyadari keseimbangan tubuhnya. Aneska memejamkan matanya seketika, saat tubuhnya hampir melayang ke dalam kolam.

Namun, Aneska merasa tak terjatuh juga, bukan dinginnya air atau kerasnya lantai. Melainkan seorang pemuda tampan sedang merangkulnya lebih tepatnya sedang menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

" Seorang wanita? apakah dia seorang pelayan? " Batin Arya yang baru saja datang dan menatap Aneska yang baru saja dilihatnya kini.

Apakah dia saat ini benar berada di istana, dimana ada seorang pangeran tampan di dalamnya. Dirinya masih tidak bergeming tetap menatap seakan tak percaya. Menganggap mimpi sehingga akhirnya pria tersebut berbicara.

" Siapa kamu?" Tanya Pria tersebut yang merupakan Arya. Arya menatap Aneska lekat, lalu merasa wajah Aneska yang tidak begitu asing baginya. Sedangkan Aneska masih terdiam dengan rasa terkagum-kagum terhadap Arya.

" Apakah dia adalah pangeran? Sangat tampan! " Batin Aneska.

Arya menyadarkan lamunan Aneska, sehingga Aneska salah tingkah dan wajah putihnya menjadi merah merona. Kini Aneska telah berdiri sempurna. Hampir saja dirinya yang tidak bisa berenang tenggelam ke dalam air kolam di sebelahnya. Untung saja ada Arya yang dikira sebagai pangeran tampan dengan Aneska.

" Apakah kamu pelayan baru di rumahku?" Lanjut Arya, Arya begitu munafik, bahwa wanita secantik Aneska dianggap pelayannya.

Namun, tidak ada jadwal perjanjian klien di dalam rumahnya, selain pelayan siapa lagi, saudara bukan. Bukan cucu Brasetyo jika Arya tidak mengenal bebet bobotnya sendiri.

" Kebetulah Ar, kamu sudah datang!" Tiba-tiba Brasetyo datang. Arya memutar tubuhnya melihat kedatangan Brasetyo.

" Perkenalkan ini adalah Aneska, calon istrimu!" Lanjut Brasetyo yang membuat Arya membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

" Apa calon istriku? Apakah telingaku sedang bermasalah? Tenang Ar, aku yakin kakekku tidak seburuk itu, ini hanya ketakutanku tentang sikap kakek terhadap Viona. " Batin Arya.

Aneska membuka mulutnya lebar-lebar, dengan tangan menyumpal mulutnya yang terbuka lebar dan mata membulat. Benarkah pria di depannya tersebut adalah calon suaminya?

Yang sebelumnya Aneska menganggap jika calon suaminya mungkin buruk rupa, karena itulah Brasetyo menikahkan cucunya dengan dirinya. Tapi kenyataannya bertolak belakang dengan pemikirannya, yang di calonkan dengannya adalah pria yang sangat tampan, entah apa kekurangannya, Arya terlihat begitu sempurna bagi Aneska saat ini.

" Lalu apa alasan kakek menikahkah cucu setampan dia denganku? Aku mengira cucu kakek tidak tampan dan biasa-biasa saja, lalu dia? sudah melebih tampan. Dan bukankah dengan wajah tampannya dia akan mudah mendapatkan wanita yang lebih dariku? Apa aku saat ini sedang bermimpi? " Batin Aneska bertanya- tanya.

" Apa? Apa Arya tidak salah mendengarnya? Apa maksud kakek?" Ucap Arya berharap dirinya salah mendengar.

" Kamu akan segera menikah dengannya Ar!" Ulang Brasetyo.

" Apa? Bahkan aku tidak mengenal wanita ini? siapa dia? Kakek please, jangan sebercanda ini. Arya hanya mencintai Viona." Batin Arya mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi.

" Apa? Mana mungkin kakek. Mana mungkin aku menikah dengan wanita yang baru Arya kenal? Dan berapa kali Arya bilang, Arya hanya mencintai Viona!" Jelas Arya begitu kecewa ketika Brasetyo memerintahkan dirinya untuk menikah dengan Aneska.

Aneska hanya terdiam dan begitu sungkan atas penolakan calon suaminya untuk menikahi dirinya. Apalagi Aneska melihat secara langsung bagaimana Arya menolak dirinya demi kekasihnya.

" Benar? Sudah kuduga, jika dia tidak mungkin single. Dia adalah pria yang sempurna. Wanita yang menjadi kekasihnya sangat beruntung, dan bagaimana denganku? Apa yang harus aku lakukan? " Batin Aneska.

" Tidak bisa Arya, bukankah kamu sudah mengetahui jika kakek tidak menyukai kekasihmu itu. Jika kamu tidak setuju dengan pernikahan ini, posisimu akan bergeser dan di gantikan oleh adikmu!" Jelas Brasetyo mengancam.

" Apa? Terserah kakek! Arya tidak akan pernah setuju, biar Arya tentukan sendiri pilihan Arya kek. Arya sangat mencintai Viona!" Jelas Arya sambil mengepalkan telapak tangannya untuk meredam kemarahannya yang memuncak. Arya beranjak meninggalkan Brasetyo dengan dahi mengkerut, bahkan alis bulu tebalnya menyatu menahan rasa kecewa dan juga marah.

" Baiklah, jika ini yang kakek mau! Terserah...aku sudah berusaha mengubah pandangan kakek terhadap Viona, bahkan Viona sendiri tidak menyerah menunjukkan dirinya, walaupun beribu penolakan dari kakek. Maafkan Arya kek, Sebagian hati Arya sudah dimiliki oleh Viona seorang. " Batin Arya.

Sedangkan Aneska yang tidak mengerti alur cerita keluarga Brasetyo hanya berdiri melihat pertengkaran antara kakek dan cucunya. Namun Aneska terlihat menegang juga, karena masalah tersebut ada sangkut pautnya dengan dirinya.

" Ya ampun, bagaimana ini..Sudahlah kek, jangan memaksanya." Batin Aneska.

" Ar...Arya!!" Teriak Brasetyo mengejar Arya.

Arya terus melangkahkan kakinya tanpa berniat berhenti, Arya tidak menggubris panggilan sang kakek. Sedangkan Aneska mengikuti langkah Brasetyo yang telah jauh mengejar Arya.

" Arya!!!" Teriak Brasetyo.

Tiba-tiba Brasetyo mencengkram dadanya dan panggilannya mulai melemah, bahkan Brasetyo langsung tergeletak begitu saja di lantai yang membuat Aneska berlari menghampirinya.

" Kakek!!!" Teriak Aneska.

" Kakek, kakek kenapa? Tuan, kakek anda..." Ucap Aneska memanggil Arya. Arya yang mendengar teriakan Aneska langsung menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya, Arya terkejut melihat Brasetyo telah tergeletak di lantai.

" Kakek?????????" Teriak Arya berlari menghampiri Brasetyo dan Aneska.Brasetyo sudah tidak sadarkan diri.

"Gawat, jantung kakek kambuh!" Ucap Arya yang membuat Aneska bertambah terkejut.

" Apa? Jantung? duh, kakek...kenapa jadi begini sih?? " Ucap Aneska.

" Kakek, bangun kek.." Ucap Aneska merasa cemas.

Sedangkan Arya langsung membawa sang kakek ke rumah sakit terdekat.