NovelToon NovelToon
System Transmigration: Love In Nusantara Myth

System Transmigration: Love In Nusantara Myth

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Romansa Fantasi / Time Travel / Sistem / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: DancingCorn

Denara baru saja menyelesaikan sebuah novel di sela-sela kesibukannya ketika tiba-tiba dia terikat pada sebuah sistem.

Apa? Menyelamatkan Protagonis?

Bagaimana dengan kisah tragis di awal tapi menjadi kuat di akhir?

Tidak! Aku tidak peduli dengan skrip ini!

Sebagai petugas museum, Denara tahu satu atau dua hal tentang sejarah asli di balik legenda-legenda Nusantara.

Tapi… lalu kenapa?

Dia hanya ingin bersenang-senang!

Tapi... ada apa dengan pria tampan yang sama disetiap legenda ini? Menjauhlah!!

———

Happy Reading ^^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kisah Ande-Ande Lumut (10)

“Kang Yu, itu rumahku,” kata Denara sambil menunjuk sebuah rumah sederhana di tepi jalan kecil.

Bangunan itu khas rumah-rumah pada zaman ini. Terbuat dari kayu dan anyaman bambu, dengan atap rumbia yang sudah mulai menghitam dimakan usia. Di depannya, tampak seorang wanita paruh baya keluar sambil mengangkat keranjang berisi pakaian. Gerak-geriknya menunjukkan bahwa dia hendak pergi ke sungai untuk mencuci.

“Bu…” suara Denara nyaris pecah, lalu dia berlari kecil menghampiri sosok itu.

Ada sesuatu yang menyesakkan di dadanya. Entah karena pengaruh perasaan dari pemilik asli tubuh ini, atau karena ibu tiri itu mengingatkannya pada seseorang yang dia kenal.

Yang jelas, tubuhnya bergerak lebih cepat dari pikirannya. Dalam sekejap, Denara sudah memeluk wanita itu erat-erat.

Wanita paruh baya itu terkejut. Tubuhnya menegang, dan keranjang di tangannya nyaris terjatuh. Dia segera menstabilkan dirinya. Namun dia masih terpaku dengan kebingungan oleh kehangatan yang tiba-tiba muncul di lengannya.

Meskipun tidak terbiasa dengan pelukan seperti ini, dia tidak menolak. Untuk anak tiri ini, dia memiliki banyak rasa bersalah... dan hutang yang belum terbalas.

“Ku... Kuning?” suaranya ragu, hampir berbisik. Perlahan, dia menurunkan keranjang ke tanah dan membalas pelukan itu, meski kaku.

Dia teringat bahwa bahkan anak kandungnya sendiri tak pernah memberi pelukan seperti ini.

Denara tidak berkata apa-apa. Dia hanya memejamkan mata, membiarkan kehangatan itu menenangkan hatinya yang letih.

Beberapa detik berlalu dalam diam. Angin berembus pelan, menggoyangkan dedaunan dan menggiring aroma bambu basah dari rumah. Suasana rumah yang biasanya sunyi, kini terasa penuh oleh kenangan, penyesalan, dan nostalgia yang menyenangkan.

Wanita itu akhirnya melepaskan pelukan perlahan, menatap wajah Klenting Kuning dengan sorot mata yang diliputi kesusahan.

“Kau… kau kembali? Kapan kamu sampai?” tanyanya pelan, seolah tak percaya. Matanya menyapu wajah anak tirinya. Dia tidak ingin melewatkan sedikitpun jejak di wajah anak tirinya ini.

“Pagi ini…” jawab Denara dengan senyum kecil. Setelah melepaskan pelukan, dia melirik keranjang di sebelah ibu tirinya, lalu dengan gerakan ringan, dia mengambilnya. “Bu, kebetulan aku luang. Biar aku saja yang mencuci ini. Ibu bisa ngobrol sebentar sama Kang Yuyu.”

Wanita itu terkejut. “Eh, jangan. Kamu pasti juga lelah setelah perjalanan jauh…” katanya seraya mencoba mengambil kembali keranjang dari tangan Denara.

Namun Denara memeluk erat keranjang itu ke dadanya, lalu tertawa kecil. “Aku tidak lelah, Bu. Benar-benar tidak. Lagipula, aku bisa mencucinya lebih cepat darimu.”

Sebuah pemahaman melintas dimata Denara yang tidak disadari Ibu Tiri dan Yuyu Kangkang.

Ibu tiri ini… seperti cerita rakyat yang dia tahu, akhirnya memang bersikap baik kepada Klenting Kuning. Tapi melihatnya secara langsung, mengalami momen ini sendiri, rasanya jauh lebih dalam daripada sekadar membaca kisah lama.

Denara berbalik, mulai berlari kecil menjauh ke arah sungai. “Bu, kamu bisa istirahat saja! Aku akan segera kembali setelah mencuci ini, hehe.”

“I-iya… jangan lari-lari! Hati-hati jalanan sungai licin!” sahut sang ibu, setengah cemas, setengah tak berdaya.

Sambil menatap punggung Denara yang semakin jauh, dia menggelengkan kepala perlahan, menahan senyum dan juga rasa haru yang datang tiba-tiba.

Anak itu, meski tumbuh dengan segala macam penganiayaan, benar-benar masih bisa ceria dan bersinar.

Dia benar-benar bersyukur tidak ada hal aneh terjadi pada anak itu.

“Apa kamu… Kang Yuyu yang disebut Kuning tadi?” tanya Ibu Klenting perlahan, matanya beralih pada sosok pria yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari mereka, memperhatikan dengan tenang.

“Ah, iya. Itu aku,” jawab Yuyu Kangkang sambil mengangguk cepat. Senyumnya ramah.

Ibu Klenting mengangguk kecil. “Kalau begitu, mari masuk dulu. Sambil menunggu Kuning selesai… Maaf ya, rumah ini sangat sederhana.”

Yuyu Kangkang tersenyum, lalu menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Rumah ini terasa hangat."

Dia mengikuti langkah Ibu Klenting masuk ke dalam rumah. "Kalau begitu… permisi.”

1
Azizah_19077
Alurnya bagus, beda dari yg lain dari segi cerita karena ada unsur cerita rakyat tapi dikemas dalam versi modern. Aku suka banget (please banyakin lagi mwuhehe) love you ka author, semangat
Azizah_19077
Okey, semangat kak author. Dan jujur ini seru banget mengadaptasikan cerita jaman dulu dalam era modern, aku suka cerita kaya gini soalnya beda dari yg lain
DancingCorn: Terimakasih atas dukungannya /Joyful/
total 1 replies
Nayla Syberia
Bagus kok Author ceritanya,lanjutin Author (SEMANGAT)🙂
DancingCorn: Terimakasih atas dukungannya /Smirk/
total 1 replies
Azizah_19077
ngikutin dari kak author aja😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!