Tidak ada tanggal sial di kalender tetapi yang namanya ujian pasti akan dialami oleh setiap manusia.
Begitupun juga dengan yang dialami oleh Rara,gadis berusia 21 tahun itu harus menerima kenyataan dihari dimana kekasihnya ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan di malam itu pula kesucian dan kehormatannya harus terenggut paksa oleh pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Kehidupan Rara dalam sehari berubah 180 derajat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18. Trauma
“Bismillahirrahmanirrahim, mudahkanlah urusan dan langkah kami ya Allah dalam memulai kehidupan baru ini dalam membina hubungan rumah tangga yang selalu Engkau ridhoi,” batinnya Rara.
“Ya Allah, jadikanlah keluarga kami keluarga yang sakinah mawadah warahmah meskipun kami belum saling mencintai, tapi aku berharap semoga pernikahan kami selalu mendapatkan keberkahan dan limpahan bahagia darimu ya Allah,” Bara membatin.
Setelah melakukan pengecekan langsung ke rumah baru yang sudah dibeli Bara hadiah pernikahan untuk sang istri yang rencananya besok akan ditempatinya, kedua pengantin baru itu bertolak menuju toko furniture yang ada di jalan Pengayoman.
Selama bersama dengan Bara, tanpa disadarinya rasa trauma perlahan-lahan berangsur sembuh. Bahkan rasa sedih, kecewa dan sakit hatinya, pagi tadi yang dirasakannya perlahan juga menghilang bak ditelan bumi.
Bara yang memang mudah akrab kepada orang yang sudah dikenalnya dengan baik sehingga membuat Rara cepat nyaman bersama dengan Bara. Apalagi intensitas pertemuaan mereka selama beberapa bulan terakhir sebagai rekan kerja yang membuat mereka lebih cepat saling beradaptasi.
Rara duduk di samping suaminya dan sesekali memperhatikan apa yang dilakukan oleh Bara.
“Ya Allah, apa benar kalau trauma yang aku derita beberapa bulan terakhir ini sudah membaik? Karena selama berdekatan dengan Mas Bara, aku tidak pernah gemetaran ataupun ketakutan bersentuhan dengannya berbeda ketika pertama kali kami berpegangan,” batinnya Rara.
Bara hanya tersenyum tipis ketika menyadari kalau Rara sesekali memandanginya.
“Semoga saja penyakit yang aku derita segera sembuh total ya Allah, aku nggak mau jadi beban suamiku dan aku ingin memenuhi tanggung jawabku sebagai seorang istri,” Rara kembali membatin.
Rara kembali melirik suaminya yang masih saja fokus mengendarai mobilnya. Tidak ada perbincangan yang terdengar selama perjalanan mereka ke salah satu toko furniture yang terkenal di kota Makassar.
Sebelum turun dari dalam mobilnya, Bara memberikan beberapa ATM ke dalam tangannya Rara.
“Ini ATM untuk keperluan rumah dan segalanya, ini ATM khusus untuk kamu sebagai istriku terserah dari kamu mau pake apapun karena itu hakmu dan setiap bulannya aku akan transfer sejumlah uang ke rekening yang kamu pegang atm-nya,” imbuhnya Bara.
“Makasih banyak, tapi kenapa harus dua segala? Satu kan sudah cukup, biaya hidup kalau kita cuman berdua saja nggak mengeluarkan uang banyak juga kayaknya,” ucap Rara yang tidak enak hati diberikan begitu banyak ATM.
“Nggak apa-apa, lagian itu memang hak kamu sebagai istriku. Memang kita membina hubungan rumah tangga ini tanpa cinta, tapi apa salahnya memenuhi tanggung jawabku sebagai seorang suami yaitu memberikan nafkah batin dan lahiriah sesuai dengan kemampuanku,” tuturnya Bara.
“Nafkah batin? Katanya dipending dulu sampai aku lahiran! Lah sekarang bahas itu lagi dan malah pengen dipenuhi. Plin-plan anat Mas,” candanya Rara.
Bara mendengar candaan dari istrinya sontak wajahnya Bara ditekuk, tak sedap dipandang mata meskipun hal itu tidak mengurangi kadar ketampanannya.
Bara menghadap ke arah Rara,” Apa masalah janji aku yang kemarin tentang ngomongin kalau masalah jatahnya dipending dulu nggak bisa diralat dan dirubah gitu?”
Bara sebagai lelaki tulen dan normal mana sanggup menahan kebutuhan biologisnya, apa lagi memiliki istri yang cantik dalam kamar yang sama mana sanggup bisa-bisa si Joni pusing setengah hidup.
“Sejujurnya Aku nggak tahan dan nggak bisa kalau sampai setahun lagi harus berpuasa bisa-bisa si Joni karatan,” ucapnya pasrah Bara sambil menunjuk ke arah bagian paling terbawah di tubuhnya.
Rara terkekeh mendengar perkataan dari suaminya itu,” Mas ada-ada saja! Lagian siapa yang meminta Mas untuk menahannya dan harus berpuasa selama setahun penuh? Aku hanya meminta waktu agar aku terbiasa dengan kehadirannya Mas di hidupku, di sisiku itu saja kalau aku nggak trauma lagi aku pasti akan memenuhi kebutuhan biologisnya Mas Bara walaupun belum atau tanpa cinta.”
Kedua bola matanya Bara seketika berbinar-binar saking bahagianya,” kamu seriusan akan memenuhi kebutuhan tanggung jawabmu sebagai seorang istri untuk menyanggupi dan memenuhi kebutuhan ranjang suamimu ini walau kamu sedang hamil?”
Rara mengangguk dan reflek mengalihkan pandangannya ke arah lain, karena malu-malu berbicara masalah adegan ranjangnya dengan lelaki meski itu dengan suaminya sendiri.
“Yes!! Aku akhirnya bisa berbuka puasa setelah beberapa bulan nggak merasakannya. Ini sih gara-gara Keiza yang memaksa icip-icip akhirnya jadi ketagihan,” monolognya Bara.
Rara yang melihat Bara melamun memikirkan masalah adegan plus-plus hanya geleng-geleng kepala.
“Terkhusus untuk Readers yang belum pernah tanda kutip masih bujangan atau masih gadis tintin jangan pernah coba-coba untuk icip-icip walaupun hanya sekedar tipis-tipis karena akibatnya bisa ketagihan gak ketulungan dampaknya sangat besar dan kerugiannya pun lebih besar dari rasa enaknya.”
“Mas, apa kita duduk di dalam mobil saja seperti ini terus-terusan? Sudah mau dzuhur loh kita belum belanja apapun,” ucap Rara yang sedikit mengeraskan suaranya agar Bara segera sadar dari lamunannya.
Bara salah tingkah karena kedapatan sedang melamunkan apa yang akan terjadi di malam pertamanya mereka sebagai suami istri.
“Maaf, ayo takutnya Mama menelpon lagi meminta kita pulang,” ujarnya gegas membuka sabuk pengamannya.
Rara sudah di luar mobil dan bercermin di kaca spion mobilnya karena ingin mengecek penampilannya terlebih dahulu sebelum berjalan ke arah dalam toko.
“Memang benar adanya lelaki itu dengan mudahnya melakukan hubungan intim dengan wanita manapun meski tanpa belum atau nggak ada rasa cinta di hati mereka sedangkan kita perempuan bisa saja melakukannya karena atas dasar kewajiban sebagai seorang istri,” monolognya Rara.
Rara berjalan beriringan bersama dengan suaminya hingga ke dalam toko, tanpa terduga Bara memegangi tangannya Rara sehingga keduanya bergandengan tangan menuju ke dalam toko tersebut.
Keduanya memilih furniture yang sesuai dengan kondisi rumah mereka dan tidak sedikit yang mereka beli karena ada beberapa kamar dan ruangan yang kondisinya masih kosong melompong.
“Mas kalau di kamar kita kayaknya ini yang cocok, coba cek,” pintanya Rara.
Bara mengecek satu persatu semua lemari, kursi, sofa dan ranjang serta perabotan lainnya.
“Bagus, kualitasnya premium harganya memang cukup mahal, tapi awet itu bagus daripada murah tapi sering gonta-ganti mendingin yang mahal tapi kualitasnya terjamin dan nggak diragukan,” tuturnya Bara yang memberikan pandangannya.
Mereka bekerjasama untuk mendapatkan prabotan yang sesuai dengan keinginan mereka dan cocok dengan kriteria model rumahnya tentunya.
Bara tak jauh-jauh dari istrinya karena perasaannya ada yang sedari tadi memperhatikan apa yang mereka kerjakan. Dan memang benar adanya, kalau ada orang yang sedari tadi seperti membuntutinya.
Bara dan Rara menyelesaikan transaksi pembayarannya di kasir, tapi belum selesai kasir menghitung total belanjaanya seseorang menarik kuat tangannya Bara. Untungnya Bara memberikan ATM untuk melunasi semua furniture yang dibelinya. Jadi, Rara melakukan transaksi tersebut sebelum huru hara terjadi.
“Kak Bara!” Ucapnya seorang wanita perempuan muda yang menarik tangannya Bara sedikit kuat.
Bara sontak menghentakkan tangannya dengan sekuat-kuatnya.”Lepaskan tanganku! Gue jijik disentuh oleh wanita jalang sepertimu!”
“Kakak Bara kenapa begitu tega meninggalkan aku waktu itu? Padahal aku sedang hamil anaknya kakak Bara,” tuturnya perempuan itu tanpa sedikit risih sungkan atau malu berbicara seperti itu di depan umum.
Rara hanya menatap suaminya bergantian dengan perempuan cantik itu yang berpakaian sedikit seksi.
“Berhenti berbicara omong kosong! Aku tidak pernah merasa kalau aku ada anak bersamamu! Jadi jangan asal bicara dan memfitnah,” tegasnya Bara.
“Apa!? Semudah itu kah kakak Bara melupakan segalanya yang pernah terjadi antara kita berdua? Padahal hubungan kita dulu sudah melebihi dari suami istri bahkan aku sempat hamil sebelum anak kita keguguran,” ujarnya perempuan itu lagi.
Semua orang memperhatikan perdebatan mereka berdua sedangkan Bara sangat marah mendengar perempuan itu membuka aib mereka di depan umum.
“Stop! Keiza aku mohon berhentilah berbicara tentang masa lalu kita! Itu semuanya terjadi dulu sebelum aku melihat kamu tidur dengan seorang pria yang tidak lain adalah dosen kamu sendiri dan kalian memiliki anak dari hasil hubungan gelapmu dengan pria beristri itu,” tanpa ragu-ragu Bara mengungkapkan kebobrokannya Keiza di depan publik.
Keiza tidak menyangka jika Bara dengan tega membuka aibnya dan berbicara lantang di depan orang banyak.
“Kenapa kamu diam ha!? Kamu kira aku akan diam saja setelah kamu permalukan! Aku bisa berbicara lebih banyak lagi kalau kamu ingin mendengarnya lagi,” geramnya Bara.
Keiza terpojok niat hati ingin membuat Bara sedih dan menyesali keputusannya tetapi malah dia dipermalukan oleh pria yang pernah mati-matian jatuh cinta padanya.
Tanpa ragu-ragu Rara berjalan ke arah Keiza dan langsung menampar wajahnya Keiza.
Plak!!
“Kamu sebagai seorang perempuan tidak punya harga diri! Pantes saja kamu dicampakkan karena tidak punya rasa malu sedikitpun! Jadi wanita itu harusnya kamu sadar kenapa suamiku meninggalkanmu karena kau sendirilah penyebabnya,” sarkasnya Rara.
Keiza mengusap wajahnya karena ngilu dan terasa kebas akibat tamparannya Rara yang cukup keras.
Rara menunjuk langsung tepat di wajahnya Keiza, “Sekali lagi kamu mempermalukan suamiku kamu akan berhadapan dengan diriku!” Gertak Rara.
Keiza hendak membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi karena tatapan matanya Rara yang nyalang tertuju ke arahnya sehingga Keiza mengurungkan niatnya dan nyalinya seketika menciut.
“Maafkan kami atas keributan yang terjadi di sini. Semua ini terjadi karena kesalahpahaman saja,” Rara meminta maaf kepada semua orang yang terganggu akibat keributan yang terjadi.
“Ini hanya salah paham saja, maafkan kami,” tutur Bara.
Bara melakukan hal yang sama agar tidak memperkeruh masalah dan untuk menghindari ada orang yang mengenalnya bisa-bisa reputasinya sebagai seorang guru rusak karena insiden tidak terduga ini.
Semua orang bubar barisan dan kembali melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda karena kekacauan itu.
Rara berjalan ke arah Keiza yang masih mematung dia sedikit mendekatkan wajahnya ke arah Keiza.
“Kalau Lo berani bertindak di luar batas, gue bisa melaporkan perselingkuhan Lo kepada istri kekasihmu yang berprofesi sebagai dosen itu, ingat masa depan Lo bisa hancur sehancur-hancurnya kalau gue bertindak, gue punya bukti hubungan gelap Lo,” bisiknya Rara.
Bara menaikkan alisnya melihat apa yang diperbuat oleh Rara tanpa berniat untuk mencegah istrinya.
Rara setelah berbicara seperti itu, Rara menarik tangannya Bara meninggalkan tempat tersebut karena sudah menyelesaikan pembayaran semua barang belanjaannya.
Keduanya sudah di dalam mobil dan duduk tanpa ada yang berbicara sedikitpun. Terjadi keheningan di dalam kabin mobil, hanya suara helaan nafas terdengar dari bibir mereka.
“Astaga dragon! Mas Bara itu ganteng, cakep, kerjaan bagus lah kok pernah jatuh cinta kepada perempuan sejenis Keiza! Kalau aku diposisinya mas Bara amit-amit jabang bayi deh! seumur hidup aku lebih memilih menjomblo daripada kenal bahkan berbagi peluh keringat bersama dengannya!” Ucapnya Rara yang terlihat raut wajah jijiknya.
Bara malah tersenyum mendengarnya,” itu karena aku belum bertemu denganmu makanya aku terperdaya dan terlalu lugu sehingga pernah jatuh dalam perangkap dan rayuan mautnya perempuan uget-uget itu.”
Rara mengusap wajahnya Bara yang menatapnya dengan tatapan nakal,” pasti pikirannya lari ke situ kan?” Tebaknya Rara yang bergidik ngeri-ngeri sedap membayangkannya.
“Hahaha! Lo itu pikirannya saja kali yang lari kemana-mana, aku santai saja loh,” sanggah Bara yang malah mendekatkan wajahnya hingga kedua hidung mereka saling menempel karena tubuhnya Rara mentok ke pintu mobil.
“Mas Bara mau ngapain?” Tanyanya Rara yang tubuhnya mulai gemetar ketakutan.
semangat authir 💪💪💪💪💪♥️♥️♥️♥️♥️
peringatan yang cukup bagus author!