Aira harus menelan pil pahit, ketika Andra kekasih yang selama ini dicintai dengan tulus memilih untuk mengakhiri hubungan mereka, karena terhalang restu oleh orang tua karena perbedaan keyakinan.
padahal Aira sedang mengandung anak dari kekasihnya.
apakah Aira akan mampu bertahan dengan segala ujian yang dihadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arij Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11
Aira menjadi senyum senyum sendiri mengingat itu. Kenangan yang tak bisa Aira lupakan. Kenangan waktu pertama kalinya mereka berkenalan dan pendekatan. Aira menghela nafas dengan berat ketika sadar itu sekarang hanya akan menjadi kenangan saja. tanpa bisa di rasakan lagi kebersamaannya.
Aira hanya bisa pasrah dengan semua yang telah terjadi. Yang bisa dilakukan hanya berjalan menuju kedepan tanpa menoleh kebelakang. Berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi. Terutama masa depan dan bayinya.
Flashback on
Sudah lama sekali Aira tidak pergi ke rumah andra. Waktu itu, Aira seperti biasanya ketika hari Minggu. Andra selalu menjemput Aira untuk mengunjungi orang tuanya. Aira sudah sering diajak Andra kerumah. Aira sangat nyaman dan senang ketika dirumah Andra, karena orang tuannya menerima Aira dengan baik. Bagi Aira rumah Andra sudah menjadi tempat kedua ternyaman setelah rumah orang tuanya.
ketika susah sampai dirumah Andra. Aira turun dari motor berjalan menuju rumah. Aira melihat mamah Andra yang sedang duduk di tera depan rumah. Aira menghampiri mamah Andra
"Selamat siang mamah, " ucap Aira ketika sudah dekat mamah Andra.
"selamat siang juga Aira," jawab mamah Andra.
Aira mengecup punggung tangan mamah Andra, sebagai penghormatan.
"Mamah apa kabar?"
"Udah lama ya, Aira tidak mampir kesini,"
"Aira jadi kangen sama mamah," dengan senyum mengembang Aira melanjutkan kalimatnya.
"Mamah sehat Aira" jawab mamah Andra dengan senyum yang mengembang.
"Aira sok sibuk sih, sampai tidak sempat mampir kerumah, " jawab mamah sambil menarik Aira untuk duduk disampingnya.
"Bilangnya kangen, tapi jarang mampir," lanjutnya.
"badan Aira makin berisi ya sekarang?" mamah Andra lanjut bertanya sambil memandangi Aira. merasa ada yang aneh dengan badan Aira yang sekarang.
"Iya mah," jawab Aira dengan sedikit memaksakan senyuman karena dikatakan gemuk
Andra yang sedang memarkirkan motor sambil melihat kekasih hatinya yang akrab dengan mamahnya sangat senang. Andra berharap kalau kedua wanita kesayangannya dapat akrab sampai nanti.
Andra yang tidak ingin menggangu mereka, hanya melihat saja. tidak ingin ikut dalam obrolan mereka.
sekian lama mereka yang asyik sedang mengobrol. Andra datang menghampiri mereka. berharap agar obrolan mereka berhenti dan dilanjutkan nanti. Sebab Aira baru Samapi takut merasa lelah.
"Mah, sudah ya ngobrolnya, kasihan Aira baru datang, biar Aira istirahat sebentar dikamar Andra!." ucap Andra sambil menepati kursi didepan mamahnya.
"eh... Iya ya, " jawab mamah Andra dengan spontan.
"keasyikan kita ngobrol, sampai lupa Aira baru datang belum dikasih minum," lanjutnya sambil menepuk dahinya.
Akhirnya mereka mengakhiri obrolannya. Mamah Andra menyuruh agar Andra mengantar Aira kekamar Andra untuk istirahat .
Andra yang sudah mengantar Aira kekamar. Berjalan menghampiri mamahnya. karena mamahnya pun tadi ikut kedalam, untuk menuju ruang keluarga.
Mamah Andra yang melihat Andra keluar, meminta Andra agar duduk mendekat. dia ingin menanyakan tentang praduganya tadi.
Mamah Andra bertanya kepada putranya. bertanya dengan suara pelan. Takut nanti jika Aira mendengarkan pembicaraan mereka dari kamar. Tapi tanpa mereka sadari Aira memang mencoba mendengarkan. Karena Aira mendengar namanya disebut sebut, jadi Aira mencoba mendekat agar terdengar jelas
Waktu Aira sedang berada di kamar untuk istirahat sebentar. Aira tidak sengaja mendengar orang berbicara dari arah ruang keluarga. Aira menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Aira mengenal sangat mengenal suara itu. Itu suara Andra dan kedua orang tuanya. mereka sedang membicarakan Aira.
"Andra, mamah lihat lihat badan Aira lebih berisi?" dengan pelan mamah Andra bertanya.
Andra menoleh kepada mamahnya. Andra menghela nafas pelan
"iya mah, Aira memang lebih berisi."
Mamah Andra terdiam. Dahinya mengkerut mendengar jawaban Andra. Dia berfikir apakah benar apa yang ada dalam pikirannya.
"Andra, jangan bilang kalau Aira hamil?" Tanyanya dengan curiga.
Andra hanya diam, menundukkan kepalanya, gak berani menjawab.
"Andra.... Jawab?" dengan nada tegas mamah menuntut jawaban dari putranya.
Andra hanya mampu terdiam tak berani menjawab lagi. Andra tahu kalau beberapa bulan ini Aira terlambat datang bulan. Tapi Andra masih berfikir kalau itu hanya terlambat saja tidak hamil. Karena Aira habis masa pemulihan karena penyakit lambungnya. Andra tidak berani berfikir sampai kesitu.
Mamah Andra yang melihat tidak ada respon dari putranya, sudah bisa menebak apa yang terjadi.
"kalau begitu, nanti malam kita pergi ke dokter. Kita pastikan apakah benar positif atau tidak." dengan nada datar, mamah Andra memberi saran kepada putranya.
Andra hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Dia juga bingung harus merespon seperti apa.
Sedangkan di dalam kamar, Aira mendengarkan dengan perasaan yang was-was, takut dan cemas. Dia sempat berfikir apakah benar yang dikatakan oleh mamahnya Andra. Benarkah aku positif hamil. Aira tidak sampai berfikir sejauh itu. Dia hanya mengira kalau berat badannya bertambah itu karena dia makan banyak abis masa pemulihan.
Karena setiap merasa tidak enak badan Aira selalu periksa ke dokter. Dokter menjelaskan kalau penyakit lambung Aira sedang kambuh, dan kurang istirahat. waktu itu memang Aira sedang mendapatkan banyak pekerjaan, belum lagi tugas kuliahnya yang banyak. Aira sering telat makan dan stress. Akibatnya lambungnya kambuh.
banyaknya beban pikiran Aira membuat Aira sering terlambat datang bulan. Aira memang dari dulu sudah sering terlambat datang bulan. kadang satu bulan tidak datang bulan atau kadang sebulan bisa dua kali. Aira berfikir mungkin karena stress dan habis sakit saja. Tak berani berfikiran sejauh itu.
Setelah tanpa sengaja mendengar percakapan mamah Andra, Aira mulai berfikir yang tidak tidak.
Aira menjadi cemas, dia mondar-mandir sambil menggigit kuku-kuku tangannya
"aduh... bagaimana ini?"
"Apa benar tebakan mamahnya Andra"
Aira menggeleng gelengkan kepala, berharap bisa mengusir isi kepalanya.
"Tidak, tidak."
"Tidak mungkin aku hamil."
Aira semakin cemas
Aira terduduk lesu didepan pintu. Dia menenggelamkan kepalanya dilipatan kakinya. Menahan tangis agar tidak terdengar sampai luar.
"hiikkkssss hiikkssss hhiikksss"
Malamnya, sesuai dengan perkataan mamah Andra. Kalau malam ini meraka akan membawa Aira kedokter kandungan agar tidak menduga-duga, dan mendapat jawaban yang pasti.
Dalam perjalanan kedokter, mamah Andra dan Andra yang saling berbicara. Mamah bercerita kalau dokter yang akan nanti dikunjungi adalah dokter yang sudah menangani mamah waktu hamil dana melahirkan ketiga anaknya, sampai sekarang. Aira hanya diam saja. Tidak berani ikut bergabung dalam obrolan mereka. Akan bersuara jika mereka bertanya saja.
Perjalanan panjang pun telah dilalui. Mereka sudah sampai di klinik. Mereka langsung menuju keruang dokter, karena mamah Andra sudah mendaftar lewat telepon, jadi tidak perlu untuk mengantri.
"tok tok tok" mamah Andra mengetik pintu. Sedangkan Aira dan Andra hanya mengikuti dari belakang saja.
"masuk ," jawab dokter dari dalam.
"ceklek"
"Selamat malam dokter ," ucap salam mamah.
"selamat malam Bu," dokter berdiri sambil menjawab dengan ramah salam dari mamah.
Dia mempersilahkan dan akan menanyakan keluhannya.
"silahkan duduk," lanjutnya.
Setelah mendapat persetujuan dari dokter mamah Andra dan Aira duduk dengan nyaman.
Tapi tidak untuk Aira, Aira malah merasa takut. Irama degup jantung Aira semakin cepat. Aira meremas remas pakaian yang dikenakannya, agar mengurangi rasa takutnya.
"ada yang bisa saya bantu Bu?" tanya dokter paruh baya tersebut.
" iya dok," jawab mamah.
"Begini dok," lanjutnya, sambil menghela nafas berat sebelum melanjutkan keluhannya.
"Huh... "
"Ini, anak saya sudah dua bulan tidak menstruasi, tapi kalau dilihat dari badannya, ada yang mencurigakan. Makanya untuk memastikannya saya membawanya kesini. agar lebih jelas," lanjut mamah sambil memeluk Aira.
"Apa sudah dicoba tes pakai teskpeck ?" tanya sang dokter.
"Belom dok ," jawab mamah.
Aira dan Andra hanya diam saja mendengar pertanyaan dokter. Tak berani menjawab, mereka membiarkan mamah yang menjawab semuanya.
"Kalau begitu, lebih jelasnya kita lakukan USG saja ya ?" lanjut dokter sambil menuliskan kelurahan pasien dibuku.
"Ayo, silahkan berbaring di ranjang itu," ucapnya sambil menunjukkan ranjang pemeriksaan.
Aira berdiri, berjalan menuju ranjang.
Sedangkan dokter mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk USG. Dia dibantu satu yang yang sudah siap di samping ranjang pasien.
"suster, tolong untuk diperiksa dulu tekanan darah dan yg lainnya," kata dokter kepada asistennya.
"baik dok," jawab suster dengan patuh.
Tak butuh lama suster selesai dengan pekerjaannya. Sekarang tinggal melakukan USG.
suster meminta izin untuk membuka baju Aira dibagian perut. Dia mengoleskan pelumas diperut sebelum dilakukannya pengecekan.
"sudah selesai sus?" tanya dokter.
" sudah dok," jawab sang suster.
Dokter kemudian meletakkan alat USG diatas perut Aira. Dengan pelan dokter menggerakkan kekiri, ke kanan mengamati layar yang ada didepan.
sedangkan Andra dan mamahnya melihat dan memperhatikan gerakan dokter.
"nah ketemu !" ucap sang dokter.
"Ibu dan masnya, coba lihat bulatan yang ada di layar itu," dokter menunjukkan kepada mereka semua.
Mamah dan Andra menuruti perintah sang dokter untuk melihatnya. Mereka mengarahkan pandangannya ke layar monitor.
"Itu adalah janin yang ada di dalam rahimnya."
"selamat anak ibu positif hamil ."
"usianya sudah masuk 16 Minggu" kata dokter dengan ramah.
Aira yang mendengar perkataan dokter langsung syok. Aira bengong seakan nyawanya hilang entah kemana.
"dan ini detak jantungnya juga sudah berbunyi," lanjut sang dokter.
"deg deg deg, nah kalian bisa mendengarkan kan?" tanya dokter.
"janinnya sehat, berat badannya juga sudah pas, " lanjut sang dokter.
dokter memberikan vitamin untuk Aira.
Mereka menerima dan mengucapkan terimakasih, kemudian lanjut pulang.
Flashback off
Aira tersadar dari lamunannya, melihat jam sudah tengah malam. Aira berusaha untuk memejamkan matanya. Tidak lama kemudian Aira tertidur sampai pagi.
Drrttt... Drrrttt... Drrttt... ponsel Aira berbunyi.
.
.
.
bersambung...
Siapakah yang menghubungi Aira dipagi hari ?.
Ditunggu di bab selanjutnya ya!