NovelToon NovelToon
Untuk Aldo Dari Tania

Untuk Aldo Dari Tania

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:469
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

Berawal dari pertemuan singkat di sebuah mal dan memperebutkan tas berwarna pink membuat Aldo dan Tania akhirnya saling mengenal. Tania yang agresif dan Aldo yang cenderung pendiam membuat sifat yang bertolak belakang. Bagaikan langit dan bumi, mereka saling melengkapi.

Aldo yang tidak suka didekati Tania, dan Tania yang terpaksa harus mendekati Aldo akhirnya timbul perasaan masing-masing. Tapi, apa jadinya dengan Jean yang menyukai Aldo dan Kevin yang menyukai Tania?

Akhirnya, Aldo dan Tania memilih untuk berpisah. Dan hal itu diikuti dengan masalah yang membuat mereka malah semakin merenggang. Tapi bukan Aldo namanya jika kekanak-kanakan, dia memperbaiki semua hubungan yang retak hingga akhirnya pulih kembali.

Tapi sayangnya Aldo dan Tania tidak bisa bersatu, lantaran trauma masing-masing. Jadi nyatanya kisah mereka hanya sekadar cerita, sekadar angin lalu yang menyejukkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percikan

Entah kenapa semua yang bersangkutan dengan Tania justru berimbas pada Aldo. Setiap kali ada masalah dengan Tania pasti Kevin memintanya untuk menemani gadis itu. Aldo seolah menjadi ayah, menjadi pelindung bak superhero bagi Tania di kala gadis itu sedang kesusahan ataupun berada dalam bahaya.

Aldo dan Jean harus bersusah payah membujuk Tania pulang bersama mereka. Karena membujuk Tania jika sedang bad mood adalah hal yang paling dilakukan. Sampai akhirnya, Tania mendesah panjang dan mengangguk setuju saat Aldo dan Jean terus mendesaknya.

Dan di sinilah mereka sekarang, duduk di mobil Aldo. Tania duduk di kursi belakang seraya melipat kedua tangannya di depan dada, sedangkan Jean dan Aldo duduk di depan. Mata Tania menyorot tajam memperhatikan kedekatan antara Jean dan Aldo. Dia sekarang berubah menjadi seekor nyamuk. Merasa terabaikan di dalam mobil ini.

"Lo keren banget, sih, sumpah. Kelihatan ada wibawanya," ujar Jean.

"Masa? Padahal si Nico udah gemeteran," ujar Aldo.

"Kelihatannya sih grogi banget," ujar Jean.

"Iya. Oh iya, nanti malam lo mau makan apa?" tanya Aldo.

"Nggak usah, gue masak sendiri aja," ujar Jean.

"Iya udah, nanti malam gue ke rumah lo," ujar Aldo.

"Ngapain?" tanya Jean.

"Nyobain masakan lo," ujar Aldo.

Jean terkekeh. "Lo nggak usah ke rumah gue, makan malam aja sama keluarga lo. Lagi pula gue udah biasa sendirian kok," ujar Jean. Dari nada bicaranya saja sudah terdengar pilu. Pasti Jean benar-benar merasakan kesendirian di dalam hidupnya.

Aldo tersentuh mendengar ucapan Jean. Dia meraih tangan Jean lalu mengelus punggung tangan gadis itu—berusaha memberikan kekuatan.

"Lo nggak sendiri, ada gue," ujar Aldo tersenyum manis.

Tania yang melihat pemandangan di depannya ini begitu muak. Ingin sekali dia memuntahkan isi perutnya. Bagaimana bisa Aldo fokus menyetir sedangkan tangan dan hatinya tertaut dengan Jean. Melihat perlakuan Aldo yang menurutnya berlebihan membuat dia berekspresi muntah.

"Ehem," deham Tania. "Inget ya, ada orang cantik di sini," ujar Tania.

Seolah tertangkap basah, Aldo dan Jean segera melepas tautan tangan mereka dan bersikap salah tingkah. Tania melirik keduanya. Bisa Aldo lihat lirikan tajam itu dari spion dalam.

"Maaf, gue kira lo nggak ada," ujar Aldo.

"Hem, keberadaan orang kayak gue emang sering diabaikan," ujar Tania seraya memainkan ujung rambutnya dengan satu telunjuk.

"Iya, makanya keberadaan lo diabaikan sama kak Kevin," ujar Aldo.

"Apa?" Tania melotot tajam dan berjingkrak kaget.

Kalau Aldo sudah terkekeh melihat ekspresi Tania, maka lain halnya dengan Jean yang sudah menenangkan Tania.

"Aldo, jangan ngomong gitu," ujar Jean seraya memelototkan matanya.

"Iya, maaf. Kak Kevin nggak mengabaikan kehadiran lo kok. Lagi pula, siapa sih yang bisa mengabaikan lo yang bar-bar ini," ujar Aldo seraya mengacak gemas rambut Tania ketika kepala gadis itu masih dicondongkan ke depan.

"Awh! Rambut gue rusak," ujar Tania kesal. Dia kembali duduk seperti semula dan membenarkan rambutnya.

Jangan ditanya bagaimana perasaan Jean saat Aldo dengan gemas mengacak rambut Tania. Dan, sebisa mungkin Jean menutupi perasaan cemburu itu. Dia menoleh pada Tania. "Tan, katanya pas istirahat lo ngajuin diri masuk OSIS ya?" tanya Jean.

Tania mengangguk. "Iya, dong. Dan langsung diACC oleh pembinanya," ujar Tania membanggakan diri.

Jean mengangguk-angguk. "Bagus, dong. Kalau tujuan lo mau masuk OSIS selain mau berubah apa?" tanya Jean.

"Ketemu kak Kevin," ujar Tania spontan.

"Apa?" Itu adalah reaksi terkejut dari Jean. "Serius?" tanya Jean.

Tania mengangguk kuat. "Dengan gue masuk OSIS gue bakal sering ketemu sama dia. Dia 'kan jarang tuh di rumah karena kesibukannya. Jadi, gue mau mengikuti jejak langkah kesibukannya agar gue bisa terus sama dia," jelas Tania.

Ini benar-benar membuat ekspresi Jean begitu terkejut.

"Nggak usah ngarep. Dia mau pacaran sama kak Tari," ujar Aldo.

"Lo bisa nggak sih, Do, nggak buat gue sedih?" tanya Tania.

"Oke, suatu saat gue bakal bikin lo senang," ujar Aldo.

Mata Tania langsung berbinar cerah. "Oh ya? Gimana caranya?" tanya Tania.

"Dengan membuat lo sengsara," ujar Aldo disusul tawa renyahnya.

"Sialan!"

...******...

Hal yang pertama Aldo lakukan adalah mengantarkan Jean pulang ke apartemennya. Gedung pencakar langit itu terlihat begitu kokoh saat Tania membuka kaca mobil dan mendongak ke atas.

"Gue duluan, ya, Tan," ujar Jean.

Tania menarik kembali kepalanya ke dalam. "Oke, hati-hati," ujar Tania.

"Lo diam di sini, jangan keluar dari mobil!" ujar Aldo.

Tania mengernyit bingung. "Lo mau ke mana? Bukannya mau anterin gue pulang?" tanya Tania.

"Gue mau anter Jean dulu. Sebentar kok," ujar Aldo.

"Jangan lama-lama," ujar Tania.

"Iya," jawab Aldo.

Lantas, Jean melambaikan tangannya kepada Tania yang berada di dalam mobil. Mata Tania mengarah pada punggung Aldo dan Jean yang kian menjauh. Tania menghela napas panjang.

"Aldo anaknya boleh juga," ujar Tania.

Menyadari apa yang diucapkannya membuat dia menepuk-nepuk pipinya kasar.

"Ish, Tania! Lo nggak boleh suka sama Aldo, cukup sama kak Kevin aja," ujarnya.

...******...

Ada hal baru yang terjadi saat Aldo dan Jean membuka pintu apartemen. Jika biasanya mereka hanya menemukan keadaan ruangan yang sepi, maka kali ini mereka dikejutkan dengan seseorang yang jarang muncul di depan mata. Senyum yang semula terukir karena sebuah candaan itu harus pupus karena seseorang dengan tampang gagah dan berwibawa itu berada tepat di depan mereka. Mungkin orang itu ingin keluar dari apartemen.

Aldo dan Jean tidak percaya hal ini. Terlebih gadis itu, mata itu sudah berkaca-kaca, bibirnya sudah setengah bergetar.

"Pa-pa," ujar Jean dengan bibir bergetar.

"Jean, baru pulang dari sekolah?" tanya Ardi—ayah Jean.

Alih-alih menjawab pertanyaan ayahnya, Jean justru berhambur memeluk sang ayah. Lama tidak bertemu membuat dia tidak bisa lagi menahan rindu yang bergejolak ini. Jean tidak kuasa menahan semuanya, dia melepas semua kerinduan ini dengan berhambur memeluk Ardi.

"Jean kangen," lirih Jean.

Hati Ardi menghangat. Dia juga merindukan putrinya itu. Ardi membalas pelukan Jean—mengusap punggung gadis itu untuk menetralkan kerinduan.

"Papa juga, Nak," ujar Ardi.

Aldo hanya bisa menghela napas panjang melihat hal itu. Menyadari tatapan Ardi menyorot padanya membuat dia menunduk takut. Baru saja Aldo ingin melangkah pergi, tetapi suara berat nan serak Ardi mengurungkan niatnya.

"Tunggu Aldo!" ujar Ardi.

Sontak Jean segera melepas pelukan itu dan menatap keduanya dengan bingung.

Aldo menatap Ardi meminta penjelasan.

"Kita bicara sambil duduk," ujar Ardi.

...******...

Dan, di sofa inilah mereka bertiga duduk. Aldo duduk bersampingan dengan Jean dan Ardi ada di depan mereka. AC di ruangan ini seolah tidak berfungsi. Aldo terus memainkan jari-jarinya pertanda kalau dia sedang khawatir.

Jangan tanya dulu bagaimana keadaan Tania yang menunggu di dalam mobil. Gadis itu terus bercerocos dan mengumpat kesal.

"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena telah menemani Jean sampai sekarang," ujar Ardi sebagai awal pembuka yang sempurna.

"Iya, Om. Sama-sama," ujar Aldo.

"Tapi kamu nggak bisa terus-terusan jagain Jean, Aldo," ujar Ardi.

Jean mengernyit bingung. "Maksudnya? Papa bakal tinggal di sini jagain aku?" tanya Jean.

Ardi menggeleng. "Papa ke sini hanya ambil beberapa berkas lalu kembali," ujar Ardi.

Itu adalah kenyataan pahit yang terus Jean terima berulang-ulang kali. Rasanya dunia tidak adil padanya. Dia telah ditakdirkan untuk mendapat kenyataan pahit.

Melihat ekspresi kecewa yang langsung ditunjukkan Jean membuat Ardi menghela napas panjang. "Maksud papa, Aldo nggak seharusnya jagain kamu terus. Dia juga punya kesibukannya sendiri. Dan dia statusnya masih pelajar," ujar Ardi.

"Tapi saya masih sanggup jagain Jean, Om," ujar Aldo dengan keyakinan tinggi.

"Saya tahu seberapa besar kesanggupan kamu. Tapi saya tidak akan membayar kamu," ujar Ardi.

"Saya tidak minta dibayar, Om. Saya ikhlas kok dari hati," ujar Aldo. Harga dirinya merasa direndahkan tetapi dia tetap bertahan dengan segala keyakinan dan kekuatan yang ada.

"Iya Aldo, saya tahu. Tapi kamu nggak seharusnya melakukan pekerjaan yang bukan di usia kamu," ujar Ardi.

"Om—"

"Dengar dulu, Aldo." Ardi mengangkat satu tangannya ke udara sebagai peringatan untuk Aldo. "Saya sudah meminta orang lain untuk menjaga Jean. Dan sebentar lagi ibunya akan datang dan tinggal di sini," jelas Ardi.

"Hah? Mama mau datang?" tanya Jean.

Ardi mengangguk. "Iya, beberapa hari ke depan bersama dengan orang yang akan jaga kamu," ujar Ardi.

Ini adalah pengusiran secara halus. Aldo tidak tahu lagi harus berkata seperti apa dan merespons bagaimana. Ini benar-benar di luar dugaannya.

"Tapi bukan berarti Aldo akan jauh 'kan, Pa, sama aku?" tanya Jean.

Ardi mengangguk. "Tidak, kalian masih bisa tetap bersama. Hanya saja Aldo tidak perlu begitu khawatir pada Jean," ujar Ardi.

Jean tersenyum manis. Setidaknya dari ribuan kenyataan pahit yang diterimanya, ada kenyataan manis yang terselip di dalamnya. Jean melirik Aldo. "Do," panggil Jean.

Aldo mendongak setelah sekian lamanya dia berpikir. "Iya, Om, saya paham," ujar Aldo.

"Oke, kalau gitu saya pergi dulu." Ardi beranjak berdiri.

Jean langsung bangkit. "Papa mau berangkat lagi?" tanya Jean.

"Iya, sayang, mama kamu akan datang," ujar Ardi seraya mengacak rambut Jean.

Jean tersenyum mengangguk. "Iya udah, Papa hati-hati," ujar Jean.

Ardi mengecup kening putrinya. "Kamu juga, ya," ujar Ardi.

Setelah pria paruh baya itu keluar dari apartemen, Jean menuju mobilnya yang berada di basement. Jean kembali duduk dan memperhatikan Aldo.

"Do, lo—"

"Gue nggak apa-apa. Hanya saja sedang berusaha menerima kenyataan yang akan dijalani," ujar Aldo.

"Tapi apa yang dikatakan papa benar, Do," ujar Jean.

Aldo mengangguk. "Iya, gue pulang dulu ya. Bye." Aldo beranjak pergi.

"Hati-hati. Besok masih jemput gue sebelum mama datang!" teriak Jean.

Aldo hanya berdeham sebelum dia keluar dari apartemen.

Jean menghela napas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!