Cintaku Bukan Kamu

Cintaku Bukan Kamu

bab 1

Aira Harus menelan pil pahit, ketika kekasih yang dicintainya dengan tulus selama ini harus mengakhiri hubungan mereka, karena terhalang oleh perbedaan keyakinan, yang menjadi polemik hubungan mereka selama ini, bukan hanya karena perbedaan saja, tapi karena orang tua yang tidak memperbolehkan salah satu diantara mereka harus memilih untuk mengikuti keyakinan yang Mana, padahal semuanya tahu jika Aira sekarang sedang mengandung.

"Maafkan aku Aira, mungkin kita tidak bisa bersama lagi, aku tidak bisa mengecewakan orang tuaku, dengan memilih bersamamu, maafkan aku jika aku membuatmu kecewa dengan keputusanku".

"Kenapa?. Kenapa harus kita akhiri, jika kita masih bisa bersatu. Bagaimana dengan anak yang aku kandung?." Ingat mas, dulu kamu yang selalu meyakinkanku untuk selalu percaya kepadamu, tapi nyatanya apa!, kau malah yang menjadi racun dalam hatiku," sahut Amira dengan perasaan yang terluka.

" Aira, mungkin dulu aku begitu menyayangimu, mencintaimu dengan sepenuh hatiku, bahkan sampai sekarang masih sangat-sangat mencintaimu, tapi apa yang bisa kau perbuat jika kedua orang tua kita tidak bisa mencapai mufakat."

" Kau jahat mas, kau sangat jahat, kenapa kau tidak bisa mengambil keputusan, kenapa kau tidak bisa memilih kami?, kenapa kau tidak bisa ikut bersama aku dan bayi kita?."

" Sekali lagi maafkan aku Aira, aku takut seandainya aku memilih bersamamu, aku takut nanti aku mati dengan cepat tapi belum bisa menjadi ayah dan suami yang baik."

Sedangkan Aira sudah tidak bisa berkata kata lagi dia tidak tahu harus berkata apalagi untuk meyakinkan andra,

sedangkan dia tidak ingin menggenggam tangan yang sudah tidak ingin digenggam.

" Kamu yakin mas dengan keputusan itu?." tanya amira, mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata setetes pun.

"Aku yakin Aira," jawab Andra dengan tatapan nanar.

"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi jauh dari kehidupanmu, agar aku bisa menyembuhkan luka yang sudah kamu torehkan padaku, aku hanya bisa memberikanmu ini", ucap Aira dengan memberikan kado kepada Andi.

"Apa ini Aira?" tanya Andra.

"Sebuah kenangan yang sangat berharga yang tak mungkin bisa kamu lupakan. Dan tolong untuk dijaga baik-baik kado pemberianku ini, dan bukalah kalau sudah sampai dirumah."

"Baiklah Aira, aku akan menjaga pemberianmu ini dengan baik. Maafkan aku jika keputusanku membuatmu terluka."

"Sudahlah mas, aku terima keputusanmu walau sangat sakit, tapi apalah dayaku harus memilih." kata Aira sambil meneteskan air matanya, karena sudah tidak sanggup untuk menahan sesak didada nya

"Maaf," ucap Andra sambil menundukkan kepalanya.

"Bolehkah aku memulukmu untuk terakhir kalinya mas," pinta Aira.

"Boleh" jawab Andra.

Dan akhirnya mereka berpelukan dengan erat sambil menangis.

"Maaf mas, baju mas jadi basah. Selamat tinggal mas semoga kamu bahagia dengan pilihanmu. Dan doakan aku semoga aku kuat menjalani keputusanku untuk tidak memilih siapa siapa diantara mas atau orang tuaku. Selamat tinggal," ucap Aira.

setelah itu Aira berbalik dan pergi meninggalkan Andra tanpa menoleh kebelakang.

Andra menatap nanar kepergian Aira, dia hanya bisa melihat bagaimana Aira berusaha untuk tetap tegar dengan kenyataan dan pilihan yang harus mereka pilih.

Mereka tidak bisa memilih antara cinta orang tua dan kepercayaan masing masing.

dan Andra akhirnya ambruk dan terduduk lesu setelah kepergian Aira. dia hanya bisa berdiam ditempat dan tidak bisa berbuat apa apa sampai dia bangkit dan pulang.

...****************...

Setelah sampai kamar kos, Aira menangis sejadi-jadinya, mengeluarkan rasa sesak yang ada. menangis seorang diri hingga akhirnya tertidur.

Paginya Aira bangun seperti biasa dengan mata sembab karena menangis semaleman.

Setelah menenangkan diri Aira mengambil handphonenya, mengingat bahwa orangtuanya berpesan untuk memberi kabar kalau sudah bertemu dengan Andra.

"assalamualaikum bapak, Aira semalem sudah bertemu dengan mas Andi, sekarang Aira sudah dikos. Bapak jadi mau jemput Aira kapan?. Biar Aira bisa beres beres dari sekarang. "

"waalaikum salam ndok, iya nanti siang bapak jemput. Sudah makan kamu ndok?."

"Udah pak, ya sudah pak Aira mau beres-beres dari sekarang, agar nanti bapak sampai bisa langsung pulang. Assalamualaikum."

"Walaikum salam," jawab bapak.

Lama sekali Aira menatap ponselnya. memegang erat ponselnya. Menahan sesak yang dia rasa.

"hikss hikss hiiksss," akhirnya tumpah juga tangisnya.

Puas sudah Aira menumpahkan tangisnya. Dia mulai melihat sekeliling kamar kosnya, dia menjadi bingung , mana dulu yang akan dia kerjakan. Akhirnya Aira lebih memilih tidur, tidak melanjutkan kegiatannya.

.

.

.

Bersambung........

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!