Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.
Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.
Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.
"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.
"Kau adalah milikku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Ciuman Pertama
Tanpa disadari mereka sudah ada di depan ruangan Jendral. Sora tidak bisa mundur lagi. Apapun yang terjadi ia harus menghadapinya.
Dengan tubuh yang sedikit gemetar, mereka masuk kedalam. Ruangannya sangat gelap tanpa adanya penerangan sama sekali.
"Javier!" panggil Sora.
Sora ingin meminta lentera padanya. Tapi ia tidak bisa membuka pintunya. Pintunya terkunci!
"Javier! Apa yang kau lakukan? Kenapa mengunci pintunya?"
Sora menggedor-gedor pintunya, memanggil Javier dengan suara keras tapi tidak ada sahutan sama sekali. Diluar hening tidak ada suara siapapun.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Tubuh Sora kembali gemetar ketakutan. Mungkin hal buruk akan terjadi padanya.
Sora meraba dinding, mencari lentera yang biasanya terpasang di dinding. Setelah mendapatkannya, Sora menyalakannya. Untungnya sebuah korek api selalu tersedia di samping lentera, sehingga mudah untuk menyalakannya.
Sora kembali dibuat tercengang, ruangan itu terlihat sangat kacau. Kertas-kertas berhamburan dimana-mana, kursi serta mejanya dalam keadaan terbalik. Seperti ada angin topan yang datang dan memporak-porandakan seisi ruangan.
"Jendral!" panggil Sora.
Tapi tidak ada sahutan sama sekali. Seperti tidak ada siapapun disana.
"Apa mungkin Javier mengunci pintunya karena takut orang lain akan masuk dan melihat kekacauan ini?" terka Sora.
Sora bergegas merapikan ruangan itu, merapikan kertas serta buku yang berceceran dilantai. Mengangkat kursi, meja yang terbalik.
Setelah selesai ruangannya jadi tampak lebih baik. Tidak ada sapu disini jadi Sora tidak bisa membersihkan pecahan gelas yang pecah. Ia hanya membersihkan pecahan yang besar menggunakan sapu tangannya. Menyingkirkannya sebentar hingga ia bisa mendapatkan sapu.
"Bukk ...."
"Apa itu?"
Sora mendengar suara benda berat terjatuh. Suaranya terdengar diruang sebelah. Sebenarnya ruangan Jendral terdiri dari 3 ruangan. Ruang kerja yang digabung dengan ruang tamu, ada kamar tidur serta kamar mandi.
Sora mendekati ruangan itu. Terdapat kasur yang besar didalamnya. Ruangan itu sama kacaunya. Sora berjalan masuk dengan perlahan sambil membawa lentera.
"Jendral!"
Sora terkejut ketika ia melihat Jendral yang terduduk lemas di lantai. Ia segera meletakkan lentera di atas meja dan langsung menghampirinya.
"Jendral, ada apa dengamu?" ucap Sora dengan nada khawatir.
Sepertinya Pria itu tidak sadarkan diri, tidak ada pergerakan apapun. Sora mengecek tubuhnya. Suhu tubuhnya sangat dingin, lebih dingin dari terakhir kali ia rasakan.
"Jendral!"
Sora menggoyangkan tubuhnya berusaha untuk membangunkannya.
"Ukh." rintih Ashley. Ia membuka matanya.
"Akh!"
Tiba-tiba Ashley menyergap Sora. Menahan kedua tangannya dan duduk diatas tubuhnya. Sora melihat mata merahnya yang menyala. Tatapannya tampak kosong dan menyeramkan.
"Jendral!" panggil Sora, tapi Ashley tidak menanggapi panggilannya.
"Akh!"
Tiba-tiba kuku tangan Pria itu tumbuh, menggores lengan tangannya. Aroma darah menyebar diseluruh ruangan.
"Darah manis!" gumamnya, lalu tersenyum menyeringai menampakkan gigi taringnya. la menarik kerah baju Sora, membuat dua kancing terlepas.
Sora merasakan nafasnya yang berat di dadanya serta lidahnya yang menjilati bekas gigitan itu.
"Akh!" Jendral menggigitnya dengan taringnya yang panjang.
Menggigit dengan kasar, membuat darah muncrat mengenai bajunya.
"Sakit ..." rintih Sora kesakitan. Rasa sakitnya lebih sakit daripada sebelumnya.
Pria itu terus menggigitnya dengan kasar layaknya binatang puas. la terus menyedot darah hingga membuat Sora tak sadarkan diri.
...****************...
Cahaya matahari masuk melewati celah jendela.
Sora terbangun. Membuka matanya perlahan karena silau cahaya matahari pagi. Badannya sangat kesakitan. Membuatnya sulit untuk bangun.
"Kau sudah sadar?"
Sora menoleh kearah suara itu, ia melihat Jendral yang sedang duduk disamping tempat tidur.
"Bagaimana keadaanmu?"
Raut wajahnya yang biasanya kaku dan dingin kini terlihat merasa bersalah.
"Sakit ..." ucap Sora lemah.
Sora tidak ingin berbohong. Dia mengatakan hal yang ingin ia katakan. Dan ingin Pria itu tahu apa yang ia rasakan.
"Maafkan aku ..." ujarnya sambil menundukkan kepala.
Sora terkejut. Sebelumnya Sora tidak pernah menerima permintaan maaf darinya. Pria itu selalu merasa apa yang ia rasakan itu tidak penting. Entah apa yang sudah merasukinya hari ini.
"Kejadian semalam adalah sebuah kesalahan. Aku tidak bermaksud untuk meminum darahmu apalagi di dalam camp. Aku terlalu sibuk sehingga lupa kalau kemarin adalah bulan purnama." ucapnya menjelaskan dengan raut wajah memelasnya.
Sora sangat ingin marah dan memaki Pria ini.
Jika ia terus menerus meminum darahnya, kematian akan cepat datang kepadanya. Tapi Sora tidak bisa memakinya jika melihat wajah penuh penyesalan itu, Sora hanya bisa menggertakkan giginya.
"Hal seperti ini mungkin akan terjadi lagi. Saat bulan purnama apa kau akan terus meminum darahku?" tanya Sora penasaran dan takut itu akan terjadi lagi.
"Entah mengapa darahmu membuat diriku stabil dan tersadar lebih cepat daripada darah yang lain. Biasanya aku harus minum dari dua orang dulu baru bisa membuatku tersadar." ujarnya.
"Jadi jika tidak keberatan maukah kamu membuat perjanjian denganku?" ucap Ashley penuh harapan.
"Perjanjian?"
Sora mengerutkan dahinya, perjanjian apa yang ingin dia lakukan? Untuk apa Pria ini susah-susah meminta tolong padanya, padahal selama ini ia selalu bertindak semaunya.
"Aku membutuhkan darahmu untuk membuatku sadar. Sebenarnya aku memiliki kutukan." ucap Ashley.
"Kutukan?"
"Iya. Aku mendapatkan kutukan itu sejak masih kecil. Aku akan berubah menjadi mahluk berdarah dingin yang lupa akan segalanya dan akan menyerang siapapun yang kutemui."
"Kutukannya akan aktif seminggu sekali bahkan kurang dari itu, aku harus meminum darah jika ingin mempertahankan kesadaranku." ucap Ashley tersenyum kecut.
"Seminggu sekali?"
Sora tidak bisa membayangkan dirinya digigit sesering itu. Bisa-bisa dadanya berlubang jika terus digigit.
"Aku akan mati jika kau terus menghisap darahku."
"Itu tidak akan terjadi. Aku hanya minum beberapa teguk darahmu dan akan membuatku tersadar. Aku hanya akan minum sedikit."
Sora tidak percaya dengan perkataannya. Sora selalu dibuat tak sadarkan diri saat Ashley menghisap darahnya. Pria itu selalu minum banyak dan tak mau berhenti saat ia memintanya.
"Aku akan memberimu uang yang banyak, sebuah tanah beserta rumah yang besar apapun yang kau inginkan akan aku turuti." tawarnya.
Sora penasaran dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menolak? Aku tahu, aku tidak akan bisa menolaknya. Kau akan memaksakan semuanya."
Ashley terdiam. "Setidaknya kau tidak akan rugi, kan." ujarnya.
"Kalau kau berjanji tidak akan membunuhku atau membuatku terbunuh. Aku akan melakukan perjanjian." ucap Sora serius.
"Tentu." Wajah sumringah langsung muncul di wajahnya. "Aku berjanji tidak akan membunuhmu dan akan melindungimu dengan mempertaruhkan nyawaku!"
Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dibawah kaki Sora. Sebuah lingkaran sihir dengan tulisan yang rumit. Cahaya mengelilingi tubuh Sora serta tubuh Ashley. Sebuah tali cahaya muncul. lalu melingkar di kelingking kanan Sora, sama dengan Ashley cahaya itu juga melingkar di kelingkingnya. Membentuk sebuah cincin cahaya.
"Apa ini?" tanya Sora.
Sora melihat kearah jari kelingkingnya yang masih bersinar. Sora memperhatikan dengan seksama ada sebuah tulisan yang tidak bisa ia baca.
Ashley berkata, "Itu adalah sihir perjanjian. Sihir itu membuat kita tidak akan bisa saling mengingkari janji satu sama lain."
"Apa yang akan terjadi jika salah satu dari kita mengingkarinya?" ucap Sora penasaran.
Ashley menjelaskan dengan serius. "Pasangan yang terhubung bisa saling merasakan kehidupan serta kematian satu sama lain dengan samar, tidak peduli seberapa jauh mereka. Jika tetap mengingkarinya, Kita berdua akan merasakan rasa sakit yang sama hingga mati bersama."
"Mati!"
Kata-kata yang menakutkan. Sora hanya ingin hidup damai di dunia baru ini tapi siapa yang mengira ia akan melakukan perjanjian hidup dan mati dengan seorang vampire.
"Minumlah obat!"
Ashley menyodorkan sebuah botol yang tak asing bagi Sora. Botol kecil berisi cairan berwarna merah pekat yang memiliki bau seperti darah.
Sora langsung menolak. "Aku tidak bisa minum itu."
Sora langsung menutup hidung dan mulutnya.
Bau amis serta perasaan tidak enak saat dulu meminumnya kembali terbayangkan. Ia tidak bisa minum obat ini.
"Obat ini bagus untuk menambah darah. Seorang dokter ahli sudah membuat obat yang sangat ampuh. Meskipun bau dan rasanya tidak enak tapi efeknya luar biasa." jelas Ashley.
"Aku tetap tidak bisa meminumnya."
Sora terus menolak sambil menutupi hidung dan mulutnya. Ia bersikap layaknya anak kecil yang takut untuk minum obat.
Ashley menghela nafas. "Kau bukan anak kecil lagi."
Mau diberi uang sebanyak apapun, Sora tidak akan mau minum obat itu. Ia memilih sakit daripada minum obat aneh itu.
"Aku benar-benar tidak bisa meminumnya."
Sora terus menolaknya. Membuat Ashley terdiam mengerutkan keningnya, sambil memandangi obat ditangannya.
"Kau tidak memberiku pilihan." Ashley terus memandangi Sora dengan tatapan aneh, entah apa yang akan ia lakukan. Tiba-tiba Ashley membuka tutup botol dan meneguk isi obatnya.
"Apa yang kau lakukan?" Ashley menarik tangan Sora dan mendekatkan wajahnya.
"Umhhh!"
Ashley mencium bibir Sora, memasukan cairan obat kedalam mulutnya. Memasukkannya dari dalam mulutnya kedalam mulut Sora.
Rasa amis dan pahit menyebar diseluruh mulut Sora.
Sora memukul dada Ashley berusaha untuk melepaskan ciumannya. Tapi Ashley tidak mau melepaskannya. la terus mencium dan terus memasukkan obatnya hingga tak tersisa.
"Apa yang kau lakukan?"
Wajah Sora memerah. Itu adalah ciuman pertamanya. Sebelumnya dia tidak pernah pacaran. Sebenarnya banyak pria yang menyukainya tapi ia menolak mereka semua karena ingin fokus belajar.
Sora menggosokkan bibirnya, berusaha menghilangkan sensasi ciuman itu. Tapi sekeras apapun yang ia lakukan sensansinya tidak mau hilang. Perasaan bibir Ashley yang lembut menyentuh bibirnya, rasanya aneh.
"Hentikan!" Ashley menarik tangan Sora, menghentikan Sora yang terus menerus menggosok bibirnya.
Ashley berkata dengan nada khawatir. "Bibirmu bisa terluka. Aku tidak bermaksud apa-apa, yang kulakukan hanya untuk membantumu minum obat."
Sora tidak suka kata-kata membantu itu.
Jelas-jelas ia sedang memanfaatkannya. Sora bisa melihat sudut bibirnya yang terus terangkat. la terlihat sangat menikmatinya.
"Javier!" panggil Ashley.
Sepertinya sejak tadi Javier menunggu di depan pintu kamar. la masuk dengan cepatnya.
"Beritahu koki untuk buatkan makanan penambah darah!" perintah Ashley.
"Baik!"
Dengan sigap Javier menerima perintah. Javier langsung keluar ruangan, meninggalkan mereka berdua.
"Minumlah!" Ashley menawarkan segelas teh manis hangat.
Sora mengambilnya, mulutnya masih terasa tidak enak. Rasa pahit masih berasa di lidahnya. Untung tehnya sudah tidak panas, Sora langsung meneguk habis tehnya. Rasa pahitnya tetap tidak kunjung hilang.
Sora mengambil gula batu yang biasa di sajikan bersama teh dan langsung memasukkannya kedalam mulutnya.
"Muntahkan!" perintah Ashley.
Ashley memegangi mulut Sora, menyuruhnya untuk memuntahkan gula batu. Tapi rasa manis dari gulanya, membuat mulut Sora terasa lebih baik.
"Mana ada orang yang memakan langsung gula tanpa mencampurnya dengan teh."
"Itu karena rasa pahit dari obatnya masih terasa. Gula bisa menghilangkan rasa pahitnya." ucap Sora santai.
Meskipun gulanya keras dan terlalu manis tapi ia tetap mengemut gulanya.
Ashley memandangi wajah Sora sambil terus memegangi wajahnya.
"Apa rasanya manis?" tanya Ashley.
Pandangan matanya tidak lepas dari bibir Sora yang merah menggoda.
"Tentu saja." jawab Sora mengiyakan.
Tanpa peringatan, tiba-tiba Ashley kembali mencium bibir Sora. Bibirnya melumat bibir Sora dengan rakus.
Sora merasakan sesuatu masuk kedalam mulutnya. Dia terkejut serta panik.
Ashley memasukkan lidahnya kedalam. Lidahnya dan lidah Sora saling bersentuhan, rasanya sangat aneh. la berusaha merebut gula didalam mulut Sora.
"Terlalu manis!" Ashley melepehkan gula batu yang berhasil direbutnya.
Sora terdiam terkejut. Lagi-lagi Pria ini melakukan hal yang menyebalkan tanpa izin darinya.
"Kau ... kau menyebalkan!" teriak Sora.
Sora kesal sekaligus malu. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Sora bangun dari tempat tidur dan berlari keluar.
"Nona!" Javier menghentikan Sora, ia menghalangi pintu.
"Minggir!" teriak Sora.
Sora tidak ingin berada disini lebih lama lagi. Jika terus berada disini, entah hal apa lagi yang akan ia alami.
Javier hanya berdiri diam di depan pintu.
Tubuhnya yang besar menutupi semuanya. Sora memandanginya dengan tatapan tajam tapi tidak membuatnya bergeming sama sekali.
Pandangannya tertuju ke arah Jendral. Seperti mendapat isyarat tidak boleh membiarkan Sora pergi.
"Makanlah dulu." ujar Ashley, lalu duduk di meja makan.
Sora melihat kearah meja, melihat banyak piring disana sepertinya ia membawakan banyak sekali makanan.
Javier berkata, "Saya sudah membawakan makanan untuk anda. Nona, makanlah dulu baru pergi. Koki sudah menyiapkan makanan bergizi untuk anda. Kerja keras koki akan jadi sia-sia jika anda tidak memakannya."
Sora memandangi keduanya, mereka takkan membiarkannya keluar begitu saja. Sora berjalan kearah makanan dengan perasaan segan.
Sora kembali terkejut dengan mulut yang sedikit terbuka. Ada lebih dari lima makanan tersaji di atas meja. Makanan itu terlalu banyak bahkan jika dimakan bertiga.
Ada banyak macam jenis. Ada steak daging sapi, satu ekor ayam panggang, serta ikan bakar serta camilan manis. Semuanya terlihat sangat enak. Kualitas makanan yang disajikan berbeda dengan yang biasanya ia makan.
'Jadi seperti inilah makanan mewah yang sebenarnya.' Batin Sora.
Sora melihat perbedaan antara makanan bangsawan dan pelayan. Makanan yang dimakan bangsawan dengan seorang pelayan sangat berbeda kualitas.
Javier menarik kursi menyuruh Sora untuk duduk. Sora duduk berhadapan dengan Ashley. Air liurnya hampir menetes, beberapa kali ia menelan ludahnya tak bisa berhenti membayangkan rasa makanan dimeja.
"Makanlah!" Javier meletakkan sepiring steak dihadapan Sora.
Sora mengambil garpu serta pisaunya dan memotong daging dengan perlahan. Ia memotongnya dengan kikuk. Agak sulit untuk memotong dengan benar.
Ashley menyadari kesulitan Sora, ia mengambil piring Sora dan menukarnya dengan piringnya yang sudah dipotong kecil-kecil sehingga memudahkan Sora untuk memakannya.
Dagingnya sangat empuk. Lemak dari dagingnya sendiri perlahan keluar, membuat dagingnya tidak kering. Rasanya gurih serta manis. Itu adalah makanan terenak yang pernah ia makan selama tinggal di dunia ini.
"Makanlah yang banyak."
Ashley terlihat senang melihat Sora makan dengan lahapnya. Javier kembali menyodorkan sepotong paha ayam panggang. Wangi asap menyerbak masuk hingga ke dalam dagingnya.
Rasanya yang khas tidak kalah enak dengan steak.
"Makanlah lagi, masih ada banyak makanannya." Javier terus menyodorkan banyak makanan ke piring Sora.
"Hentikan! Aku tidak bisa makan lagi." tolak Sora.
Makanan yang ia makan sudah melebihi kapasitas perutnya. Sora tidak terbiasa makan begitu banyak. Jika memaksa mungkin apa yang ada didalam perutnya akan keluar lagi.
Ashley berkata dengan tidak puas. "Makanmu terlalu sedikit. Jika seperti ini kau tidak akan bisa bertahan lama."
"Aku benar-benar tidak bisa makan lagi."
Sora terus memegangi perutnya yang penuh. Rasanya sedikit tidak nyaman. Ia bisa sakit perut.
"Ohh ... iya, ada satu hal yang ingin aku katakan." Sora berusaha mengalihkan perhatian Ashley.
"Apa itu?" sahutnya mendengarkan.
"Jika kau memanggilku tiba-tiba seperti semalam. Orang-orang akan menaruh rasa curiga padaku. Apa tidak ada alasan yang tepat agar orang-orang tidak salah paham."
Ashley berkata dengan suara acuh tak acuh. "Untuk apa memperhatikan pendapat orang lain."
"Tentu saja itu akan menjadi masalah untukku. Orang-orang akan salah paham padaku dan akan menaruh rasa curiga. Mereka akan mengucilkanku. Aku tidak bisa hidup seperti itu." ucap Sora serius.
Sora tidak bisa membayangkan jika Flora dan yang lainnya bermusuhan dengannya. Ia harus hidup sendirian dan kesepian.
Ashley kembali terdiam, ia mengernyitkan alisnya sambil mengetuk meja dengan jarinya. Sepertinya ia sedang memikirkan solusi untuk masalah ini.
"Apa kau bisa membaca dan menulis?" ucap Ashley.
"Tentu saja bisa." jawab Sora cepat.